MENJEMPUT CINTA DI UJUNG GELAM

MENJEMPUT CINTA DI UJUNG GELAM

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-07
Oleh:  Mita el RahmaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
17 Peringkat. 17 Ulasan-ulasan
28Bab
7.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Perjodohan seorang Gus selalu menjadi kisah klasik dalam percintaan di keluarga Pesantren. Perjodohan itulah yang memisahkan cinta antara Gus Nadzim dan Aricha. Gus Nadzim dan Aricha dipertemukan kembali oleh takdir setelah lima tahun terpisah, dalam kerjasama pengelolaan event pernikahan salah satu klien Wedding Organizer mereka. Pertemuan yang diliputi kesalahpahaman, intimidasi, dan cinta yang tetap membuncah ini mampu mengaduk-aduk rasa, menjungkirbalikkan logika, dan mengorek luka. Keindahan destinasi Karimunjawa yang menyimpan banyak kenangan justru menambah perih luka yang tertinggal di hati keduanya karena sama-sama menggenggam rasa itu dengan sangat kuat. Bagaimanakah kelanjutan kisah percintaan mereka setelah lima tahun terpisah, sementara ada Gus Yasser yang masuk dalam kehidupan Aricha?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Disergap Kenangan

Kepalaku berdenyut hebat saat mendengar permintaan Bu Umma, “Konsep pernikahan outdor, di pinggir pantai.”

Mendengar nama pulau itu saja sudah membuatku pusing, apalagi harus mempersiapkan pernikahan di sana.

“Harus di Karimunjawa?” tanyaku menandaskan.

Bu Umma mengangguk dengan ekspresi tak boleh ada penolakan. Aku memejamkan mata untuk beberapa saat, lalu menarik napas panjang untuk memenuhi kembali rongga-rongga paruku dengan udara yang kurasakan tiba-tiba menghampa. Aku mengangguk dengan senyum setengah paksa.

Ya Allah. Kenapa harus Karimunjawa? ucap batinku nelangsa.

***

Langkahku gontai menelusuri selasar pelabuhan menuju Kapal Express Bahari yang akan mengantar kami ke Pulau Karimunjawa. Aku menyodorkan tiket dan KTP dengan sedikit malas pada petugas yang berdiri di pintu masuk pelabuhan.

Sementara kulihat binar kebahagiaan menguar dari wajah para partner kerjaku. Seluruh pojok dan sepanjang selasar pelabuhan menjadi spot untuk mereka berswafoto.

Karimunjawa, sebuah pulau yang berjarak lebih dari seratus kilo meter dari pelabuhan Kartini Jepara. Salah satu kecamatan yang terdiri dari empat desa,  masuk dalam wilayah Kabupaten Jepara dengan sejuta keindahannya. Gugusan pulau-pulau kecil dan empat pulau besar yang mengapung di tengah-tengah laut. Hamparan pasir putih di setiap pantainya, serta keindahan biota laut bagai surga.

Segala kenangan indah di Karimunjawa lima tahun lalu mulai memenuhi otakku. Tempat Snorkeling di dekat pulau Menjangan Kecil. Hamparan pasir putih di pulau Cemara Besar, yang saking jernihnya kita bisa melihat hewan laut maupun ikan-ikan yang berlarian. Pantai Bobby dengan cadas yang berderet sepanjang pantai. Pemandangan sunset sangat indah dari puncak Bukit Love maupun di pantai Ujung Gelam. Berburu ayam hutan di pulau Gundul. Melihat tempat penangkaran ikan Hiu. Naik perahu Jukung. Ziarah ke makam Syeikh Amir Hasan yang terkenal dengan sebutan Mbah Sunan Nyamplungan dengan sensasi jalan berundak. Ziarah ke makam Sayyid Abdullah bin Abdullatif. Menunggu Sunrise sambil menendangkan pujian ilahiah dari rumah panggung di dekat pantai pulau Kemujan.

"Kuatkan hatiku, ya Allah," batinku.

Terlihat timku tidak henti-hentinya berfoto. Mereka mulai mengambil posisi untuk memperoleh spot video yang paling bagus sebelum kapal melaju, sementara aku berusaha mati-matian menata hati.

Tepat pukul sembilan, kapal mulai bergerak pelan. Sandaran kursiku sedikit kurebahkan, berniat segera tidur. Namun pikiranku mulai kacau.

***

Lima tahun lalu.

Kami berdiri di Deck depan kapal saat baling-baling mulai berputar. Sengaja meninggalkan tempat duduk kami untuk menikmati hamparan laut biru.

Moncong kapal mulai memecah ombak menyisakan riak putih di sepanjang lambung kapal. Semilir angin laut menambah adem suasana hati. Meskipun ada sedikit rasa was-was, karena ini adalah pengalaman pertama kalinya aku naik kapal.

"Kamu yakin tidak mabuk laut?" tanya Gus Nadzim sedikit khawatir.

Aku mengangguk sambil terus memandangi pelabuhan yang semakin menjauh.

"Aku tinggal dulu sebentar. Awas, jangan nyemplung," godanya. Aku hanya meringis padanya.

Mataku tak henti-hentinya menatap takjub ke hamparan laut tak bertepi. Entah sudah berapa lama diriku terpaku menikmatinya.

"Luar biasa, bukan?" suara Gus Nadzim mengarahkan pandanganku padanya. Kedua tangannya memegang gelas berisi kopi panas. Satu snack ringan ukuran besar digamitnya.

Laki-laki yang mulai satu bulan lalu menjadi bagian hidupku tersenyum manis memamerkan deretan gigi putihnya. Sebenarnya kami sudah saling mengenal cukup lama, sekitar empat tahun yang lalu saat aku mengikuti kegiatan penerimaan anggota baru sebuah organisasi pergerakan mahasiswa di kampus. Gus Nadzim yang waktu itu sebagai pemateri Wawasan Kebangsaan kuminta untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, yang disambut tawa seluruh panitia dan peserta. Ternyata dia adalah ketua organisasi yang sudah memperkenalkan diri pada saat membuka acara. Sedangkan aku terlambat hadir karena mengikuti seleksi pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan terlebih dahulu sehingga tidak mengikuti acara dari awal dan melewatkan momen perkenalan. Saking malunya, kutelangkupkan kedua tanganku menutup seluruh mukaku.

Kekonyolanku saat itu justru menjadi awal kedekatan kami. Posisinya sebagai ketua organisasi, senior, sekaligus mentor, cukup membuatku terpesona. Namun tak cukup membuatku membuka hati. Lebih tepatnya, aku tak siap patah hati.

Aku tipe perempuan yang tidak mudah jatuh cinta ataupun mudah menerima cinta orang lain. Bagiku, hidup tanpa komitmen lebih menyenangkan. Tidak ada komentator style dandananku. Tidak ada yang protes jika aku berteman dengan laki-laki. Tidak akan ada yang protes ini dan itu. Aku bebas menentukan mau kemana dan dengan siapa. Berproses setiap hari bersamanya memunculkan kekaguman yang seringkali membuatku bahagia. Tetapi, besarnya rasa takut patah hati membuatku memendam rasa itu dalam-dalam.

Terlahir sebagai anak dari kyai besar dengan ribuan santri, ia memiliki tanggungjawab besar. Begitu juga istrinya kelak. Belum lagi tradisi perjodohan antarpesantren yang pasti membuatku tercoret dari list daftar calon menantu. Meskipun aku sudah nyantri sejak Madrasah Tsanawiyah, tetap saja kastaku santri bukan Ning.

Kegigihannya membersamaiku dan meyakinkanku bahwa tak akan ada penolakan atas diriku oleh keluarganya membuat hatiku luluh juga.

Aku menerima satu gelas kopi panas saat ponselnya berdering.

"Assalamu'alaikum."

"Ya, kapal kami sudah meninggalkan dermaga seperempat jam yang lalu. Hah? Jam tiga? Tujuh jam? Oke, jemput kami di dermaga.” 

Wa'alaikumussalam."

Gus Nadzim memasukkan kembali ponsel ke saku jinsnya lalu menjelaskan perjalanan kami menggunakan KM Kartini akan memakan waktu sekitar tujuh jam.

"Hisyam nanti akan menjemput kita di pelabuhan," lanjutnya. Hisyam adalah salah satu alumni santrinya yang berasal dari Karimunjawa. Kehadiran kami saat ini dalam rangka membuat rintisan madrasah sekaligus pesantren di sana.

"Blueprint Roadmap madrasah dan pesantren sudah aku siapkan, tinggal nanti kita matangkan dengan tim yang akan handle di lapangan," kataku.

"Sip, Kamu memang bisa diandalkan. Pasti konsepnya out of the box," godanya menyindir kebiasaanku yang suka berpikir di luar kelaziman. Aku hanya meringis.

"Perjalanan kita masih lama, balik ke kursi saja yuk?" ajaknya.

"Aku masih ingin menikmati angin dan ombak di sini," jawabku.

Gus Nadzim kembali menyeruput kopinya. Ia mengambil tempat duduk di sebelahku. Gelas kopi diletakkan di sampingnya, sementara punggungnya bersandar pada dinding kapal. Pandangan matanya menerawang ke depan.

"Lihatlah laut itu. Ombaknya tenang, namun di dalamnya menyimpan sejuta pesona. Seperti dirimu," katanya mulai merayu.

Aku hanya tersenyum. Menoleh dan memandangnya lekat-lekat. Matanya yang tajam namun lembut itu memancarkan rasa cinta yang kuat dari dalam. Aura kebahagiaan kurasakan berpendar dari dirinya.

"Sejak kapan pintar merayu?" godaku.

"Sejak punya kekasih seorang pujangga," katanya dengan ekspresi lucu.

Aku memalingkan muka, menyembunyikan rona panas di pipiku. Hatiku berbunga. Sedetik kemudian, bayangan tradisi perjodohan di pesantren menyergapku. Kupejamkan mata, menepis pikiran-pikiran itu.

***

Aku terbangun dari mimpi buruk, napasku terengah, keringat dingin membasahi tubuhku meskipun AC ruang penumpang disetting pada suhu rendah. Kuteguk air mineral dalam botol yang kuletakkan di saku belakang tempat duduk yang berada di depanku.

Kuedarkan pandanganku ke kursi penumpang yang lain. Kulihat seluruh tim kerjaku sudah mulai berkemas. Kulirik jam tanganku, pukul sepuluh lima puluh menit. Kapal mulai bersandar di pelabuhan.

Setelah jangkar diturunkan dan pintu kapal dibuka, satu persatu penumpang mulai keluar meninggalkan kapal.

Kutarik napas dalam-dalam dan melepasnya dengan cukup keras, sekadar untuk melepaskan beban hati. Sementara para partner kerjaku berjingkrak kegirangan. Segera memulai aksinya berswafoto.

Sesampainya di pintu keluar, Arfan, manajerku bagian humas, memperkenalkanku pada seorang laki-laki bernama Zaenal.

"Mas Zaenal nanti yang akan menfasilitasi kita selama di sini, Mbak," kata Arfan. Pria berperawakan tegap menjulang dengan kulit agak gelap di depanku mengangguk.

"Nanti kami bertiga yang akan menfasilitasi Mbak Aricha dan tim selama di sini. Saya, Rofiq, dan Nisa," kata Zaenal sambil memperkenalkan dua rekan kerjanya.

"Senang bertemu panjenengan semua," kataku sambil menyalami ketiganya yang langsung disambut hangat.

"Silakan Mbak. Mobilnya sudah siap mengantar ke Kemujan," kata Zaenal.

"Kemujan?" kataku reaktif. Mendengar nama pulau itu, aku bagai disengat listrik.

"Kita menginap di Kemujan?" Aku mengulang pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu.

"Ya Mbak. resort kita di sana. Sekalian resepsi pernikahannya nanti di sana. Ada spot bagus untuk konsep pernikahan outdoor di sana."

Zaenal menjelaskan panjang lebar alasan pemilihan tempat, konsep acara, konsep homestay untuk para tamu dan sebagainya yang sudah tidak bisa kutangkap. Kepalaku tiba-tiba pusing. Ulu hatiku terasa nyeri.

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Jusnah Tohar
gak ada cerita baru mbak cerita nya bagus bagus ...️...️...️
2024-08-21 09:03:56
0
user avatar
Mita el Rahma
Mampir di Gus Mantan, Kak ...
2023-08-31 20:40:46
1
user avatar
Biru
sanggupkah kita menyongsong mentari pagi seiring kicauan burung
2022-09-01 18:06:32
1
user avatar
Mita el Rahma
Assalamualaikum.. Hallo reader-reader kece. Author udah up satu cerita lagi di pf ini, yang tetap berlatar kehidupan pesantren dengan judul GUS MANTAN. Mampir ya. Ditanggung baper abis deh ......
2022-03-12 00:34:41
2
user avatar
Rendra Lima
lanjutannya usahain ceritanya yang ringan aja..klo bs konflik nya sedikit aja..klo terlalu banyak dan muter2 bakal bosen juga hehe...so far msh ringan lah...masih bisa dinikmati sambil minum soklat hangat di Indomaret..wkwkwkwkwk...
2021-11-14 07:16:34
1
user avatar
Jha Pelu
suka cerita nya
2021-11-13 20:08:41
1
user avatar
Yohana Sih Mintart
kok gk ada lanjutannya...???
2021-11-11 05:29:41
2
user avatar
afaya lana
karya yang keren abis. bahkan sampe menguras air mata. selalu ditunggu karya nya mbak. semangaaaaat.....!!!
2021-08-09 15:42:32
2
user avatar
Mita el Rahma
Semoga terhibur dan mendapatkan sesuatu yang terselip-selip dalam cerita setiap chapternya ... Jangan lupa tinggalkan jejak rate dan komen karena itu adalah vitamin buat author ... Tengkyu untuk semua reader kesayangan yang udah kasih support. Semoga Allah limpahkan kasih sayangNya pada kita ...
2021-08-09 07:42:07
2
user avatar
afaya lana
aku dah nulis banyak komentar di chapter tadi. agak bingung juga karena baru pertama pake app iki
2021-08-09 03:45:05
2
user avatar
afaya lana
buku yang menguras air mata
2021-08-09 03:42:06
2
user avatar
Wifiq Aizz
karya yang luar biasa...
2021-08-08 06:43:21
1
user avatar
Laila Hamidah
Kisah yang sangat indah, membawa kita dalam nuansa kasih berbalut agama yang kental namun tidak meninggalkan sisi romantis yang begitu sweet...selalu menanti lanjutan kisahnya sayangkuuu...
2021-08-07 20:23:51
1
user avatar
Wifiq Aizz
sabar menanti episode selanjutnya
2021-08-06 20:41:17
1
user avatar
Wifiq Aizz
sabar menanti cerita selanjutnya
2021-08-06 20:40:53
1
  • 1
  • 2
28 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status