Share

MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE
MY FAMILY IS VERY POSSESSIVE
Author: Shisheyky

PROLOG

“Takdir Allah jauh lebih baik daripada harapan dan rencanamu.”

Pesta yang begitu meriah terselenggara di sebuah mansion milik sebuah keluarga yang begitu harmonis. Semua teman, sahabat, kerabat, keluarga tujuh turunan datang dan berkumpul untuk ikut merayakan pesta ini. Acara besar yang hanya diadakan setahun sekali, yakni saat ini bertambahnya umur anak kembar—berbeda jenis kelamin—yang kini baru menginjak lima tahun. Setelah bernyanyi, meniup kue ulang tahun, serta berdoa bersama, kini para tamu undangan menikmati makanan yang telah disediakan. Semua orang tampak begitu menikmati pesta yang ada. Bercanda, tertawa, hingga berbagi cerita dengan raut wajah bahagia.

“Mau balon,” pinta anak perempuan itu kepada abang sulungnya—yang berumur sepuluh—tahun sambil menunjuk balon berwarna merah muda. Ia adalah salah satu dari anak kembar yang sedang berulang tahun. Keduanya kini berada di lantai satu, keluar dari lingkar keramaian ditemani seorang pengasuh.

"Yang mana, Putri?" tanya lembut sang kakak laki-laki, kemudian mengikuti arah yang ditunjuk sang adik. Tersenyum, ia berujar, “Iya. Bentar ya, Abang ambilin dulu.”

“Bi, tolong jaga adek saya.” Laki-laki itu mengalihkan gendongannya pada pengasuh di mansion ini. Setelahnya, pergi mengambil balon yang diinginkan sang adik.

Di sisi lain, ada seorang pria paruh baya yang sedang mengawasi anak perempuan tersebut bersama dua orang laki-laki yang merupakan suruhannya. “Gue mau kalian berdua culik anak perempuan yang lagi digendong oleh pengasuh itu,” perintahnya dengan berbisik.

“Bos, lo beneran mau nyulik? Gue takut ketahuan, Bos,” jawab salah satu di antara keduanya.

“Pakai otak lo. Cari cara buat lo berdua bisa culik, tuh, anak.” Pria itu mendelik, lalu menguluarkan sapu tangan yang terbungkus plastik.

“Gue udah siapin sapu tangan buat bikin pengasuhnya nggak sadar dan sekarang saat yang tepat.”

“Alasannya apa, Bos? Kenapa harus nyulik anak itu?” Salah satunya lagi menimpali.

“Balas dendam. Mereka udah buat gue jatuh miskin dan bikin laporan ke perusahaan-perusahaan lain sampai gue nggak bisa kerja lagi. Gara-gara mereka, istri dan anak gue kesulitan buat makan. Sampai akhirnya, istri gue minta cerai dan bawa anak gue pergi.” Tangan pria itu terkepal. Sorot matanya yang tajam tampak penuh amarah juga dendam. “Gue bakal balas apa yang udah mereka lakuin!”

“Gue benci lihat mereka bahagia, sedangkan gue menderita.” Tak lama kemudian, senyum menyeramkan terkembang di bibir pria paruh baya itu. “Gue yakin, dengan gue menculik putri mereka satu-satunya, bakal buat mereka kehilangan kebahagiaan.”

“Bos ....”

“Cepet lakuin!”

“Baik, Bos.” Keduanya secepat mungkin mengatur strategi untuk operasi penculikan anak perempuan tersebut.

Tidak lama kemudian, strategi sudah terbentuk. Mereka yakin tidak akan gagal. Setelah memastikan bahwa wajah mereka tidak akan terlihat CCTV, keduanya berjalan santai tanpa menimbulkan kesan curiga menuju arah si pengasuh. Salah satunya membekap hidung dan mulut si pengasuh dengan cepat menggunakan sapu tangan yang sudah diberi kloroform. Di saat pengasuh itu jatuh pingsan, laki-laki satunya langsung saja menangkap anak perempuan itu sembari menyeringai. “Hai, anak manis.”

Anak perempuan itu tersenyum polos. “Hai, Om.”

“Mau permen lolipop?”

“Mau, Om!” seru anak perempuan itu dengan mata berbinar.

“Ayo, ikut biar Om belikan.” Laki-laki itu langsung saja menggendong sang anak menuju arah bosnya.

Pria paruh baya dan suruhannya segera menaiki mobil, pergi dari pekarangan mansion itu. Untung saja tidak ada yang curiga, termasuk satpam yang berjaga di depan. Rencana ini sudah dipersiapkan olehnya.

Mobil yang mereka kendarai bahkan menggunakan plat palsu, sehingga akan sulit dilacak.

***

“Princess, Abang udah bawa, nih, balonnya.” Sang abang sulung kini kembali dari mengambilkan balon. Namun, alangkah terkejutnya saat melihat pengasuh sudah tergeletak di lantai. Ia bergegas menghampiri dengan rasa khawatir juga cemas yang menggelayuti ketika menyadari sang adik tidak terlihat di sana.

Laki-laki itu berlari memeriksa sekitar, tetapi nihil. Adiknya tidak kunjung ditemukan. Tanpa menunggu lebih lama, ia beralih menghampiri sang ayah yang tampak sibuk berbincang dengan rekan-rekan bisnis.

“Daddy!” teriak laki-laki itu. Saat berdiri di depan sang ayah, susah payah ia mengatur napas agar tidak tersengal.

Alis pria itu berkerut kala mendapati putra sulungnya tampak kacau. Ia berpamitan kepada rekan bisnis dan mengajak putranya sedikit menjauh dari keramaian. “Ada apa, Boy?”

“Adek, Dad! Adek nggak ada!”

Tentu saja sang ayah terkejut bukan main. Matanya memelotot tidak percaya. “Bukannya tadi sama kamu, Boy?”

“Iya, Dad. Adek tadi minta aku buat ambil balon. Jadi, aku titipin sama babysitter, tapi waktu aku balik, babysitter udah pingsan di sana. Aku udah cari adek, tapi nggak ada di mana-mana, Dad.”

Pria tersebut bergegas menuju tempat kejadian dan alangkah terkejutnya melihat babysitter yang pingsan, tetapi tidak menemukan putri satu-satunya. Ia meraih ponsel, lalu menelepon kaki tangannya.

“Cepat cari keberadaan putriku!” titah pria itu keras. Perasaannya kacau balau. Cemas juga takut merundungnya saat ini.

Setelah perintah tersebut dilayangkan. Kaki tangannya bekerja dengan cekatan. Ia mengumpulkan seluruh penjaga dan membagi dalam beberapa kelompok. Sebagian besar berpencar untuk mencari anak perempuan tersebut ke setiap sudut rumah, beberapa yang lain memeriksa CCTV guna melihat hal-hal yang berkemungkinan tampak mencurigai untuk diproses lebih lanjut.

Seorang wanita paruh baya datang dari arah belakang, menghampiri suaminya yang sedang terlihat risau. “Ada apa, Mas? Apa terjadi suatu hal sama putri kita?”

“Maafin aku, Mom.” Putra sulungnya tertunduk lesu. “Adek ... hilang.”

“Apa?!” pekik wanita itu. Ia begitu panik, kaki melemas hingga tidak kuat menopang tubuh sendiri. Hampir saja ia terjatuh apabila sang suami tidak sigap menangkapnya.

“Kamu jangan bercanda, Boy,” lirihnya dengan air mata yang meluruh.

“Mas ... ini bercanda, ‘kan? Anak kita nggak beneran hilang, ‘kan? Dia pasti lagi sembunyi karena main petak umpet, ‘kan?”

“Para bodyguard sedang mencari putri kita, Sayang.” Sang suami berusaha menenangkan istrinya di pelukan.

Tidak lama berselang, orang yang paling dipercaya keluarga itu datang dengan wajah lesu. “Mohon maaf, Tuan, putri Anda tidak ditemukan ama sekali.”

“Apakah kalian sudah mencari di sekitar?” Pria itu bertanya. Bergantung pada secercah harapan bahwa putri mereka hanya bersembunyi di sekitar wastu ini.

“Kami sudah mencari di segala penjuru rumah, tetapi hasilnya nihil. Kami juga sudah memeriksa semua rekaman CCTV yang ada. Tidak ada hal yang janggal. Namun, ada sebuah mobil yang melewati pagar rumah beberapa menit lalu.”

Ajudan tersebut menunjukkan beberapa foto yang baru saja dicetak. “Kami juga sudah menelusuri pemilik mobil tersebut dari plat nomor yang tampak. Namun, sepertinya plat itu palsu. Kemungkinan besar penculikan ini sudah direncanakan matang-matang hingga kami pun kesulitan mencari identitas pelaku.”

Tangis wanita itu pun pecah. Ia kehilangan anak perempuan satusatunya. Pesta yang semula penuh akan kebahagiaan kini terpaksa berakhir dengan penuh duka akan anggota keluarga yang hilang begitu saja.

BERSAMBUNG 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status