“Apa yang sedang kau pikirkan, Melati?” tanya Prayoga ketika melihat Melati tiba-tiba terdiam dalam lamunannya.“Ah, tidak ada mas. hanya saja aku merasa kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Wajahmu terlihat sangat pucat dan kenapa tiba-tiba sikapmu terasa berbeda seakan sedang kebingungan.” Melati menangkap sikap Prayoga yang sedang gundah.Prayoga terkejut mendengar ucapan Melati, sebenarnya ia tidak ingin mengatakan masalahnya kepada Melati. Prayoga tidak ingin Melati jadi mengkhawatirkan semuanya.“Tidak ada apa-apa, semua akan berjalan dengan baik “ Prayoga berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.“Tapi wajahmu telah menjelaskan semuanya Mas, tolong ceritakan kepadaku.” Melati yang menyadari ada sesuatu yang janggal, berusaha meminta Prayoga untuk berkata jujur.“Percayalah semua baik-baik saja, aku hanya sedikit lelah. Baiklah kalau begitu mari kita pulang. Aku ingin beristirahat dirumah. Mungkin setelah beristirahat akan lebih baik.” Ujar Prayoga menghindari pertanyaan Mel
Bab 5. SESUATU YANG TERSEMBUNYI Prayoga terdiam sambil mendengarkan cerita ibu. Di dalam pikirannya apa yang diceritakan oleh ibu itu adalah kisah dari ayahnya contoh yang diberikan Ibu adalah seorang anak yang penurut secara tidak langsung Ibu menginginkan Prayoga menuruti kemauan sang kakek dan menerima perjodohan tersebut walaupun ibu tidak mengatakan apa-apa. Prayoga merasa bimbang untuk memutuskan apa yang akan ia lakukan walau di dalam hati kecilnya masih bersikeras untuk menolak perjodohan tersebut. Dan memperjuangkan rasa cintanya kepada melati gadis pujaannya Prayoga sudah berjanji kepada orang tua melati dan juga melatih untuk datang dan segera meminang melati Putri mereka. Sang Kakek tidak akan pernah membiarkan Prayoga menikahi Melati begitu saja kakek pasti akan marah besar. Akhirnya Prayoga memutuskan menentang perjodohan itu. Ucapan kakek masih terngiang-ngiang di telinga Prayoga. “Perempuan yang kau pilih itu tidak jelas bobot dan bibitnya. Ia dari keluarga biasa
“Melati sengaja menerima Mas Prayoga, kita akan lihat apa yang akan Melati lakukan selanjutnya.” Mata Melati menerawang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.“Tetapi nduk, den Prayoga itu kelihatan sangat baik dan sepertinya dia serius dengan perasaannya terhadapmu.” Ujar bapak“Apa kurangnya Mas Bagas Pak, Mas Bagas juga sangat baik. Dia begitu perhatian dan sangat santun, tetapi lihat apa yang ia lakukan kepadaku.” Airmata mulai mengalir membasahi pipi Melati.Bayangan peristiwa 2 tahun silam kembali hadir. Sebuah peristiwa yang tidak ingin Ia ingat kembali. Peristiwa itu telah membuat hatinya hancur. Dan setiap kejadian begitu membekas di Hati melati, sehingga menimbulkan trauma dalam hidupnya.“Bapak mengerti Nduk. Tetapi Bapak juga tidak ingin kau mengalami luka yang sama, karena mencintai tuan muda dari keluarga yang kaya raya.” Kata bapak penuh kekhawatiran.“Ibu juga tidak ingin hal itu terulang lagi, nduk. Kamu harus berhati-hati sebelum mengambil keputusan. “ naseh
“Assalamualaikum selamat malam, pak.” Sapa Prayoga“walaikumsalam den Prayoga.” Jawab Bapak Melati“Silahkan masuk den, silahkan duduk” Bapak melati mempersilahkan Prayoga untuk duduk.“Iya pak” sahut Prayoga“Kalian dari mana saja, kenapa sampai selarut ini?” tanya Bapak“Begini pak, saya ingin bicara dengan bapak.” Ucap Prayoga“Ada apa den?” Bapak mulai penasaran“Maksud dantujuan saya datang kesini ingin meminta izin kepada bapak untuk melamar Melati, putri bapak dan menjadikan dia sebagai istri saya. Saya berjanji akan membahagiakan dan memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya.” Ucap Prayoga kepada bapaknya Melati.“Apa saya tidak salah dengar, den?” tanya bapaknya tak percaya“Tidak pak, saya serius dengan perkataan saya yang ingin melamar putri bapak.” Jelas Prayoga.“Melati hanya lah seorang gadis desa, den. Tidak
Melati hanya tersipu malu dan tidak berani menatap wajah Prayoga. Ia hanya sesekali mencuri pandang secara diam-diam. Binar bening dimatanya seolah menunjukkan bahwa perasaan melati pun sama seperti yang dirasakan oleh Prayoga.“Kamu belum jawab pertanyaanku?” seru Prayoga “Pertanyaan yang mana yang Mas maksudkan?” Melati berbalik tanya.“Siapa namamu?” tukas Prayoga singkat.“Nama saya Melati Mas, cukup sederhana kan?” jawab Melati “Nama yang indah, walau terdengar sederhana tetapi cukup luas maknanya.” Sahut Prayoga. “Mas sendiri siapa namanya?” Melati berbalik melempar pertanyaan kepada Prayoga.“Saya Prayoga.’ “Tunggu sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya,” ucap Melati ketika menyadari sesuatu “oh iya, benar. Kita bertemu di kantor pabrik pengolahan teh tempo hari.” Ucap Melati dengan wajah berkerut-kerut berusaha mengingat-ingat kejadian beberapa hari lalu.“J
"Naikkan gaji, tingkat kesejahteraan buruh. Gaji yang pantas fasilitas yang memadai akan menaikkan kinerja dan produktivitas kami para buruh” suara Melati menyerukan aspirasi buruh. Melati, 25 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik pengolahan teh. Ia memimpin demonstrasi mogok massal para buruh pabrik yang menuntut kenaikan gaji untuk kehidupan yang lebih baik. Pratiwi, 25 tahun yang menjabat sebagai sekretaris di perserikatan para buruh dan ia pun adalah sahabat baik Melati. “Tingkatkan kesejahteraan kami” seru Pratiwi mengiyakan suara sahabatnya tersebut. Di saat yang bersamaan sebuah mobil melintas di antara kerumunan para buruh pabrik tersebut. Seorang pemuda turun dari mobil. Dia adalah Prayoga, 28 tahun Pewaris tunggal keluarga besar Mardi Dinata pemilik dan menjabat sebagai pemimpin di pabrik pengolahan teh tersebut. “Ada keributan apa ini?” tanya Prayoga kepada Marsudi sopir sekaligus menjabat sebagai asisten pr