“Melati sengaja menerima Mas Prayoga, kita akan lihat apa yang akan Melati lakukan selanjutnya.” Mata Melati menerawang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Tetapi nduk, den Prayoga itu kelihatan sangat baik dan sepertinya dia serius dengan perasaannya terhadapmu.” Ujar bapak “Apa kurangnya Mas Bagas Pak, Mas Bagas juga sangat baik. Dia begitu perhatian dan sangat santun, tetapi lihat apa yang ia lakukan kepadaku.” Airmata mulai mengalir membasahi pipi Melati. Bayangan peristiwa 2 tahun silam kembali hadir. Sebuah peristiwa yang tidak ingin Ia ingat kembali. Peristiwa itu telah membuat hatinya hancur. Dan setiap kejadian begitu membekas di Hati melati, sehingga menimbulkan trauma dalam hidupnya. “Bapak mengerti Nduk. Tetapi Bapak juga tidak ingin kau mengalami luka yang sama, karena mencintai tuan muda dari keluarga yang kaya raya.” Kata bapak penuh kekhawatiran. “Ibu juga tidak ingin hal itu terulang lagi, nduk. Kamu harus berhati-hati sebelum mengambil keputusan. “ nasehat ibu. “karena keputusanmu saat ini akan menentukan masa depanmu.” Kata ibu. “Bapak dan Ibu tidak perlu khawatir Melati tahu apa yang melatih lakukan dan melati tidak akan membuat malu keluarga.” Melati meyakinkan kedua orang tuanya. “Kita ini orang kampung, Nduk. Sebaiknya apa pun yang akan kau putuskan benar-benar kau pikirkan baik-baik. Tidak perlu mencari masalah dengan keluarga Tuan besar Mardi Dinata.” Ucap ibu penuh khawatir. “Melati ngerti, Tolong doakan Melati, Bu.” Melati menggenggam tangan ibunya, dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Mata Melati menerawang, pikirannya melayang mengingat peristiwa 2 tahun silam. Dimana ketika itu Bagas, orang yang sangat dicintai oleh melati telah meninggalkannya di saat hari pernikahan mereka. Bagas tidak menghadiri pernikahannya dengan Melati tanpa alasan. Dan ia menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Melati merasa malu terpuruk dan sangat terpukul karena pesta pernikahan yang ia impikan tidak pernah terjadi, karena sang pengantin pria tidak hadir. Peristiwa itu tidak pernah hilang dalam ingatan melati bahkan kenangan itu seperti mimpi buruk yang pernah dialami olehnya dan keluarganya. Semenjak saat itu Melati selalu menolak beberapa lamaran yang datang kepadanya. Hal itu ia lakukan Karena rasa cintanya yang tak pernah hilang kepada Bagas atau rasa sakit hatinya yang ia pendam selama ini. Semua bercampur menjadi satu. Bagas prawira adalah putra dari Pak Burhan, saudagar kaya yang memiliki pabrik pengolahan susu, peternakan dan perkebunan yang luas. Bagas begitu memuja melati ketika suatu hari mereka bertemu dan akhirnya Bagas membawa Melati untuk diperkenalkan kepada keluarganya. Semua berjalan lancar hingga tiba saat pesta pernikahan akan digelar dan Bagas tiba-tiba menghilang. Di rumah Prayoga, Prayoga yang masih marah, pkirannya melayang, ia berharap bisa kembali ke zaman dimana kakeknya masih muda dulu. “Seandainya aku bisa kembali pada masa itu aku akan menghilangkan nyawa kakek. Agar ayah tidak dilahirkan dan hanya bisa menuruti semua kemauan kakek saja, tanpa bisa melakukan sesuatu yang dapat menolong ku” gumamnya dalam hati. Ibu yang menyusulnya masuk ke kamar Prayoga. Ia bercerita tentang kehidupan kakek. Ibu mulai bercerita sambil duduk di tempat tidur Prayoga. “Ketika itu, Keluarga besar Dinata telah menetapkan hari pertunangan Mardi, kakekmu dan Saidah, putri dari saudagar kaya raya. Hingga hari bahagia yang dinantikan telah tiba, hari pernikahan antara Madi Dinata dan Saidah.” Cerita ibu “Mereka sangat berbahagia hingga tiba dua tahun telah terlewati. Kebahagiaan yang digadang gadang tetapi tidak kunjung datang. Kakekmu mengharapkan kehadiran seorang buah hati. Sehingga akhirnya ia menikah kembali dengan gadis pilihannya sendiri. Waktu pun berlalu dan keturunan yang sangat di tunggu belum hadir dalam keluarga mereka. Yang akhirnya kakekmu memboyong seorang gadis dari desa untuk dijadikan istri ketiga. Dengan harapan segera memiliki keturunan.” Lanjut ibu, aku hanya diam dan mendengarkan cerita ibu. “Setelah beberapa bulan akhirnya Jarot, ayah mu lahir dari istri yang ketiga. Kakek mu menyambut kelahiran putranya dengan beribu kebahagiaan. Ia mengadakan pesta yang meriah untuk menyambut kelahiran putra pertamanya yang telah lama ia nantikan.” Cerita ibu berhenti sejenak “Ayahmu sangat dimanjakan sejak kecil, tetapi karena sering sakit-sakitan ia harus selalu menuruti apa yang diperintahkan orang tuanya dan terbiasa hingga sekarang.” Imbuhnya. “Jadi bisakah kamu bersikap seperti ayah, yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya?” ujar ibu. Kemudian ibu keluar dari dalam kamar Prayoga. Setelah melontarkan pertanyaan itu tanpa menunggu jawaban dari Prayoga. Apakah yang akan dilakukan oleh Prayoga? Ikuti terus kelanjutan kisahnya. “Melati sengaja menerima Mas Prayoga, kita akan lihat apa yang akan Melati lakukan selanjutnya.” Mata Melati menerawang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. “Tetapi nduk, den Prayoga itu kelihatan sangat baik dan sepertinya dia serius dengan perasaannya terhadapmu.” Ujar bapak “Apa kurangnya Mas Bagas Pak, Mas Bagas juga sangat baik. Dia begitu perhatian dan sangat santun, tetapi lihat apa yang ia lakukan kepadaku.” Airmata mulai mengalir membasahi pipi Melati. Bayangan peristiwa 2 tahun silam kembali hadir. Sebuah peristiwa yang tidak ingin Ia ingat kembali. Peristiwa itu telah membuat hatinya hancur. Dan setiap kejadian begitu membekas di Hati melati, sehingga menimbulkan trauma dalam hidupnya. “Bapak mengerti Nduk. Tetapi Bapak juga tidak ingin kau mengalami luka yang sama, karena mencintai tuan muda dari keluarga yang kaya raya.” Kata bapak penuh kekhawatiran. “Ibu juga tidak ingin hal itu terulang lagi, nduk. Kamu harus berhati-hati sebelum mengambil keputusan. “ nasehat ibu. “karena keputusanmu saat ini akan menentukan masa depanmu.” Kata ibu. “Bapak dan Ibu tidak perlu khawatir Melati tahu apa yang melatih lakukan dan melati tidak akan membuat malu keluarga.” Melati meyakinkan kedua orang tuanya. “Kita ini orang kampung, Nduk. Sebaiknya apa pun yang akan kau putuskan benar-benar kau pikirkan baik-baik. Tidak perlu mencari masalah dengan keluarga Tuan besar Mardi Dinata.” Ucap ibu penuh khawatir. “Melati ngerti, Tolong doakan Melati, Bu.” Melati menggenggam tangan ibunya, dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Mata Melati menerawang, pikirannya melayang mengingat peristiwa 2 tahun silam. Dimana ketika itu Bagas, orang yang sangat dicintai oleh melati telah meninggalkannya di saat hari pernikahan mereka. Bagas tidak menghadiri pernikahannya dengan Melati tanpa alasan. Dan ia menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Melati merasa malu terpuruk dan sangat terpukul karena pesta pernikahan yang ia impikan tidak pernah terjadi, karena sang pengantin pria tidak hadir. Peristiwa itu tidak pernah hilang dalam ingatan melati bahkan kenangan itu seperti mimpi buruk yang pernah dialami olehnya dan keluarganya. Semenjak saat itu Melati selalu menolak beberapa lamaran yang datang kepadanya. Hal itu ia lakukan Karena rasa cintanya yang tak pernah hilang kepada Bagas atau rasa sakit hatinya yang ia pendam selama ini. Semua bercampur menjadi satu. Bagas prawira adalah putra dari Pak Burhan, saudagar kaya yang memiliki pabrik pengolahan susu, peternakan dan perkebunan yang luas. Bagas begitu memuja melati ketika suatu hari mereka bertemu dan akhirnya Bagas membawa Melati untuk diperkenalkan kepada keluarganya. Semua berjalan lancar hingga tiba saat pesta pernikahan akan digelar dan Bagas tiba-tiba menghilang. Di rumah Prayoga, Prayoga yang masih marah, pkirannya melayang, ia berharap bisa kembali ke zaman dimana kakeknya masih muda dulu. “Seandainya aku bisa kembali pada masa itu aku akan menghilangkan nyawa kakek. Agar ayah tidak dilahirkan dan hanya bisa menuruti semua kemauan kakek saja, tanpa bisa melakukan sesuatu yang dapat menolong ku” gumamnya dalam hati. Ibu yang menyusulnya masuk ke kamar Prayoga. Ia bercerita tentang kehidupan kakek. Ibu mulai bercerita sambil duduk di tempat tidur Prayoga. “Ketika itu, Keluarga besar Dinata telah menetapkan hari pertunangan Mardi, kakekmu dan Saidah, putri dari saudagar kaya raya. Hingga hari bahagia yang dinantikan telah tiba, hari pernikahan antara Madi Dinata dan Saidah.” Cerita ibu “Mereka sangat berbahagia hingga tiba dua tahun telah terlewati. Kebahagiaan yang digadang gadang tetapi tidak kunjung datang. Kakekmu mengharapkan kehadiran seorang buah hati. Sehingga akhirnya ia menikah kembali dengan gadis pilihannya sendiri. Waktu pun berlalu dan keturunan yang sangat di tunggu belum hadir dalam keluarga mereka. Yang akhirnya kakekmu memboyong seorang gadis dari desa untuk dijadikan istri ketiga. Dengan harapan segera memiliki keturunan.” Lanjut ibu, aku hanya diam dan mendengarkan cerita ibu. “Setelah beberapa bulan akhirnya Jarot, ayah mu lahir dari istri yang ketiga. Kakek mu menyambut kelahiran putranya dengan beribu kebahagiaan. Ia mengadakan pesta yang meriah untuk menyambut kelahiran putra pertamanya yang telah lama ia nantikan.” Cerita ibu berhenti sejenak “Ayahmu sangat dimanjakan sejak kecil, tetapi karena sering sakit-sakitan ia harus selalu menuruti apa yang diperintahkan orang tuanya dan terbiasa hingga sekarang.” Imbuhnya. “Jadi bisakah kamu bersikap seperti ayah, yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya?” ujar ibu. Kemudian ibu keluar dari dalam kamar Prayoga. Setelah melontarkan pertanyaan itu tanpa menunggu jawaban dari Prayoga. Apakah yang akan dilakukan oleh Prayoga? Ikuti terus kelanjutan kisahnya. 270225“Apa yang sedang kau pikirkan, Melati?” tanya Prayoga ketika melihat Melati tiba-tiba terdiam dalam lamunannya.“Ah, tidak ada mas. hanya saja aku merasa kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Wajahmu terlihat sangat pucat dan kenapa tiba-tiba sikapmu terasa berbeda seakan sedang kebingungan.” Melati menangkap sikap Prayoga yang sedang gundah.Prayoga terkejut mendengar ucapan Melati, sebenarnya ia tidak ingin mengatakan masalahnya kepada Melati. Prayoga tidak ingin Melati jadi mengkhawatirkan semuanya.“Tidak ada apa-apa, semua akan berjalan dengan baik “ Prayoga berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.“Tapi wajahmu telah menjelaskan semuanya Mas, tolong ceritakan kepadaku.” Melati yang menyadari ada sesuatu yang janggal, berusaha meminta Prayoga untuk berkata jujur.“Percayalah semua baik-baik saja, aku hanya sedikit lelah. Baiklah kalau begitu mari kita pulang. Aku ingin beristirahat dirumah. Mungkin setelah beristirahat akan lebih baik.” Ujar Prayoga menghindari pertanyaan Mel
Bab 5. SESUATU YANG TERSEMBUNYI Prayoga terdiam sambil mendengarkan cerita ibu. Di dalam pikirannya apa yang diceritakan oleh ibu itu adalah kisah dari ayahnya contoh yang diberikan Ibu adalah seorang anak yang penurut secara tidak langsung Ibu menginginkan Prayoga menuruti kemauan sang kakek dan menerima perjodohan tersebut walaupun ibu tidak mengatakan apa-apa. Prayoga merasa bimbang untuk memutuskan apa yang akan ia lakukan walau di dalam hati kecilnya masih bersikeras untuk menolak perjodohan tersebut. Dan memperjuangkan rasa cintanya kepada melati gadis pujaannya Prayoga sudah berjanji kepada orang tua melati dan juga melatih untuk datang dan segera meminang melati Putri mereka. Sang Kakek tidak akan pernah membiarkan Prayoga menikahi Melati begitu saja kakek pasti akan marah besar. Akhirnya Prayoga memutuskan menentang perjodohan itu. Ucapan kakek masih terngiang-ngiang di telinga Prayoga. “Perempuan yang kau pilih itu tidak jelas bobot dan bibitnya. Ia dari keluarga biasa
“Melati sengaja menerima Mas Prayoga, kita akan lihat apa yang akan Melati lakukan selanjutnya.” Mata Melati menerawang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.“Tetapi nduk, den Prayoga itu kelihatan sangat baik dan sepertinya dia serius dengan perasaannya terhadapmu.” Ujar bapak“Apa kurangnya Mas Bagas Pak, Mas Bagas juga sangat baik. Dia begitu perhatian dan sangat santun, tetapi lihat apa yang ia lakukan kepadaku.” Airmata mulai mengalir membasahi pipi Melati.Bayangan peristiwa 2 tahun silam kembali hadir. Sebuah peristiwa yang tidak ingin Ia ingat kembali. Peristiwa itu telah membuat hatinya hancur. Dan setiap kejadian begitu membekas di Hati melati, sehingga menimbulkan trauma dalam hidupnya.“Bapak mengerti Nduk. Tetapi Bapak juga tidak ingin kau mengalami luka yang sama, karena mencintai tuan muda dari keluarga yang kaya raya.” Kata bapak penuh kekhawatiran.“Ibu juga tidak ingin hal itu terulang lagi, nduk. Kamu harus berhati-hati sebelum mengambil keputusan. “ naseh
“Assalamualaikum selamat malam, pak.” Sapa Prayoga“walaikumsalam den Prayoga.” Jawab Bapak Melati“Silahkan masuk den, silahkan duduk” Bapak melati mempersilahkan Prayoga untuk duduk.“Iya pak” sahut Prayoga“Kalian dari mana saja, kenapa sampai selarut ini?” tanya Bapak“Begini pak, saya ingin bicara dengan bapak.” Ucap Prayoga“Ada apa den?” Bapak mulai penasaran“Maksud dantujuan saya datang kesini ingin meminta izin kepada bapak untuk melamar Melati, putri bapak dan menjadikan dia sebagai istri saya. Saya berjanji akan membahagiakan dan memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya.” Ucap Prayoga kepada bapaknya Melati.“Apa saya tidak salah dengar, den?” tanya bapaknya tak percaya“Tidak pak, saya serius dengan perkataan saya yang ingin melamar putri bapak.” Jelas Prayoga.“Melati hanya lah seorang gadis desa, den. Tidak
Melati hanya tersipu malu dan tidak berani menatap wajah Prayoga. Ia hanya sesekali mencuri pandang secara diam-diam. Binar bening dimatanya seolah menunjukkan bahwa perasaan melati pun sama seperti yang dirasakan oleh Prayoga.“Kamu belum jawab pertanyaanku?” seru Prayoga “Pertanyaan yang mana yang Mas maksudkan?” Melati berbalik tanya.“Siapa namamu?” tukas Prayoga singkat.“Nama saya Melati Mas, cukup sederhana kan?” jawab Melati “Nama yang indah, walau terdengar sederhana tetapi cukup luas maknanya.” Sahut Prayoga. “Mas sendiri siapa namanya?” Melati berbalik melempar pertanyaan kepada Prayoga.“Saya Prayoga.’ “Tunggu sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya,” ucap Melati ketika menyadari sesuatu “oh iya, benar. Kita bertemu di kantor pabrik pengolahan teh tempo hari.” Ucap Melati dengan wajah berkerut-kerut berusaha mengingat-ingat kejadian beberapa hari lalu.“J
"Naikkan gaji, tingkat kesejahteraan buruh. Gaji yang pantas fasilitas yang memadai akan menaikkan kinerja dan produktivitas kami para buruh” suara Melati menyerukan aspirasi buruh. Melati, 25 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik pengolahan teh. Ia memimpin demonstrasi mogok massal para buruh pabrik yang menuntut kenaikan gaji untuk kehidupan yang lebih baik. Pratiwi, 25 tahun yang menjabat sebagai sekretaris di perserikatan para buruh dan ia pun adalah sahabat baik Melati. “Tingkatkan kesejahteraan kami” seru Pratiwi mengiyakan suara sahabatnya tersebut. Di saat yang bersamaan sebuah mobil melintas di antara kerumunan para buruh pabrik tersebut. Seorang pemuda turun dari mobil. Dia adalah Prayoga, 28 tahun Pewaris tunggal keluarga besar Mardi Dinata pemilik dan menjabat sebagai pemimpin di pabrik pengolahan teh tersebut. “Ada keributan apa ini?” tanya Prayoga kepada Marsudi sopir sekaligus menjabat sebagai asisten pr