Share

2. SUNAH RASUL

Author: Herofah
last update Last Updated: 2024-02-25 00:02:22

"Aisha? Aisha?" Teriak seorang lelaki dengan wajah cerianya.

Berjalan tergesa memasuki sebuah rumah kontrakan sederhana yang kini menjadi tempat tinggalnya dengan sang istri.

Mencari di mana keberadaan Aisha ke kamar, tapi sang istri tak ada di sana, lantas Samudra pun beranjak ke dapur.

"Ada apa Mas? Masuk rumah bukannya ngucap salam, malah teriak-teriak," sahut Aisha yang saat itu sedang tanggung memasak.

Samudra yang saat itu sedang bahagia tak mengindahkan omelan Aisha dan langsung memeluk sang istri dari arah belakang. Senyum lebarnya terus terkembang memperlihatkan lesung pipinya yang manis.

"Aku diterima bekerja hari ini," bisiknya pada Aisha.

Mendengar hal itu Aisha lantas mengucap syukur dan hamdalah berkali-kali. Mematikan kompor sejenak lalu berbalik ke arah sang suami, melingkarkan kedua tangannya di leher Samudra.

"Aku bilang juga apa, rejeki itu pasti akan datang kalau kita terus berdoa, nggak mengeluh, dan yang terpenting usaha," ucap Aisha yang memang senang sekali berceramah. Seperti seorang Ustadzah. "Kamu dapet kerja di mana?"

"Di pabrik Susu, nggak jauh dari kontrakan lama kita sebelum ini," jawab Samudra antusias.

Aisha mengerucutkan bibir seperti orang berpikir, "Oh ya, aku tau. Yang deket Supermarket itu ya kalau nggak salah?"

"Ya, betul sekali!" Jawab Samudra seraya mencuil ujung hidung sang istri yang mancung. "Ya, seenggaknya walau gajinya nggak besar yang pentingkan aku punya gaji tetap. Ini juga karena dibantu Pak Salim, orang dalam, kalau nggak mana bisa aku masuk ke sana, Ijazah aja nggak ada,"

"Wah, Pak Salim baik banget ya, Mas. Nanti kalau kamu gajian, inget tuh harus kasih dia apa gitu sebagai tanda terima kasih,"

"Pastinya dong,"

"Udah ah, aku mau lanjutin masak. Kamu mandi sana terus shalat Ashar, nanti habis itu, baru kita makan sama-sama,"

Pelukan mereka terlepas karena Aisha yang kini kembali sibuk melanjutkan kegiatannya di dapur.

"Kamu masak apa?" Tanya Samudra seraya melongok ke arah wajan sambil membuka satu persatu kancing kemejanya.

"Masak orek tempe doang, ini juga tempe sisa kemarin, nggak apa-apakan?"

"Nggak apa-apa sayang, apa pun masakan kamu pasti aku makan kok," ucap Samudra manja yang dengan jahil malah mencuri kesempatan dengan mengecup pipi istrinya sebelum akhirnya dia ngibrit ke kamar mandi, membuat Aisha memberengut, menahan senyum.

Semenjak menikah, kehidupan mereka memang jauh dari kata sempurna.

Dari yang awalnya tidak memiliki tempat tinggal, lalu memutuskan untuk bermalam di satu masjid ke masjid lain, hingga akhirnya mukjizat Allah datang saat ada orang yang menawari Samudra kontrakan murah meriah di pinggiran kota.

Meski dengan keadaan sangat memprihatinkan.

Rumah itu memang murah, tapi karena saking murahnya, seperti sudah tak layak huni.

Atap reot, dengan dinding rumah yang bertambal triplek dan plastik. Lantainya yang masih tanah serta aroma sekitar yang kurang sedap dihirup karena lokasinya yang dekat dengan tempat pembuangan sampah.

Tapi karena kebutuhan, alhasil mereka pun memutuskan untuk tinggal sementara di rumah itu sampai mereka memiliki uang lebih untuk menyewa rumah yang lebih layak.

Cukup tiga bulan, Samudra dan Aisha pun memutuskan pindah setelah uang mereka terkumpul. Dan di sinilah sekarang, mereka tinggal.

Di sebuah kontrakan sederhana daerah Bekasi yang keadaannya jauh lebih layak dari kontrakan mereka sebelumnya.

Sejauh ini sebelum pindah kontrakan, Samudra bekerja serabutan.

Apapun pekerjaan halal yang bisa menghasilkan uang meski hanya seperak dua perak dia kerjakan dengan penuh semangat.

Meski harus berlelah diri mengais rejeki sementara hasilnya tak sesuai dengan tenaga yang sudah dia keluarkan, Samudra tak lantas menyerah apalagi mengeluh.

Jika memang dia merasa penat dan lelah, maka merebahkan kepala di atas pangkuan Aisha, bermanja-manja dengan Aisha, adalah obat paling ampuh untuk menghilangkan semua kepenatannya.

Saat itulah, Aisha akan memijit kepala Samudra, mengelus-elus rambut hitam dan tebal sang suami seraya menceritakan kisah-kisah suri tauladan sang Baginda Nabi Muhammad SAW.

Tentang bagaimana perjuangan Nabi saat berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam.

"Bukannya didukung, melainkan Nabi Muhammad SAW justru dimusuhi, dibatasi ruang geraknya, dan bahkan dikejar-kejar untuk dibunuh. Siapa saja yang membela kegiatan Nabi Muhammad dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiah yakni tentang keberadaan Islam di muka bumi, juga ikut dimusuhi. Akhirnya setelah sekian lama tidak membawa hasil maksimal, Nabi Muhammad SAW, kemudian berhijrah atau berpindah dari Makkah ke kota Yastrib atau sekarang ini disebut dengan Madinah. Betapa beratnya perjuangan tersebut, sebenarnya bukan saja dapat dilihat dari kekuatan mereka yang harus dihadapi, tetapi juga dari bagaimana utusan Allah itu harus berhijrah." Tutur mulut Aisha saat dirinya mulai bercerita.

"Dalam berhijrah Nabi Muhammad harus menempuh jarak yang cukup jauh, dan hanya mungkin dapat ditempuh dalam waktu lama hingga berhari-hari. Makkah - Madinah sekarang ini dengan bus bisa ditempuh dalam waktu antara 6 hingga 7 jam. Sementara itu, jika menggunakan pesawat udara memerlukan waktu perjalanan sekitar 45 menit. Maka tidak dapat dibayangkan beratnya jika jarak itu ditempuh dengan berjalan kaki atau naik unta? Belum lagi cuaca panas di tengah gurun pasir berbatu. Tapi, Nabi Muhammad tidak pernah menyerah. Dia terus berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, hingga akhirnya beliau wafat."

"Itulah sebabnya, kita sebagai umat Nabi, tidak boleh berputus asa akan rahmat Allah. Sesulit apapun hidup kita di dunia, jika kita bersabar dan ikhlas, maka percayalah, kesulitan-kesulitan itu pasti akan hilang dengan sendirinya. Karena apa? Ya karena hati kita yang ikhlas itu tadi, ridho menerima apa yang sudah Allah kehendaki terhadap diri kita adalah yang terbaik."

"Udah Bu Ustadz ceramahnya?" Tanya Samudra yang masih asik berada dalam pangkuan Aisha.

Aisha menoyor kepala suaminya meski dengan gerakan lembut. "Kamu dengerin aku ngomong nggak sih sebenernya?"

"Iya dong aku denger. Denger, dan diresapi," lanjut Samudra sambil tertawa.

"Tuhkan ngeledek? Dosa loh!"

"Loh kok dosa? Aku cuma ketawa doang ya?"

"Nggak, aku tau, tawa kamu tuh ngeledek aku!" Aisha jadi sewot. "Ah, males cerita-cerita sama kamu lagi,"

Seketika bangkit dari duduknya, dan membiarkan kepala Samudra terbaring di lantai, Aisha melepas mukenanya dan masuk ke dalam kamar.

"Tuh, malah masuk kamar? Ngasih kode ya?" Ucap Samudra yang masih cengengesan. Lelaki itu bangkit dan melepas sarung yang dia kenakan, menyusul sang istri ke kamar.

Aisha yang masih pura-pura ngambek hanya terdiam. Masih berusaha menahan untuk tidak tertawa.

"Ih, kamu mau ngapain?" Tanya Aisha saat dilihatnya Samudra malah membuka pakaian.

"Ya, mau sunnah Rasul dong, inikan malam jumat, gimana sih?" Kata Samudra yang kini mulai berjalan mendekati Aisha yang terduduk di kasur lantai milik mereka.

Senyum di wajah Aisha akhirnya merekah saat tubuh Samudra kini sudah menindih tubuhnya.

"Aku nggak mau lama-lama ya Mas! Awas kalau sampai kayak kemarin! Nanti aku kesiangan lagi! Besok aku mau bangun pagi, shalat tahadjud!" Ancam Aisha ketika sang suami mulai menyerangnya.

*****

HAYO, SIAPA YANG BAPER?

YUK KOMEN ❤️🙏🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   68. EPILOG

    Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   67. SESEORANG BERINISIAL "N"

    Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   66. GEBETAN BARU

    Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   65. MAAF, KARENA TELAH MENCINTAIMU

    Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   64. PELURU YANG MENEMBUS TUBUH

    Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   63. KESALAHAN TERBESAR

    "Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status