MY BAD BOSS

MY BAD BOSS

Oleh:  Erl  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
81Bab
582Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebelum kepergiannya, ayah Hanasta berpesan bahwa apa pun yang terjadi, gadis itu tidak akan pulang ke negaranya sebelum kuliahnya selesai. Hanasta menyanggupi itu, tapi pada suatu hari, melalui telepon, beberapa orang menyergap ayahnya dan memukulinya. Sejak saat itu, ia terputus hubungan dengan ayahnya. Bahkan, ketika pulang, ayahnya dinyatakan hilang. Sampai pada akhirnya, teman ayahnya mengabarkan bahwa ayahnya berada dalam penguasaan seorang bos jahat, Zan. Dengan segala cara Hanasta bertekad membebaskan ayahnya. Tapi, perlawanan Hanasta justru membuat Zan terpikat. Mampukah Hanasta menaklukan Zan?

Lihat lebih banyak
MY BAD BOSS Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
81 Bab
Percakapan Terakhir
“Halo! Ayah!”Hanasta berulang kali mengucapkan itu ketika sepertinya ayahnya yang berada jauh di negaranya itu seolah sedang tidak fokus bicara dengannya.“Ayah! Apa sinyalnya nggak bagus?” Hanasta menekankan telepon genggamnya di telinga. “Ayah!”Alih-alih mendengar jawaban ayahnya, gadis yang baru saja kuliah di luar negeri itu malah mendengar suara gemerisik nggak jelas.“Ayah-”“Ssst! Sebentar Hana!” Suara berbisik ayahnya membuat Hanasta khawatir.“Ada apa, Ayah?” Hanasta ikut-ikutan melirihkan suara.“Tunggu!” Suara ayahnya makin lirih.Hanasta diam sejenak, berusaha sabar menunggu seperti permintaan ayahnya. Tapi-“Brak!!”“Ting!”Hanasta terkejut ketika malah mendengar bunyi suara pintu dibuka paksa. Dan suara denting lonceng yang mengiringi gedubrak pintu itu membuat ia mengetahui bahwa saat itu ayahnya sedang berada di rumah mereka. “Ayah!!”“Bawa dia!” Teriakan suara berat laki-laki yang sepertinya merangsek masuk ke rumah mereka.“Tolong jangan-”“Ini yang layak Kamu dapa
Baca selengkapnya
Zan Ducan
“Kenapa gadis itu?” batin Zan begitu melihat gadis yang baru saja duduk di sampingnya berlari mengejal mobilnya. “Apa urusan gadis itu denganku?”“Bos, sepertinya, gadis itu mengejar Anda,” info laki-laki berotot yang duduk di samping kemudi.Zan mengerutkan kening. “Aku nggak merasa mengatakan apa pun yang akan membuat gadis itu berlari mengerjarku sampai seperti itu.”Zan menoleh dan melihat gadis itu terus mengejar sambil meneriakan sesuatu.“Wajah dan penampilan Anda nggak membutuhkan kata. Gadis mana yang nggak akan tertarik dengan Zan Ducan.” Laki-laki berotot itu ikut melihat ke arah belakang.“Kupikir dia bukan jenis yang akan begitu saja tertarik dengan penampilan dan wajah. Dia bukan gadis dari dunia kita. Jadi, dia nggak tahu siapa Zan Ducan.” kilah Zan datar.“Apa Bos ingin mobil ini berhenti?” tanya laki-laki berotot itu seraya menatap wajah Zan.Zan termenung sesaat.“Tapi, biasanya gadis-gadis akan menimbulkan masalah, Bos.” Laki-laki berotot itu memberikan rambu penola
Baca selengkapnya
Dibalik Percakapan Terakhir
“Brak!"“Agh!” seru Hana kesal. Suara gedubrak dari pintu yang dibanting itu adalah suara keempat kalinya setelah ia mencoba bertanya pada para tetangga yang berada satu lantai dengan bekas rumahnya dahulu.“Ayah ... Kamu di mana?” keluhnya sambil mengelap keringat yang mulai membasahi wajahnya.Tapi, jelas nggak ada satu pun yang bakal menjawab keluhan lirihnya. Lalu, ia berjalan dengan gontai sambil menarik tas travel berodanya ke lantai dasar.“Eh! Bukankah pemilik toko elektronik di depan bangunan ini sahabat ayahku?” cetusnya dalam hati.Semangat yang sempat surut kembali berkobar. Ia mempercepat langkahnya untuk segera sampai di tempat itu.“Om,” sapa Hana sembari sedikit membungkukan kepala.“Oh! Hana!” Laki-laki bermata sipit itu ternyata masih mengingat Hana. “Om, tahu nggak ke mana ayah Hana pindah?” Hana menatap laki-laki itu lekat. Ia berharap yang satu ini nggak seperti tetangganya yang lain.“Ah ...,” desah laki-laki itu lemah. Ia terlihat sedih ketika melihat tas trav
Baca selengkapnya
Klub Victory
“Bawa ini ke ruang Glorius!” Seorang kepala pegawai laki-laki memerintahkan itu pada bawahannya. Ia menunjuk ke satu set menu yang berada di atas nampan.Pegawai laki-laki yang menerima perintah itu mengangguh patuh dan segera membawa nampan itu ke ruang yang ditunjuk. Glorius adalah satu ruang VIP di klub Victory di pusat kota yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu, seperti pemiliknya dan orang-orang yang dekat dengannya. Itu artinya, pegawai yang membawa nampan itu harus menyajikan apa pun dengan cara yang sempurna.Lalu, ia memasuki ruang itu dengan sikap hormat. “Silahkan Mr. Zan Ducan!” Ia meletakan nampan itu dengan persisi.“Bagaimana dengan kreasi menu baru ini?” Zan mengambil sendok dan mencicipi salah satu menu.“Banyak pengunjung klub yang memesan set menu ini sejak pertama kali menu ini diluncurkan, Bos.” Pegawai laki-laki itu mundur selangkah.Zan mengunyah dan meneliti rasa yang terkandung dalam salah satu makanan itu. “Bagus!”Pegawai laki-laki itu henda
Baca selengkapnya
Hanya Ingin Bicara
“Ting!” Sendok terlepas dari tangan Zan. Dan hening menyapu ruangan itu, hanya suara terengah gadis itu yang terkadang terdengar.“Wow!” seru Zan begitu keterkejutannya berakhir. “Tamu tak diundang yang mengejutkan!”“Aku nggak bermaksud untuk-”“Bos!” Kalimat gadis itu terpotong dengan kedatangan dua orang bodyguard yang menyusul Hana. Mereka berdua hampir saja bertabrakan karena berhenti mendadak.“Kalian gagal?” sindir Zan sinis.“Ma- maaf, Bos.” Mereka menunduk. Lalu, “Kami akan menyeret gadis kurang ajar ini keluar.”“Hm.” Zan menggelengkan kepala. Lalu, mengangkat tangannya sebagai isyarat pelarangan. “Sepertinya ia hanya ingin bicara.”Kemudian Zan menggerakan jarinya untuk meminta gadis itu maju.Gadis itu melirik kesal ke arah dua bodyguard itu, lalu, ia berjalan beberapa langkah kemudian berdiri tepat di depan meja kaca di mana Zan berada.Ia menginsyaratkan kedua bodyguard itu untuk menutup pintu. Keduanya menjalankan perintah itu, tapi nggak meninggalkan ruangan. Mereka b
Baca selengkapnya
Sabotase Laporan
“Bapak nggak bisa gitu dong! Saya ‘kan juga-” “Begini.” Polisi dibalik meja itu mengangkat tangannya untuk menghentikan protes dari mulut Hana. Ia memberanikan diri menatap langsung mata Hana. “Saya tidak bisa menjelaskan secara rinci. Pokoknya, kami nggak bisa memproses laporan ini. Jadi, sebaiknya Anda menunggu kepulangan ayah Anda di rumah.” “Lo?! kok gitu, Pak?! Pak, saya punya bukti kuat tentang penganiayaan dan penculikan ayah saya. Saya akan tunjukan pada Bapak.” Hana merogoh tas punggungnya. “Hei!” Tapi, polisi itu malah memanggil dua rekan kerjanya yang berada tak jauh dari mejanya. Dua orang polisi itu mendekat dan tiba-tiba- “Pak, ini apa?” Hana bingung setengah panik ketika kedua polisi itu menghampiri, mencekal tangannya dan mendorongnya ke arah pintu keluar dan pelan tapi tegas. “Kami nggak bermaksud melakukan ini, tapi percayalah! Ini demi keamanan Anda dan kita semua.” Dua polisi itu membuat Hana berdiri di depan pintu dalam keadaan tercengang. “Saya harap ayah A
Baca selengkapnya
Data Identitas Tersadap
“Panggil dia!” perintah Zan pada sekretaris pribadinya.Laki-laki yang mengenakan stelan jas lengkap berwarna coklat itu mengangguk pelan. “Anak buah Anda akan ke ruangan ini sebentar lagi, Bos.”Zan mengangguk, tapi ia belum memberikan tanda-tanda untuk mengizinkan seketaris pribadinya itu keluar dari ruang kerjanya yang berada di lantai teratas tower Teta Tech Corporation.“Ada lagi yang perlu saya lakukan, Bos?” Laki-laki itu membaca tatapan tajam bosnya.Kedua sudut mata Zan sedikit menyipit. “Apa Kamu yakin telepon genggam atau komputermu nggak dibajak orang?”Seketaris pribadi Zan terlihat terkejut, wajahnya bingung. “Saya pikir semuanya dibawah kontrol, Bos. Semua baik-baik saja.”Zan mengangguk ragu. “Kalau begitu, bagaimana gadis itu bisa menemukanku masih menjadi misteri yang menarik.”“Gadis?” Raut wajah laki-laki itu makin bingung.“Lupakan!” Dengan cepat, Zan menepis udara kosong. “Hanya saja, jika ada sesuatu yang janggal, segera laporkan!”Anak buah Zan itu mengangguk d
Baca selengkapnya
Kepingan Masa Lalu
“Apa sampai bisa kehilangan nyawa?” Andro menatap lekat Hana.Hana mengedikan bahu. “Melihat bagaimana laporan itu diabaikan begitu saja, bahkan aku diusir dari kantor polisi, siapapun yang ada dibelakang semua itu pasti bisa melakukan apa pun, termasuk menghilangkan nyawa orang lain.”“Oh!” Andro menyibakan rambutnya, kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu, ia kembali menatap Hana dengan tajam. “Aku tetap akan membantumu, demi pertemanan kita di masa lalu.”Seketika Hana meletakan sendok di tangannya, menatap Andro dengan tatapan penuh rasa terima kasih. “Di sela-sela kekalutan dan ketidakpastian ini, ucapanmu benar-benar menghiburku. Kamu harus tahu kalau aku menghargai kesedianmu.”Andro tersenyum. “Ini bukan hanya untuk pertemanan kita, tapi juga amanat dari Hans.”Hana ternganga ketika nama itu kembali disebut. Dan nama itu juga kembali mencolek rasa sakit yang telah lama berusaha ia kubur rapat-rapat di hatinya.“Ah! Hana, maaf aku benar-benar nggak bermaksud untuk-”
Baca selengkapnya
Ketertarikan Makin Dalam
“Zan, please ....” Max merasa lelah. “Kamu bisa berhubungan dengan siapapun. Shelomita White, Arina Tsarkova, Madeline Smith atau siapapun itu, tapi tidak dengan gadis tanpa nama belakang itu!”“Max, tenang! Apa yang Kamu takutkan,” balas Zan santai.“Ah! Zan. Kita mengenalmu sejak aku baru bisa jalan. Dan aku tahu sekali tanda-tanda jika Kamu sedang tertarik dengan seorang gadis.” Max meletakan kedua jarinya yang membentuk huruf V ke arah matanya, lalu mengalihkan kedua jari itu ke arah Zan.Zan hanya mengedikan bahu. “Aku hanya ingin tahu apa yang membuat gadis itu senekad itu. Itu saja.”“Ah, katakan apa saja. Tapi, Kamu nggak akan pernah bisa membohongiku!” seru Max tegas.Zan mengarahkan pandangannya ke arah kertas yang menyertai foto gadis yang telah menggeruduk klub bergengsinya itu.“Max, kenapa alamat rumah gadis itu nggak diketahui?” Zan mengerutkan kening.“Ah ....” Max kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. “Itu juga yang membuatku kesal! Jadi, ke mana Victory
Baca selengkapnya
Menelusuri Jejak Masa Lalu
“Kamu tahu?” Wajah Hana pias.“Jadi, menurutmu aku nggak tahu?!” Hans mengetuk-ngetukan telunjuknya ke kepala Hana dengan pelan. “Naif. Alex juga tahu.”“Puh ....” Hana mengembuskan napas panjang. Lalu, ia menunduk.“Kevin memang paling lembut di antara kita bertiga. Dan di matanya, ia lebih dari sekadar orang yang mirip ayahmu, Kamu juga mencintainya.” Hans menahan sesak.Sedangkan, Hana makin dalam menunduk.“Aku tahu kalian saling mengasihi. Kevin lebih sekadar dari menjagamu, ia juga mencintaimu. Tapi, jika kalian memang nggak ditakdirkan bersama, bukan berarti pertemanan kita berempat bubar, bukan?” Hans mendorong bahu Hana dengan telunjuknya pelan.Hening menyela di antara keduanya.“Hei!” Hans merangkul bahu Hana. “Kalau nggak ada Kevin, masih ada aku. Em, bukankah kita akan menjadi pasangan petualang yang seru? Hana dan Hans, lihat! Bahkan nama kita saja sudah cocok. Hmm, sepertinya semesta juga mendukung itu.”Seketika Hana mengangkat pandang. Ia menoleh ke arah Hans dan mena
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status