Share

Isyarat Langit

Tubuhku membeku seketika. Mataku membelalak dan telingaku seolah tak percaya ketika mendengar ucapan Gus Nadzim. Kurasakan udara di sekitarku berhenti mengalir sehingga terasa panas dan pengap. Aku benar-benar marah karena kata-katanya. 

"Jangan samakan hati dengan barang elektronik, yang tombol on off bisa dipencet kapan saja semau kita." semburku.

"Kamu tidak perlu marah. Anggap saja ini barter kita. Harusnya aku yang lebih dulu marah, karena kamu yang lebih dulu minta aku menerima Ning Zahira." Nada suara Gus Nadzim tidak kalah tingginya dengan suaraku.

"Kalau kamu tidak punya tombol on off di hatimu, aku juga sama." Tangannya menggebrak meja kayu di hadapanku sampai botol air mineral yang kupesan jatuh menggelinding. Untung saja gelas kopi yang kupesan tidak ikut jatuh. Beberapa pengunjung cafe mengarahkan pandangan matanya ke meja kami. Aku hanya menganggukkan kep

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status