Raline hanya diam saja sejak pulang dari acara reuni tadi. seperti ada yang mengganggu beban pikirannya.
Tristan yang Baru saja masuk ke dalam kamar mendekati Raline yang sedang terbaring diatas Ranjang.
Mata Raline tertutup, tetapi dia bukan sedang tidur. dia hanya ingin menghindari pertanyaan Tristan.
Tristan mengecup kening istrinya kemudian ia matikan lampu diatas Nakas,lalu ia rebahkan tubuhnya sembari memeluk pinggang Raline yang sedang tertidur.
Tidak berapa lama,Raline membuka matanya.
Ia masih kepikiran dengan kejadian tadi saat Kanaya mengungkapkan bahwa cinta pertamanya adalah Tristan.
Selain memikirkan Tristan,ia masih terus berpikir mengenai Ayahnya yang tidak lain adalah suami dari Kanaya.
Tubuhnya yang awalnya membelakangi Tristan, berbalik. Raline Kemudian menatap wajah Tristan yang sudah lelap tertidur. Disentuh nya perlahan setiap bagian Suaminya ini.
"Aku harap yang ada dipikiranku tidaklah benar"Gumam
Raline terus memegang Cincin yang baru saja tersemat di jari manis tangan sebelah kirinya.Tubuhnya yang polos Hanya ditutupi selimut Putih tebal. Baru saja ia dan Tristan meluapkan Gairah cinta mereka diatas Ranjang besar ini."Tristan, tubuh ku sakit semua"Gerutu Raline yang mengeluh Kepada suaminya ini.Tristan tertawa kecil, ia paham betul betapa bersemangat nya tubuhnya tadi saat menikmati setiap jengkal tubuh indah istrinya ini.Tristan memposisikan dirinya untuk duduk,ia mulai mengangkat tubuh Raline yang masih berbaring."Sini aku pijat"GumamnyaTristan meletakkan Kedua tangan nya di pundak Raline. Lalu ia pijat dengan lembut. Bukannya merasa lebih baik, Raline malah tertawa geli saat Pijatan itu seperti Menggelitik pundaknya."HAhhahhahah..."Raline terus tertawa.Tristan melanjutkan pijatannya terus ke tubuh bagian bawah Istrinya ini."Kenapa kamu menggelitik perut ku"Raline Menggeliat kegelian.Tristan t
Mobil sport putih ini terus melaju di jalanan lurus. Raline sudah mulai nyaman memegang setir mobil baru ini. Tidak luput dari perhatian Tristan, ia terus memperhatikan Istrinya yang sesekali menambah kecepatannya."Sayang, jaga jarak aman" Ucap Tristan saat Raline menginjak pedal gasnya lebih dalam. Raline mematuhi apa yang diucapkan suaminya, ia tidak ingin nanti di larang mengemudi kembali.Terdapat Hamparan rumput disepanjang Jalan yang mereka lewati.Tidak luput dari pandangan Raline juga sesekali melihat pohon-pohon pinus disepanjang jalan menuju tempat wisata yang mereka tuju.perjalanan menuju bumi perkemahan yang ada di kota yang sejuk ini sebentar lagi sampai."Belok kiri" Ucap Tristan.Raline yang sudah lama tidak berkunjung ke bandung terlihat sedikit lupa dengan jalanan kota ini.Di Setirnya dengan lihai menuruti rute yang disebutkan Oleh Tristan. Hingga mereka berhenti di lahan luas yang terkenal akan pemandangannya yang
Hujan tiba-tiba turun dengan deras nya...Rencana untuk memasang api unggun dan memasak ubi gagal sudah. Raline terlihat cemberut di dalam tenda, sedangkan Tristan sedang menutup Tenda yang Resletingnya sedari tadi macet."Akhirnya..." Kelegaan keluar dari mulut TristanTristan mendekati istrinya yang sedang duduk dengan wajah cemberutnya."Semoga cepat reda" Gumam Tristan, ia kemudian memeluk Raline.Terdengar Raline menghela nafas panjang,ia sudah memiliki Rencana untuk melihat bintang di malam Hari nanti. Tetapi melihat hujan yang sangat deras, tiba-tiba ia putus asa untuk bisa melihat bintang-bintang itu."Tristan aku bosan" Gumam Raline sembari memeluk Manja pada suaminya."Apa kita lanjutkan saja yang semalam?" Ucap Tristan.Raline tersentak..Ia terdiam...Kemudian ia pukul dengan pelan dada suaminya."Ini di luar!" Celetuk Raline.Tristan tertawa terbahak-bahak,ia hanya bercanda untuk membuat
Suara Kicauan burung...Embun pagi membasahi setiap Helai dedaunan yang ada di pepohonan ini.Rumput yang sedari malam di guyur hujan masih tampak lembab dan basah.Udara dingin khas pegunungan terasa menusuk di kulit tubuh Raline. Ia terus mendekap suaminya yang sedang memeluk nya dengan erat.Sejak kemarin sore hingga pagi ini, Mereka hanya berada di dalam tenda berwarna merah ini. Bermain kartu bersama suami atau sesekali bersikap manja hal itulah yang Raline lakukan hingga membuat tubuhnya kelelahan hingga enggan untuk bangun."Hmmmm..."Raline Menggeliat di dalam pelukan Tristan.Mata Tristan terbuka,ia melihat Tingkah Istrinya yang seperti tidak ingin berpisah darinya walau sedetik pun.Dilihatnya Jam tangan di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 Pagi. Tristan ingat ada Danau didekat sini, ia ingin mengajak Raline untuk kesana dan melihat pemandangan yang luar biasa indah."Sayang.."Gumam Tristan sembari
Cahaya lampu menyilaukan pandangan Raline. Baru saja matanya terbuka setelah hampir lima menit pingsan.Suara Tristan tampak panik berbicara dengan seseorang orang di ponselnya. Sedangkan om Reinald bersama dengan Tristan mendengarkan pembicaraan penting tersebut.Tristan bergegas mendekati Raline yang baru saja bangun. Di genggam nya tangan istrinya ini. Lalu ia kecup keningnya."Tristan ayo kita kembali ke Jakarta" Gumam Raline yang sudah duduk.Tristan menatap wajah Pucat istrinya,ia sebenarnya tidak ingin mengajak Raline pulang dalam keadaan seperti ini. Tetapi, kondisi mertua laki-lakinya sekarang sedang kritis. Mereka harus segera tiba di Jakarta secepatnya."Baiklah, ayo hati-hati"Ucap Tristan sembari Memapah Raline yang masih dalam keadaan lemas.Ok Reinald bergegas membantu Tristan. Ia akan ikut ke Jakarta bersama dengan sopirnya yang sudah berada di luar. Sedangkan Tristan akan menyetir sendiri ke Jakarta bersama dengan Ralin
"Bukannya Operasi Ayah sukses di Amerika" Raut wajah Raline tampak sangat serius.Dokter Victor memberikan beberapa dokumen laporan medis yang sebelumya sudah ia perlihatkan kepada Ibu tiri Raline Yaitu kanaya.Raline membaca dengan seksama setiap informasi yang ada pada laporan medis ini."Lalu apa penyebab kambuhnya penyakit Jantung ayah?" Tanya Tristan sembari meletakkan Laporan medis yang juga sudah ia baca."Seperti hasil pada CT Scan dan laporan Medis yang sudah kalian baca,Pada pembulu darah di jantung Bapak Darmawan kembali mengalami penyempitan. Itu sudah terjadi selama beberapa bulan kebelakang" Ucap Dokter Victor.Raline terdiam..Sebelumnya Dokter tidak pernah menyebutkan bahwa Jantung Ayahnya kembali mengalami masalah."Tapi Ayah tidak pernah memberitahukan hal ini" Gumam Raline yang terlihat terkejut.Lelaki yang sedang mengenakan Jubah putih ini memperbaiki posisi duduknya,ia memberikan surat yang diberikan oleh
Cekrekk.. Pintu kamar terbuka.. Raline langsung merebahkan dirinya di kasur. Tristan masih berada di lantai bawah, suaminya itu sedang berbincang dengan kuasa hukum keluarga dan juga Pak Anton. Belum sempat berganti pakaian, Raline sudah memejamkan matanya dan tertidur Selang beberapa menit kemudian.. Tristan masuk ke dalam kamar,ia langsung menghampiri istrinya yang sudah tertidur. Tangan nya mengelus pipi chubby istrinya ini. Lalu ia kecup kening Raline. Ia beranjak untuk mengambil Gaun tidur Raline di lemari. Krakk.. Pintu lemari terbuka.. Diambilnya gaun tidur berwarna putih, lalu ia letakkan diatas kasur. Tristan Kemudian mendekati Raline, seperti yang sudah-sudah ia sering menggantikan Pakaian istrinya jika Raline sudah jatuh tertidur. Dengan pelan Tristan menarik Resleting yang berada di punggung Raline. Sreettt.. Dengan hati-hati ia tarik resleting ini. Set
Raline menatap Tristan yang tampak bersikap aneh."Kenapa tiba-tiba sekali?"Tanya Raline bingung.Tristan mengambil baju ganti untuk Raline. Ia buka Gaun tidur Raline lalu ia Pakaikan Gaun panjang berwarna merah muda berlengan panjang untuk istrinya."Aku hanya ingin berdua saja dengan istri tercinta ku" Gumam Tristan Setelah berhasil memakaikan gaun ini.Raline tampak menahan senyumnya..Senyum yang sudah beberapa hari ini hilang karena kesedihan nya."ini belum ditarik" Gumam Raline memperlihatkan Resleting Gaun yang berada di belakang."Kamu mau punggung ku di lihat lelaki lain"Goda Raline."Siapa yang berani, aku hajar mereka" Celetuk Tristan sembari menarik Resleting Gaun ini.Raline terkekeh mendengar reaksi dari suaminya..Tristan kemudian mengambil Dompet, Ponsel dan juga beberapa dokumen serta tidak lupa surat dari dokter Victor yang belum sempat Mereka baca."Ayo.."Ucap Tristan sembari merai