Part 7Aku sedang membersihkan teras setelah beberapa hari kehilangan mood untuk bersih-bersih saat dari luar pagar terdengar suara motor berhenti dan sosok yang telah cukup lama tidak kulihat, muncul di sana.Sosok Ferdy. Satu dari beberapa orang teman Andre yang dulu sering mampir ke rumah ini.Sayang, akhir-akhir ini kulihat hubungan pertemanannya dengan Andre tak lagi seakrab dulu. Entah apa sebabnya."Assalamualaikum, Tante. Andre-nya ada?" sapa Ferdy sambil menyunggingkan senyum, meskipun terkesan dipaksakan dan menganggukkan kepala."Oh, Andre. Ada. Ayo, silahkan masuk, Fer. Sudah lama ya kamu nggak ke sini, ke mana saja?" tanyaku mencoba beramah tamah pada teman putraku itu."Lagi sibuk kegiatan kampus aja sih, Tan. Andre juga sibuk persiapan ujian kemarin, jadi kita sepakat nggak kumpul-kumpul dulu, biar bisa lulus mata kuliah dengan baik dan nggak perlu perbaikan nilai lagi, Tan,' sahut Andre sambil kembali tersenyum tipis.Aku pun balas tersenyum, membuka pintu pagar lalu m
Part 8Tetapi lagi-lagi, Andre tidak mengindahkannya hingga akhirnya lelaki bersorban putih di depan kami itu membacakan ayat-ayat suci dan tubuh Andre akhirnya menegang serta dari mulutnya terdengar jerit kesakitan yang memilukan."Cepat katakan kamu siapa?" Ustadz Yusuf bertanya lebih tegas sembari mulut beliau tak putus-putusnya merapal doa dan berbarengan dengan itu, dari bibir Andre pun keluar jerit kesakitan yang tak henti-henti."Ampun ... ampun ...! Panas ...! Panas ...! Jangan teruskan lagi. Tolong ...," ratap Andre dengan suara mengiba."Kalau kamu mau saya berhenti menyakitimu, cepat katakan kamu siapa dan apa tujuanmu masuk ke tubuh cucuku ini? Jawab yang jujur?" Ustad Yusuf menghentikan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'annya dan memberikan kesempatan pada mahluk gaib di dalam tubuh Andre untuk bicara."Saya ... Ning. Saya sengaja masuk ke tubuh ini untuk balas dendam. Saya sudah disakiti, sudah dihina, dilecehkan dan direndahkan begitu saja! Dan saya tidak terima semua itu!
Part 9Ya, aku perhatikan akhir-akhir ini putraku itu memang suka sekali melamun sendirian. Entah apa yang dia pikirkan tapi setiap kali ditanya, ia hanya menggelengkan kepalanya dan menghindariku dengan berbagai macam cara."Andre, benar kata ustadz Yusuf, akhir-akhir ini kamu mama perhatikan memang suka melamun. Ada apa, Ndre? Ayo, cerita sama mama. Jangan ada yang disembunyikan dan ditutup-tutupi?" ujarku pada Andre yang duduk sembari sesekali menatap ujung kaki dengan ekspresi tak tenang seperti biasanya.Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan putraku itu hingga gelagatnya jadi mencurigakan seperti ini ya?"Nggak ada apa-apa, Ma. Andre cuma kepikiran ujian semester aja. Pengen semester ini lulus semua dengan baik biar nggak perlu perbaikan nilai lagi. Cuma mikirin itu aja kok, Ma," sahut Andre. Sama seperti biasanya tiap kali kutanya mengapa sikapnya tak lagi ceria seperti dulu.Tanpa menunggu reaksiku atas jawaban klise nya itu, anak lelakiku itu tiba-tiba bangkit bersamaan d
Part 10Pagi ini, setelah semalam ustad Yusuf mengatakan bahwa jin yang sengaja menyerupai sosok Ning, insyaallah tak akan datang lagi menganggu asalkan aku rajin menjaga amalan yang diperintahkan bagi seorang muslim untuk diamalkan sehari-hari.agar terhindar dari godaan jin dan syaitan, maka aku pun mulai memberanikan diri masuk ke dalam kamar Ning untuk bersih-bersih.Sudah hampir dua minggu memang kamar itu kubiarkan kotor begitu saja. Sebab jangankan masuk ke sana, bahkan berada di dalam rumah sendiri saja, perasaanku selalu dicekam ketakutan.Namun, sejak ustadz Yusuf datang dan membantu kami mengusir jin yang selama ini mengaku telah bersemayam di tubuh Ning, situasi di dalam rumah ini pun mulai berangsur-angsur pulih kembali hingga aku pun mulai merasa nyaman dan tenang serta berani beres-beres masuk ke dalam kamar-kamar yang selama dua minggu ini nyaris tak pernah aku bersihkan.Apalagi kamar Ning yang notabene menjadi tempat meninggalnya gadis itu kemarin. Suasana horor dan
Part 11"Andre Herlambang Putra. Itu nama yang tertulis di sini, Bu," ucap petugas perempuan itu sambil berpaling menatapku.Degg!!!Mendengar nama itu, sontak aku memegangi dada yang tiba-tiba berdebar kencang. Tubuhku bergetar hebat dan nyaris limbung jika tidak buru-buru berpegangan pada tepi meja.Apa? Jadi putraku sendiri pelakunya? Lelaki yang sudah tega menghamili Ning dan membiarkannya sendirian menanggung beban itu hingga akhirnya gadis itu memutuskan bunuh diri?Itu juga sebabnya, Ning tak mau jujur berterus terang mengenai keadaannya yang sedang berbadan dua karena tentu saja ia takut padaku dan juga pada Mas Reno?Ya, Tuhan. Bagaimana bisa Andre berbohong dan mengatakan tidak tahu menahu soal Ning yang sedang berbadan juga jika sebenarnya dia lah yang sudah merenggut kehormatan Ning dan menanamkan benih di rahimnya? Benar. Bukti seprai yang robek di sana sini itu sudah lebih dari cukup untuk mengarahkan semua tuduhan itu pada putraku sendiri. Putra yang tega berbohong pad
Part 12"Beberapa hari ini aku justru diancam oleh seseorang, Ma. Dia mengancam agar aku tak bicara lagi soal kematian Ning, atau ... .""Atau apa?" Kali ini Mas Reno yang buka mulut."Mereka akan menghabisi keluarga kita!" sahut Andre dengan nada suara nyaris putus asa dan membuatku kembali dilanda rasa terkejut dan shock untuk kesekian kalinya.======"Maksud kamu?" Aku memicingkan mata demi mendengar ucapan Andre yang begitu mengejutkan.Siapa yang hendak menghabisi kami hanya gara-gara membicarakan soal Ning yang bahkan sudah meninggal dunia?"Aku nggak tahu, Ma. Cuma setelah Ning meninggal, aku sempat nanya ke Ferdy, apa dia pernah gangguin Ning, soalnya malam itu dia yang ngantar aku pulang sementara aku nggak ingat sama sekali kalau sudah melakukan perbuatan buruk itu pada Ning," sahut Andre sembari menunduk.Mendengar jawaban Andre, aku menghembuskan nafas dengan perasaan gundah. Ah, kenapa semua jadi rumit begini?Kupikir awalnya sudah menemukan titik terang saat mendapati na
Part 13Ning hanya mampu teriak tertahan karena lakban yang dibalut ke mulutnya membuatnya tak bisa teriak sekencang mungkin, agar para tetangga mendengar dan menolongnya.Sosok Alvaro yang sudah dikuasai nafsu setan membuatnya tidak berdaya. Berkali-kali gadis itu menerjang dan meronta tapi percuma.Ning hanya bisa menangis pasrah saat akhirnya kesuciannya direnggut paksa oleh laki-laki biadab itu.Laki-laki yang selalu memandanginya dengan sorot mata aneh saat datang menjemput Andre kuliah, atau main keluar. Namun, Ning tak pernah menyangka jika ternyata lelaki itu memendam keinginan untuk melakukan perbuatan biadab seperti ini dan melampiaskannya saat kedua majikannya sedang tidak ada di rumah dan Andre juga dalam keadaan tidak sadar karena mabuk berat.Lalu setelah itu bergantian Bram dan Dicky melampiaskan nafsu setan mereka. Membuat Ning makin hancur, bukan saja oleh sakit fisik tapi juga hati."Sekarang gantian kamu, Fer!" ucap Dicky, laki-laki yang terakhir merenggut kehormata
Part 14Beberapa menit kemudian, Ning keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah keruh sambil berucap pelan, "positif Fer, aku ha--mil ... .""Kamu hamil? Ya, Tuhan ... ." Ferdy mengusap kepalanya dengan gundah lalu menatap Ning dengan pandangan prihatin."I--iya ... apa yang harus kulakukan sekarang?" Ning terisak. Benaknya kalut.Betapa malang hidupnya. Setelah diperkosa tanpa perikemanusiaan, sekarang ia hamil akibat perbuatan manusia-manusia berhati iblis itu. Sungguh menyedihkan nasibnya.Sekarang apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia menggugurkan kandungannya? Kalau iya, kemana dia harus minta tolong? Dan dari mana ia mendapatkan biaya untuk melakukan itu?Seolah mendengar pergulatan batin Ning, Ferdy membuka mulutnya."Jangan digugurkan, Ning. Bahaya. Kamu bisa meninggal kalau melakukan itu," ujar lelaki itu sembari menatap tajam Ning, membuat Ning tak berdaya."Lalu? Nggak mungkin 'kan akan melahirkan anak dari manusia-manusia iblis itu, Fer?" jawab Ning dengan suara bergetar