WARNING! MATURE CONTENT 21+ JIKA KAMU BERADA DI BAWAH UMUR, SILAKAN MENCARI CERITA YANG SESUAI DENGAN UMURMU. TERIMAKASIH. "Mas, pelan!" Plak! Plak! "Mas, aku mohon hentikan. Aku sedang hamil. Jangan kasar atau nanti aku bisa keguguran." Pintaku. Aku sama sekali tidak menikmati setiap gerakannya. Bahkan tangisku pun tidak ia hiraukan. "BIAR KAMU SADAR KALAU SEJAK AWAL KAMU TIDAK BERHAK MENDAPATKAN KU, JALANG!" *** "Baiklah, mas. Aku pergi. Tapi aku tidak bisa janji kalau aku bisa mengugurkan anak ini. Semoga kamu bahagia dengan Elisa." Kataku, dan pergi meninggalkannya di pagi hari setelah kami melakukannya dengan cukup kasar.
View MoreAku Alesha Sahira.
Biasa dipanggil Eca.
Arti dari namaku adalah perempuan yang diharapkan akan mendapatkan keberuntungan yang melimpah ruah dan senantiasa kuat dalam menghadapi segala cobaan.
Umurku 25 tahun dan kini menjadi sekretaris dari seorang pemimpin perusahaan yang andal. Menjadi sekretaris nyatanya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Aku harus meluangkan banyak waktu, meski itu di luar kontrak sekalipun. Misalnya, menemaninya keluar kota yang sifatnya meeting mendadak.
Saking sibuknya, aku bahkan tidak punya waktu untuk mengurus diriku sendiri. Jangankan mengurus diri, pria pun tidak ada yang mau mendekat denganku saking sibuknya. Sedangkan di umurku yang segitu, aku sudah ditekan oleh keluarga agar cepat-cepat menikah dan memberikan mereka momongan.
Sayangnya, mereka tidak tahu kalau mempunyai momongan tidak akan semudah mengatur jadwal mas Abian Darmawangsa.
Mas Abi, atasanku yang paling perhatian. Dia tampan, murah senyum, tidak pernah sombong, baik hati dan selalu membantuku setiap saat. Ia mapan dan tidak pernah pelit pada bawahanya. Ia menjadi pimpinan di perusahaan yang bergerak di bidang real estate dan properti.
Pernah satu waktu aku lupa membawa dompet, sedangkan kondisinya waktu itu aku sedang menemaninya membelikan tas untuk pacarnya—Elisa Sarasvati. Dengan baiknya dia membelikan ku tas dari brand merek ternama dan tidak mau menerima uang ganti dariku. Aku tahu kalau satu tas saja tidak akan menghabiskan yang miliknya, tapi tetap saja itu bukan termasuk ke dalam kontrak bayaranku. Dan masih banyak lagi pertolongan-pertolongan yang mas Abi berikan padaku hingga rasanya sekedar berterimakasih saja tidak cukup.
"Eca, cepatlah pulang dan bawa pasanganmu. Ini permintaan terakhir ayahmu yang sekarang sedang sakit kritis di rumah sakit. Ibu tunggu kedatanganku segera, nak."
Pesan terakhir dari ibu yang membuatku pusing tujuh keliling sampai saat ini. Aku tidak bisa fokus meski barang satu detik pun. Pikiranku masih berkelana entah kemana. Dimana aku bisa mencari pria yang bisa aku jadikan sebagai pacar?. Pertanyaan terbesarku hanya itu.
Drt... Drt...
Seketika, fokusku tersadar saat menyadari kalau handphone ku berbunyi. Panggilan dari ibu dan aku yakin pasti dia mau membahas masalah tentangku yang harus membawa pasangan ke hadapan mereka.
"Iya, Bu?"
"Eca, ayahmu sudah lelah sakit. Kapan kamu mau membawa pacarmu ke sini. Cepatlah datang dan menikah dengannya sebelum ayahmu pergi, nak. Ibu mohon, datanglah."
Mendengar suara tangis ibu membuatku tidak tahan. Aku ikut menangis di buatnya. Tapi, aku tidak bisa menolak mereka. Apalagi sekarang kondisinya ayah sedang sakit keras.
"Nggeh, Bu. Eca akan ke solo. Katakan pada ayah kalau Eca akan bawa calon suami secepatnya." Ucapku.
Aku semakin pusing. Kali ini aku tidak bisa berpikir dengan baik. Satu-satunya yang ada di pikiranku saat ini adalah mencari pria yang mau diajak kerja sama denganku. Setidaknya hanya menjadi pacar pura-pura untuk satu hari saja.
Kepada siapa aku harus meminta tolong?. Aku tidak punya banyak teman pria yang mau membantuku. Yang saat ini dekat denganku dan dengan mudahnya mau membantu hanyalah mas Abi.
"Iya. Mas Abi."
Entah darimana ide itu muncul di pikiranku sampai nama mas Abi yang muncul. Segera beranjak menuju ruangannya, bahkan tanpa mengetuknya. Kurang ajar sekali aku ini.
"Mas, kita boleh bicara sebentar, gak?" Tanyaku padanya yang masih sibuk berhadapan dengan laptop miliknya.
Aku lihat dia melepas kacamata miliknya dan menutup laptop di depannya. Tersenyum hangat padaku dengan dagu yang bertumpu dengan tangannya. "Ada apa, Alesha?. Kamu mau bicara apa?" Tanya mas Abi lembut.
"Sepertinya kita perlu duduk berdua di sofa, mas. Apa yang mau aku bicarakan ini sifatnya sedikit sensitif." Ujarku.
Dan tentunya mas Abi mau beranjak meninggalkan kursi kebesarannya dan menghampiriku untuk duduk di sofa. Dia mengambilkan kaleng minuman untuk ku juga.
"Sepertinya kamu gugup. Minumlah." Ujarnya, memberikanmu minuman yang sudah ia buka penutupnya.
Aku mengambil minuman itu dan tak lupa mengatakan, "terimakasih, mas."
Cukup lama, kita berdua hanya disibukkan dengan pikiran masing-masing sambil menyesap minuman dari kaleng yang packagingnya hampir sama. Tapi, tetap saja aku tidak mau menunda-nundanya.
"Mas..."
"Iya?"
"Aku boleh minta tolong, gak?" Tanyaku.
"Minta tolong apa, Alesha?. Katakan saja. Kalau aku bisa membantu, aku pasti akan melalukannya." Katanya.
"Mas mau gak jadi pacar pura-pura ku?. Satu hari aja." Kataku langsung tanpa kata pemanasan sebelumnya.
Byur!
Sontak, mas Abi langsung tersedak dan menyemburkan minumannya yang belum ditelan habis.
"Pacar pura-pura?"
***
"Terimakasih mas sudah mau membantuku. Aku janji hanya untuk hari ini saja." Ujarku lagi untuk kesekian kalinya hari ini.
Mas Abi bersedia membantuku, menjadikannya pacar pura-pura hanya di depan ayah dan ibu. Aku juga tidak tahu pasti alasannya mau melakukan itu. Tapi, aku sangat bersyukur dia masih bermurah hati mau membantuku.
"Tidak masalah, Alesha. Selama ini kamu selalu membantuku, mungkin ini giliranku untuk membantumu. Toh juga hanya berpura-pura." Katanya dan tersenyum manis padaku.
"Terimakasih, mas. Sekali lagi." Ujarku.
Ceklek!
Aku membuka pintu ruang rawat ayah dan melihatnya yang terbaring lemah di atas brankar. Seketika, aku tidak bisa menahan rasa tangisku. Langsung menghampiri mereka dan tak lupa salim pada keduanya.
"Ayah, tolong bertahanlah untuk Eca. Eca sudah bawa pacar Eca sesuai dengan permintaan ayah." Tangisku di dekatnya.
Namun sayang, ayah sama sekali tidak menggubris ku. Ia sangat lemah, bahkan untuk membuka matanya pun cukup terlibat kesusahan. Melihat ayah yang seperti ini membuatku sakit. Aku sangat tidak menginginkan hal ini terjadi padanya.
"Ibu, kenapa ayah tidak bisa bicara?. Eca datang kesini untuk melihat ayah sembuh, bukan untuk melihatnya seperti ini, Bu."
Ibu hanya bisa menunduk menangis. Beliau bahkan tidak menjawabku, meski barang satu kata pun. Sedangkan mas Abi di sana hanya menunduk, tidak tahu mau melakukan apa lagi.
"Sejak kemarin ayah sudah tidak bisa bicara lagi. Terakhir kali, ayah meminta agar kamu menikah di depannya, nak." Kata ibu.
"Ibu sangat memohon padamu dan pacarmu untuk mengabulkan permintaan ayahmu. Mungkin dengan begitu, ayahmu bisa kembali pada Tuhan dengan tenang. Ibu mohon."
Halo, semuanya.Aku mau mengucapkan terimakasih banyak buat yang sudah membaca cerita ini, aku senang banget. Tapi, aku sedih juga karena gak bisa lanjutin cerita ini karena sekarang aku hanya bisa berkarya di satu platform atau kata lainnya tuh aku jadi penulis ekslusif. Dimana Thor? Di aplikasi kuda poni ya guys...Untuk kalian yang mau terus baca cerita aku, silakan bisa cek di aplikasi ungu atau kuda poni. Di situ ada banyak cerita yang aku buat dan bisa kalian baca. Ada yang berbayar, ada yang gratis.Kalian bisa baca dan cari cerita aku dengan nama pena yang sama, yaitu limabersaudara.See you in another platform ya guys!!!Lopyuu!
Aku pulang ke Solo.Perjalanan yang begitu panjang, dengan kondisi hati yang sedikit hancur, dan kondisi tubuh yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, aku harus menahan semuanya. Sepanjang perjalanan, tangisku tidak bisa terhenti.Aku pergi ke Solo mulanya bersama Nadia, tapi karena dia ada pekerjaan di kantor, aku tidak bisa menjadi batu sandungan dalam hidupnya. Alhasil, merasakan semuanya sendiri, semakin membuatku merasa tak pantas.Mas Abi tidak akan bisa menghubungiku, sebab aku sengaja tidak membeli hp untuk menggantikan hp ku yang rusak sebelumnya. Aku sengaja."Mbak, sudah sampai."Suara itu membuatku tersadar. Menghapus air mataku dan keluar dari taksi yang membawaku sampai ke depan rumah. Rumah yang akan menerima diriku dalam keadaan apapun."Terimakasih ya, pak. Ini bayarnya."Setelah memberikan bayarannya, aku beranjak turun dari taksi itu. Kaki ku terasa berat menuju gerbang rumah, sedangk
"Aku tidak mau mempoligami Alesha, ma!" Bantah mas Abi dengan nada suara yang lantang, sedangkan Elisa di samping mama mas Abi menangis sesegukan.Aku sudah membatu di belakang mas Abi. Tak pernah terpikir sebelumnya kalau mama mas Abi akan menyarankan hal itu pada anaknya sendiri. Aku pikir, mereka akan memilih mana yang lebih baik untuk anak-anaknya, atau mungkin akan menyuruh mas Abi menceraikan ku sebab mereka tidak percaya dengan pernikahan yang kami lakukan secara diam-diam. Namun ia malah menawarkan hal yang tidak bisa terduga. Poligami, adalah hubungan berbagi yang mungkin tidak akan pernah bisa aku lakukan. Aku tidak akan tahan dengan hal itu."Lalu kamu mau apa?. Kamu membatalkan pernikahanmu dengan Elisa dan membawa perempuan lain ke hadapan keluarga besar kita, padahal kamu tahu kalau Elisa sedang mengandung anakmu. Kamu mau membuat nama baik keluarga kita tercoreng karena perbuatan sesatmu ini!"Mas Abi terdiam, membuatku tidak bisa berp
Dan sesuai perkataan dari mas Abi dua hari yang lalu, yang mengatakan akan mengenalkan ku dengan keluarganya.Hari ini, kami melakukannya. Sepanjang perjalanan aku gugup, perasaanku gelisah tidak karuan. Pikiranku hanya satu, apakah mereka akan menerima diriku dalam keluarga mereka?.Mas Abi menggenggam tanganku, "jangan gugup. Ada aku yang akan menemanimu." Katanya dengan senyuman yang begitu tulus.Aku hanya bisa tersenyum, nyatanya hal itu belum mampu membuatku menjadi tenang dan melupakan apa yang sudah aku pikirkan semalaman. Aku begadang memikirkan cara yang setidaknya bisa membuatku diterima di keluarga itu, sedangkan mas Abi malah terlalu santai. Dia terlelap dan tidak bisa dibangunkan meski aku membangunkannya beberapa kali."Sebentar lagi kita sampai. Kamu mau beli sesuatu dulu biar gak gugup?" Tanya mas Abi.Kini, pikiranku tertuju pada satu. "Ice cream.""Tidak bisa, sayang. Kamu sudah menghabiskan dua ice cream tadi
Dua hari berlalu."Mas, kamu tidak lupa hari ini, kan?" Tanyaku.Mas Abi tidak mungkin lupa dengan hari ini. Ini adalah hari pernikahannya dengan Elisa, tapi dia malah santai tidur-tiduran malas denganku di pagi hari ini sampai matahari naik."Memangnya ada apa dengan hari ini, Alesha?" Tanya mas Abi sangat tenang.Aku sontak berbalik dan saling berhadapan dengannya. Melihatnya yang benar-benar tampak tenang, tanpa ada masalah sedikitpun. Bahkan senyumannya yang tampak tenang, mengartikan dia benar-benar tidak merasa ada masalah dalam dirinya."Astaga, mas. Ini adalah hari pernikahanmu dengan Elisa." Kata ku."Lalu?"Aku sontak menganga tidak percaya dengan jawabannya. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku kalau mas Abi akan bereaksi seperti ini. Dia mengabaikan apa yang menjadi keinginan terbesarnya dulu.Di depan matanya, pernikahan akan sebentar lagi digelar, tapi dia malah se
Luka bakar di punggungku sudah sedikit membaik, meski aku tahu akan memberikan bekas yang menjijikkan. Bekas luka bakar yang begitu besar, hampir memenuhi punggungku. Selama beberapa hari, aku hampir tidak memakai baju. Hanya ditutupi oleh kain tipis saja. Begitu perih.Sudah sepuluh hari berlalu. Sejak hari itu, mas Abi selalu ada di apartemen. Setiap malam juga tidur denganku, menemaniku yang sakit akibat luka bakar itu. Terkadang, aku tiba-tiba demam. Kadang pula karena faktor kehamilanku, membuatku mual muntah di tengah malam.Beberapa kali aku mendengarnya berbicara dengan Elisa dari telpon ketika aku pura-pura tidur di sampingnya. Mas Abi bicara seperlunya dengan Elisa, bahkan mungkin terkesan dingin padanya. Namun tetap saja, aku masih belum bisa berbuat baik padanya. Sampai saat ini, aku selalu cuek padanya, bahkan menjawab dirinya pun hanya seperlunya.Seperti tadi pagi, mas Abi bertanya aku mau sarapan apa. Dan jawabanku padanya adala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments