Sebelum kepergiannya, ayah Hanasta berpesan bahwa apa pun yang terjadi, gadis itu tidak akan pulang ke negaranya sebelum kuliahnya selesai. Hanasta menyanggupi itu, tapi pada suatu hari, melalui telepon, beberapa orang menyergap ayahnya dan memukulinya. Sejak saat itu, ia terputus hubungan dengan ayahnya. Bahkan, ketika pulang, ayahnya dinyatakan hilang. Sampai pada akhirnya, teman ayahnya mengabarkan bahwa ayahnya berada dalam penguasaan seorang bos jahat, Zan. Dengan segala cara Hanasta bertekad membebaskan ayahnya. Tapi, perlawanan Hanasta justru membuat Zan terpikat. Mampukah Hanasta menaklukan Zan?
Lihat lebih banyak“Wah! Kamu nggak tahu betapa bahagianya aku melihatmu bangun?” Zan mengabaikan kekagetan Hana.“Ka-” Keterkejutan Hana seolah tak berujung.Tapi, setelah keterkejutannya mereda gadis itu memukuli bahu Zan dan mendorong laki-laki itu dengan sisa-sisa tenaganya. “Pergi!”“Hana ....” Tapi, Zan terus berusaha memeluknya. Sampai akhirnya, gadis yang masih lemah itu kembali dalam pelukannya.Dan Hana kembali menangis. Ia terus berusaha mendorong bahu Zan menjauh, tapi makin ia lakukan itu, ia justru merasakan dekapan yang makin erat.Hana nggak lagi bisa menolak karena sisa-sisa tenaganya makin berkurang. Ia terpaksa membiarkan dirinya kembali mendengar detak jantung Zan yang ia akui sedikit membuatnya tenang.Hening dan sisa isak tangisnya mendominasi suara di ruangan itu.Hana menjauhkan tubuhnya dari dada Zan, lalu ia turun dari ranjang. Tapi, Zan tak melepaskan gadis itu begitu saja. Ia tetap menggenggam tangan Hana dengan erat.Dan apa yang diperkirakan Zan terjadi, gadis itu limbung b
Sementara itu, Neo yang baru saja keluar dari ruang pribadinya sedang dikejar oleh asisten pribadinya.“Bos, team ANFIS menemukan sesuatu,” bisik laki-laki muda yang mengenakan stelan jas lengkap itu.“ANFIS?” Dan kata itu membuat langkah Neo terburu. Ia memasang earpiece sambil berjalan dengan cepat menuju ruang yang dimaksud. “Sambungkan dengan Andro.”Dan ketika perintah itu dilaksanakan oleh orangnya, sambungan lain ikut bergabung.Neo masuk ke dalam ruangan dan melihat seorang laki-laki yang mengenakan jas putih duduk di depan layar-layar komputer. Laki-laki itu terlihat antusias melihat kedatangan bosnya.“Apa yang kalian temukan?” Neo mendekat dan duduk di dekat layar yang grafiknya menunjukan garis datar.“Layar yang memantau Hana memang tak bisa terbaca.” Laki-laki itu menunjuk layar komputer di dekat Neo.“Ya, jarak membuat kita kehilangan jejak chip di tubuh Hana,” balas Neo dengan cepat.“Tapi, layar yang memantau sinyal penerima di gedung Teta menunjukan aktivitas.” Laki-
Sekian menit kemudian, helikopter Bell itu bergerak mendekati Teta Hospital.Pesan Radio dari dokter Ann disampaikan melalui radio yang berada di Teta Hospital. Pesan bahwa Zan harus mendarat di helipad Tower Teta Tech.Zan yang sudah hendak menuju ke helipad rumah sakit Teta mengurungkan niat. Ia mengarahkan helikopter itu seperti yang diperintahkan.Beberapa saat kemudian, helikopter mendarat di tempat tujuan dengan sukses. Kedatangannya disambut oleh dua orang laki-laki yang bertugas sebagai teknisi helikopter.Zan bergegas menuju lift yang karena kedatangannya sumber daya yang ada digunakan di sana.Lift itu membawa pemilik Teta Tech itu ke satu-satunya ruangan yang masih beroperasi di lantai dasar gedung itu, ruang IT.Zan berjalan di lorong-lorong yang hanya diterangi oleh lampu-lampu emergency. Gedung yang sebelumnya memperkerjakan ribuan orang itu kini bagaikan gedung terbengkalai tak perpenghuni.Lalu, ia tiba di ruangan yang dituju.“Selamat datang!” sambut Max dengan kesal.
“Zan, Kamu sedang nggak ingin mencelakakan orang lain, bukan?” Alicia terlihat tak sabar.Zan menghela napas dalam. “Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga nggak pasti dengan hasil tindakanku ini. Hanya saja, aku nggak punya cara lain selain bertaruh dengan ini.”“Ah ...,” dengkus Alicia lelah. “Sepertinya makin hari kegilaanmu makin menjadi, Nak.”Zan tersenyum menyeringai. “Itu juga yang dikatakan, Ann.”“Alicia, kalau begitu kita harus memantau kondisi gadis ini dengan cermat,” sela Ryan dengan penuh penekanan. “Apakah kita harus mendatangkan alat-alat medis dari kota?”“Nah!” seru Zan antusias. “Itulah kenapa gadis ini kubawa ke sini. Kalian berdua adalah orang tua Ann, yang juga telah merawatku ketika itu. Jadi, aku percayakan gadis ini dibawah pengawasan kalian.” Zan tersenyum puas.“Ah ....” Kedua bahu orang tua Ann itu turun dengan lelah secara bersamaan.Siang berlalu.Dan malam itu, Zan memasang proyektor yang gambarnya ditembakan ke dinding kosong di samping ranjang Hana.
“Penerbangan dalam jarak pandang lebih dari lima ribu meter diizinkan.” Zan mengulang apa yang dikatakan oleh seseorang dari Unit Pengawas Penerbangan.Sebuah senyum seringai tipis terukir di sudut bibirnya. “Kamu dengar itu, Hana?” Ia berkata seolah gadis itu dalam keadaan normal.“Hari ini aku akan menikmati salah satu penerbangan terindah dalam hidupku.” Kali ini senyum Zan terlihat lebar. Ia sekilas melirik ke arah Hana.“Dan jangan khawatir! Gini-gini aku memegang lisensi penerbangan.” Ia membanggakan diri seolah gadis itu baru saja memprotesnya.“Ah ... andai Kamu membuka mata.” Lalu, ia melihat pemandangan kota jauh di bawah sana. “Aku sengaja memilih helikopter dengan gelembung kaca ini agar nggak ada yang bisa menghalangi pandangan matamu untuk menikmati keindahan alam ini.”Tapi, kemudian Zan tertawa geli. “Tapi, mungkin jika Kamu membuka mata, Kamu justru akan menertawakan keklasikan helikopter ini. Jika ini milikmu, mungkin Kamu akan menambahkan teknologi ANFIS, MFCC atau
“Perbesar gambar!”Di sebuah ruangan di Tower Robotic, Neo sedang memberikan perintah melalui earpiece-nya.Di depannya, sebuah layar datar komputer sedang menayangkan secara langsung apa yang sedang terjadi di helipad yang berada di atas gedung Teta Hospital.“Xenon! Apa Kamu sudah memantaunya?” Neo menyambungkan tayangan itu pada laki-laki yang entah sedang berada di mana itu.“Ya. Aku sedang melihatnya. Perintahkan untuk memperbesar suaranya!” pinta Xenon dengan cepat.“Andro, Kamu dengar itu,” ucap Neo pada seseorang yang sedang merekam secara diam-diam di rooftop gedung rumah sakit Teta.Seseorang yang sedang berada berkilo-kilometer dari gedung Robotic itu menjawab dengan memperbesar volume pada sebuah alat yang dapat menangkap suara beberapa meter di dekatnya dengan jelas.Neo memperhatikan dengan cermat bagaimana saat itu Zanzard Ducan sedang memasang sabuk pengaman pada Hana yang masih terlihat tak sadar.Sekilas ia melirik tampilan layar yang memantau grafik kondisi tubuh ga
“Brengsek!” umpat Zan kesal. Ia menggenggam telepon genggamnya erat.Lalu, ia menyentuh kaki Hana. “Luar biasa! Dalam keadaan nggak sadar pun, Kamu bisa mengacaukan Teta, Blacksteel, Tencez dan semua bisnis raksasa yang membuatku marah.”“Hana!” panggil Zan seraya kembali menyentuh kaki gadis itu. “Katakan padaku! Apa Si Maxwel itu kaki tanganmu?” Lalu, ia diam sesaat, “atau ....”Zan bersedekap. “Atau ada orang lain yang membantumu membajak sistem itu?” Keningnya berkerut.Ia merasa kesal karena merasa mengetahui jawabannya, tapi tak bisa membuktikan apa pun. Dan itu artinya keadaannya tak berubah. Teta tetap berada di jurang krisis.Zan diam cukup lama.Kemudian, ia menekan satu tombol untuk menghubungi orangnya. “Kirim helikopter ke Teta Hospital!”“Klek!”Pintu bangsal terbuka.“Zan, kenapa firasatku buruk setiap kali melihatmu?” Suara dokter Ann membuat Zan menoleh.“Ah ... aku baru saja hendak memanggilmu.” Zan mengikuti langkah gerak gerik dokter Ann dengan pandangan mata.“Ken
“Melanie!” Arnold memeluk anak gadisnya dari belakang.“Huft.” Zan mengembuskan napas dalam. “Bawa dia ke kamarnya, Arnold!”Lalu, Zan menekan-nekan pangkal hidung mancungnya. Ia merasa nggak akan ada gunanya bicara dengan Melanie saat itu.Max hanya bisa geleng-geleng kepala ketika menyaksikan bagaimana Arnold menyeret paksa Melanie keluar dari ruang meeting itu. Sedangkan, gadis itu terus mengumpat Zan.“Ah ....” Max membanting punggungnya ke sandaran kursi dengan kasar.Zan melakukan hal yang sama ketika merasa sangat lelah.“Zan.” Max menatap langit-langit ruangan.Zan menjawab dengan gumam lirih.“Apa benar Kamu terpapar virus seperti diagnosa Ann?” tanya Max lirih.“Virus?” Lalu, Zan tertawa.“Oh, engga ya? Kalau begitu, Kamu pasti Kamu punya kelainan atau paling tidak punya kepribadian ganda.” Max menoleh dan menatap penuh selidik.“Jangan ngaco!” Zan meluruskan kaki. Pikirannya sedang mencoba mencerna rentetan kejadian yang baru saja terjadi.“Kepribadianmu berubah ketika bers
“Ada apa?” Max yang baru saja merogoh telepon genggamnya heran dengan reaksi orang-orang yang berada di sekitarnya.Sementara itu, Zan yang baru saja melihat layar telepon genggamnya, duduk dengan tak berdaya. “Aku pikir serangannya hanya sampai pada sistem kita.”“Ternyata apa?” Max segera melihat layar telepon genggamnya yang menyala.Ia menekan notifikasi yang menyembul di bagian atas layar. Sebuah link terlihat begitu pesan itu terbuka.Lalu, ia menekan link itu.Layar segera berganti dengan halaman lain yaitu sebuah website yang sedang dikunjungi oleh ratusan ribu pengunjung.“Ha?!” Max berekasi sama ketika melihat website itu yang sedang membongkar kejahatan-kejahatan korporasi-korporasi yang berkaitan dengan kasus informan ganda, termasuk Teta Tech.Max menggulir website lain dan menemukan kehebohan yang sama dengan website sebelumnya.Lalu, ia keluar dari website itu dan masuk ke media sosial. Dan di sana ia menemukan hal yang lebih heboh dari apa yang ia temukan di website.M
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.