Anya membuka pintu rumahnya dengan sangat kelelahan, hari ini benar - benar hari yang panjang untuknya.
Ia terbangun dari tidurnya dan menemukan dirinya berada dikamar hotel mewah yang tak dikenalnya. Ditambah lagi, ia bersama dengan seorang pria asing semalaman.
Entah apa yang telah terjadi kemarin malam. Ingatannya terlalu kabur untuk mengingat kembali malam kemarin. Yang ia tahu pasti, ia telah kehilangan kesuciannya yang telah ia jaga baik - baik selama dua puluh tahun untuk calon suaminya di masa depan.
Kejadian ini membuatnya sangat sakit hati dan kecewa. Ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.
Kenyataan menjadi lebih buruk ketika ia mengetahui bahwa pria yang bersamanya adalah tunangan Natali, Arsyad Atmajaya. Ia tidur bersama dengan tunangan Natali, tunangan saudara tirinya sendiri.
Pria itu dikenal sebagai seorang tiran, pria yang kejam dan tidak berbelas kasihan sedikit pun. Semua orang menyebutnya sebagai monster psikopat yang berhati dingin.
Tidak berhenti sampai di situ saja, dia selalu membuat orang - orang disekitarnya takut bila melihat Arsyad marah. Dia juga pernah membuat karyawannya patah tulang dan tersiksa karena karyawan tersebut membentang Arsyad.
Tidak terbayangkan bagaimana nasib Anya bila memiliki suami seperti Arsyad, sangat menyeramkan bukan?
Dibalik itu juga, Mona memukulinya dan menyalahkannya atas perbuatan yang bahkan tidak ia lakukan. Ia tidak merebut tunangan Natali, tetapi putrinya sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi.
Namun, apa yang bisa Anya lakukan? Apa yang bisa ia lakukan untuk menjelaskan kenyataan yang tidak masuk akal ini?
Apa ia harus mengatakan yang sejujurnya bahwa Natali yang menjebaknya dan mengirimkannya ke kamar hotel Arsyad? Bukan kah itu terdengar sangat tidak masuk akal? Tidak ada satu orang pun yang akan mempercayainya walau pun ia tidak berbohong.
Ia duduk di ruang kursi tengah, bersandar sambil menatap kelangit - langit rumahnya.
Rambut hitamnya yang biasanya terurai indah terlihat kacau berantakan, sementara pipinya terlihat sedikit bengkak dan bekas cakaran terlihat dengan jelas. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Untuk bergerak sedikit saja rasanya ia tidak mampu.
Sakit hati, kecewa, prustasi.....
Rasanya semua perasaan itu bercampur aduk, air mata mulai mengenang membuat air mata menetes satu demi satu di pipi Anya.
Sebenarnya Apa salahku? Mengapa semua ini terjadi kepadaku?
Matanya menyapu seluruh rumah yang di tempatinya saat ini. Ini adalah rumah yang bisa dibeli ibunya saat berpisah dengan ayahnya dulu. Rumah yang kecil dan sederhana jika dibandingkan dengan rumah mewah milik Natali saat ini.
Ia tidak habis pikir mengapa Natali melakukan semua ini kepadanya.
Natali memiliki ayah dan ibu yang lengkap sementara ia hanya memiliki ibunya..
Natali memiliki rumah yang mewah, sementara ia harus tinggal di rumah yang kecil dan sederhana.
Natali di manja oleh kedua orang tuanya, apa pun yang ia inginkan selalu didapatkannya, sementara Anya harus berjuang keras seorang diri semenjak ibunya jatuh sakit.
Lalu mengapa Natali melakukan semua ini kepadanya?
Apa yang kurang di kehidupannya sehingga ia senghaja melakukan hal ini kepada saudaranya sendiri?
Walaupun mereka bukan saudara kandung sekali pun, Anya tidak pernah menyangka Natali senghaja melakukan hal ini kepadanya.
Setelah memutar otak tanpa mendapatkan jawaban apa pun, akhirnya Anya memutuskan untuk bangkit berdiri. Ia harus segera pergi ke rumah sakit dan mengunjungi ibunya.
Sebelum berangkat, Anya mengecek uang yang di milikinya saat ini. Wajahnya tanpak lesu saat melihat hanya beberapa lembar uang seratus ribu yang tersisa ditabungannya. Bagaimana membayar biaya rumah sakit ibunya jika uang yang ia miliki hanya tersisa sedikit saja?
Sekarang apa yang harus ia lakukan?
Anya termangu didalam kamarnya, tidak tahu harus berbuat apa. Ia telah berusaha keras untuk bertahan hidup, melakukan segala yang ia mampu untuk menanti ibunya bangun dari tidur panjangnya.
##
Bertahun - tahun ibunya terbaring di rumah sakit, rasanya lelah dan harapan pun semakin pupus. Rasanya semua pengorbanannya dan pembiayaannya terlihat sangat sia - sia, karena sampai sekarang ia tetap sama masih terbaring di rumah sakit.
Semua perhiasan ibunya sudah ia jual untuk membiayai kebutuhan sehari - hari, rumah sakit dan juga untuk biaya kuliahnya, dia berniat untuk melamar pekerjaan, beruntung sekarang kuliahnya online jadi Anya bisa membagi waktunya untuk bekerja dan kuliah.
Anya berjalan melangkahkan kakinya untuk mengais rezeki, dia melihat info lowongan kerja yang terpampang di tebing sisi jalan. Anya langsung membaca info tersebut dan berjalan menuju lowongan kerja tersebut sambil membawa kertas yang terpangpang ditebing itu.
" Permisi, pak. " kata Anya kepada seorang penjaga restoran.
" Ada yang bisa dibantu de?" kata satpam bertubuh besar, kekar itu.
" Maaf, pak. saya liat info disini sedang membuka loker?" sehari menyodotkan kertas tersebut.
" iya, benar."
" Mari silahkan masuk" ucap satpamnya.
Belum juga Anya berbicara satpam itu sudah menyuruh dia untuk masuk dan membawa Anya ke salah satu karyawan yang ada di restoran tersebut.
" Ini, dia membutuhkan pekerjaan." Kata satpam kepada seorang karyawan wanita, dan langsung pergi meninggalkan Anya bersama karyawan wanita tersebut.
" Silahkan duduk terlebih dahulu kak" sambil menyodorkan sebuah kursi kepada Anya.
" Tunggu sebentar ya kak" lanjut karyawan.
Anya pun menunggu kurang lebih 30 menit di restoran tersebut. Tiba - tiba datang seorang laki laki menghampiri Anya.
" Kamu yang mau bekerja" ucap laki laki tersebut.
" Iya, pak. saya ingin bekerja di restoran ini" jawab Anya sambil tersenyum kepada laki - laki tersebut.
Setelah itu proses interview di mulai antara HRD dan Anya dan akhirnya setelah beberapa pertanyaan, Anya diterima kerja di restoran tersebut dan besok langsung bisa bekerja.
" Selamat bergabung di restoran kami, Anya." kata HRD tersebut sambil bersalaman kepada Anya.
" Trima kasih, pak." ucap Anya.
Abdi sudah bersiap di depan mobil untuk menyambut kedatangan Anya. Saat sosok majikannya terlihat, pria paru baya itu langsung membukakan pintu untuknya." Nyonya saya di perintahkan tuan untuk mengantar anda" kata abdi." Terima kasih, pak. Panggil saya Anya saja," kata Anya sambil memasuki mobil dan berpamitan pada Hana. Abdi bisa mendengar apa yang telah di katakan oleh Anya, tetapi ia tidak terbiasa bersikap tidak formal pada majikannya sehingga ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun.Sebelum menemui ayahnya, Anya memutuskan untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit terlebih dahulu. Ia ingin melihat kondisi ibunya dan ingin mencari tahu apakah seluruh administrasi rumah sakit ibunya benar - benar sudah dilunasi oleh Arsyad.Kakinya melangkah menuju ruang ICU, ruang yang sangat di kenalnya. Ia melihat ibunya masih terbaring koma. Anya hanya bisa memandangnya dari balik jendela kaca transparan. Matanya memerah saat menatap mata ibuny
"Hallo..." jawab Anya saaat mengangkat telepon itu. "Anya, apakah kita bisa bertemu? Ada hal yang ingin ayah bicarakan," kata Deny. Bahkan pria itu tidak menanyakan bagaimana kabar Anya setelah sekian lama mereka tidak bertemu dan mengobrol. "Ada apa?" tanya Anya. ia merasa aneh tiba - tiba saja ayahnya ingin bertemu dengannnya. Namun, dari bicara pria itu, Anya tahu bahwa ayahnya mencarinya bukan karena rindu dan ingin bertemu. " Ayah akan menunggumu di cafe, akan ayah kirimkan lokasinya padamu." kata Deny dan kemudian ia langsung menutup teleponnya. Bahkan pria itu tidak memberikan kesempatan bagi Anya untuk menjawabnya, Anya belum sempat berkata apapun. Ia tidak sempat menjawab, apalagi mengatakan ia bersedia atau tidak menemui pria itu. Setelah panggilan itu terputus, Anya menghela napas dengan kecewa. Seharusnya ia tidak sekecewa ini. Seharusnya ia sudah tahu bahwa ayahnya itu tidak mencarinya karena rindu padan
Anya menghabiskan cukup banyak waktu di kamar mandi. Berusaha menghindar dari Arsyad. Ia mengenakkan salah satu baju terusannya yang masih cukup bagus dan memoles wajahnya dengan sedikit make up. Setidaknya, ia harus tampil lebih rapi karena sekarang ia telah menjadi seorang istri.Setelah selesai bersiap, ia segera menuju ke ruang makan, menemukan Arsyad sudah duduk di meja tersebut dengan pakaian yang rapi meskipun Anya telah menguasai kamar mandi utama selama sekitar satu jam hari ini. Sepertinya, pria itu menggunakan kamar mandi lain. Namun, alih - alih terlihat kesal, senyum tipis terlihat di wajah pria itu saat ia berbicang - bincang dengan Haris dan Hana. Sepertinya suasana hati pria itu sedang baik hari ini.Dari kejauhan, Anya mengamati Arsyad. Pria itu memakai pakaian gelap seperti biasa. Kemejanya berwarna abu-abu gelap, sementara sebuah jas hitam tersampir dengan rapi di belakang kursinya. Rambutnya sudah di tata dengan rapi dan kacamata hitam
Ciuman mereka menjadi semakin bergairah. Bibir mereka tak terpisahkan, pada saat Arsyad menuntun tubuh Anya menuju ke tempat tidur sekali pun. Ia meletakkan tubuh Anya di atas tempat tidur dengan sangat lembut, seolah wanita itu adalah permata yang mudah retak.Tubuhnya berada di atas tubuh Anya, menguncinya dan tidak memberikan ruang untuk bergerak.Anya mulai merasakan bimbang. Ia sedang mencium pria yang tidak ia cintai! Apakah ia melakukan hal yang benar?Tidak seharusnya ia melakukan hal seperti ini dengan pria yang tidak dicintainya. Tetap mereka adalah suami istri. Apakah ia harus menolak? Atau ia harus menyerahkan dirinya begitu saja?Tetapi ciuman - ciuman lembut Arsyad juga membuatnya terhanyut dalam rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.Arsyad tidak sempat memikirkan kegelisahan Anya, ia terlalu tenggelam dalam gairahnya sendiri sehingga ia terus mencumbu
Setelah berkeliling, Hana kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Anya memutuskan untuk menghabiskan waktu dan berjalan - jalan di taman bunga iris, di depan rumah barunya.Tadi ia hanya bisa melihat taman bunga itu sekilas dari mobil, ternyata aslinya jauh lebih indah dari pada yang ia bayangkan. Taman bunga itu begitu besar dan di bagian tengahnya terdapat sebuah rumah kaca. Ketika ia memasuki rumah kaca tersebut, ia tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Rumah kaca itu jauh lebih indah dibandingkan taman bunga iris di depannya.Berbagai macam jenis bunga dengan warna yang beragam tumbuh di sana. Sebuah kursi ayun putih yang di lilit dengan tanaman salur membuat tempat itu seperti berasal dari negeri dongeng. Tempat ini adalah tempat favoritnya di rumah, tempat persembunyiannya.Saat ia sedang mengelilingi rumah kaca tersebut dan memperhatikan setiap tanaman yang ada di dalamnya, salah seorang pelayan yang masih cukup muda mendekati
Setelah setengah jam perjalanan, mobil mereka mulai memasuki sebuah kawasan perumahan elite. Namun, mereka tidak berhenti di salah satu rumah di kawasan tersebut. Mobil mereka terus berjalan, memasuki bagian dalam perumahan menuju ke daerah yang cukup terpencil. Mobil mereka terus berjalan sampai tiba di sebuah gerbang besar yang sangat indah. Gerbang itu tidak dijaga dengan ketat, hanya ada sebuah CCTV di salah satu sisinya.Pintu gerbang itu tiba - tiba saja terbuka secara otomatis setelah mobil Arsyad berhenti dihadapannya, membiarkan mobil mewah itu berjalan masuk.Mereka masih harus melewati sebuah jalan yang panjang selama 15 menit, sehingga sebuah rumah yang luar biasa besar dan mewah terpampang dihadapannya. Tatapannya tampak menerawang seolah ia berada di tengah - tengah surga yang di penuhi dengan bunga - bunga.Arsyad yang sebelumnya memejamkan matanya langsung terbangun. Ia menatap wanita yang disampingnya dengan lembut.Anya seo