Share

Honeymoon

Pagi ini di apartemen Putri dan Dafa. Elusan hangat matahari membuat tidur semakin hangat. Udara yang menerpa membuka tirai jendela. Burung-burung berterbangan bebas. Selimut hangat menyelimuti Putri. Matanya masih terpejam dengan tubuh yang tengkurap. Sedangkan di kamar Dafa terasa amat panas matahari menyilaukan kedua matanya. Dafa membuka mata pelan dan mulai megedarkan pandangannya. Kian manik matanya tertuju pada jam dinding di tembok hadapannya. Pukul tujuh. Dafa bergegas bangun, dia berlari keluar kamar. 

Dafa mendorong pintu kamar Putri. Dafa menyeka rambutnya kasar. "Bangun!" Dafa berteriak sembari mengangkat tubuh Putri membuat Putri bangun kaget. 

Putri memberontak. "Apaan sih pak?"lirihnya dengan suara berat karena masih ngantuk. 

Dafa mengangkat tubuh Putri hingga gadis itu berdiri tegak. "Liat jam berapa?!" Dafa menunjuk jam tangannya. 

Putri membelalakkan matanya. Dia berlari memasuki kamar mandi yang berada di kamarnya. Dafa menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menompang dahinya dengan tangan dan melenggang pergi dari kamar Putri. 

Pada pukul 7.30 mereka berdua sampai di bandar udara. Banyaknya orang berlalu lalang membuat Putri susah untuk turun dari mobil apalagi dengan koper yang ia bawa. Dafa dan Putri berjalan cepat sampai menerobos orang-orang yang berjalan dengan arah berlawanan. 

Dafa menoleh ke arah Putri yang kesusahan membawa koper karena terus tersengol orang-orang. "Cepetan udah telat ini!" Dafa menggerutu kesal sembari menatap jam tangannya. Dia segera menarik tangan Putri. 

Dafa melirik jam tangannya. Sialan. Dia berhenti mendadak membuat Putri tertabrak punggung lebarnya. Dafa menatap ke arah luar tembok kaca di hadapannya itu. Pesawat yang akan ia naiki bersama Putri itu sudah lepas landas. Putri mendongak menatap Dafa sambil terkekeh menertawakannya. Putri melambaikan tangan pada pesawat itu dengan senyum lebar terukir di bibir gadis itu.

Dafa melirik Putri,dia menggigit giginya sendiri kesal ingin sekali menendang gadis di sampingnya itu. Dafa geram dia memotek kepala Putri. 

Putri berdecit pelan. "Wlekk!" Dia menjulurkan lidah mengejek Dafa lalu dia berlalu meninggalkan kopernya dan Dafa. 

Dafa ingin mengejar Putri tapi dia kembali berbalik untuk mengambil koper yang tertinggal itu.                                       

Tidak jadi pergi bulan madu sekaligus tidak jadi berkunjung ke belgia. Pesawat putih itu kian terbang tinggi di langit dan menembus awan putih. 

Putri berjalan menyusuri tumpukan jajan ringan itu. Dafa menggikuti Putri dengan malas. Dia masih sangat kesal gara-gara Putri tiket yang ia beli itu menjadi sia-sia. Dia tau Putri sengaja tidak bangun pagi tapi ini juga salahnya karena ikut tidak bangun pagi. 

Putri mengambil sebungkus mie instan lalu menyodorkannya pada Dafa. "Boleh?"tanyanya dengan suara manis. 

Dafa menggeleng. "Jangan kebanyakan makan mie. Tarok!" Dafa menjawab dengan dingin. Putri menggembalikan mie itu dengan raut wajah melas. 

Dafa melirik gadis itu ketika dia berjalan malas meninggalkan Dafa. Dafa menghela nafas. Dia menggambil dua bungkus mie instan lalu meggejar Putri yang sudah lumayan jauh. 

Dafa berjalan di samping Putri dan menyodorkan dua bungkus mie instan itu. Putri melirik lalu mendongak dan menghentikan langkahnya. Dafa membuang muka ketika Putri mengambil mie itu dari tangannya. 

"Udah?"kata Dafa. 

Putri berdiri di depan tumpukan jajan enak itu dengan sekeranjang yang sudah setengah terisi. Putri mendongak menatap Dafa. "Udah,"ucapnya manis. 

"Kalian?"ucap seseorang dari belakang Dafa. 

Dafa dan Putri berbalik. Lastri berdiri dengan sekeranjang belanjaan. Begitu terkejutnya dia ketika melihat mereka berdua. 

"Kalian kan harusnya udah berangkat-"kata Lastri terputus. 

"Kita udah ketinggalan pesawat,"sarkas Dafa. 

Lastri mengangkat alisnya. "Kok bisa?!"

Lastri menatap Putri dan Putri mengangkat kedua pundaknya. 

                                            *****

"Jadi kalian gak jadi bulan madu?" Lastri mengintrogasi Dafa dan Putri. 

Mereka duduk di sofa ruang tengah di apartment. Sudah satu jam mereka berbincang hingga tak sadar waktu.

Langit biru mulai kelabu. Udara semakin dingin. Lastri jadi menginap di apartemen kedua anak ini. Memasak dan makan bersama selama seharian. Kini malam tiba dengan bulan purnama di atasnya. 

"Ibu pulang ya kalo gitu,"ucap Lastri kala menonton televisi. 

"Ibu nginap aja!"seru Dafa membuat Putri kaget. 

Jika ibu menginap maka Dafa dan Putri akan tidur sekamar. Ah tidak bisa. 

"Nginap aja gapapa!"pinta Dafa meyakinkan. 

"Iya nginap aja gapapa,"timpal Putri melirik tajam Dafa. 

"Em oke." Lastri menyetujui. Sialan. Gadis itu mengumpat. 

Malam yang hening. Begitu tidak menyenangkan tapi nyaman. Seperti suami istri yang sedang bertengkar. Putri tidur memunggungi Dafa. Begitu juga dengan Dafa sendiri tidur memunggungi Putri. Hanya suara AC yang terdengar. Putri bangkit dan mengambil ponsel serta headset. Dafa hanya melirik diam tidak menanggapi Putri. Putri kembali menyingkur Dafa dengan headset di kedua telinganya. 

Dafa memejamkan matanya paksa. Matanya kembali terbuka. Dia benar-benar tidak bisa tidur. 

"Putri udah tidur?"tanyanya lirih. Namun, Putri masih bisa mendengar ucapan Dafa. Nyatanya gadis itu tidak memutar musik sama sekali. 

"Belom,"jawab Putri. 

"Kenapa?"

"Gak bisa." Putri menghela nafas pelan sambil mengigit bibir bawahnya. "Maaf, aku masih gak bisa lakuin itu buat kamu,"ujar Putri dengan suara sendu. 

Dafa berbalik menatap punggung Putri. "Balik sini ngadep Mas!"pinta Dafa. 

Putri membalik badan nya. Kini jarak wajahnya dan wajah Dafa sangat dekat. Dia bisa merasakan nafas Dafa yang menerpa matanya. 

"Liat sini ayo!"pinta Dafa lagi. Kali ini dia memegang dagu Putri agar matanya saling pandang dengan Putri. Dafa mengelus lembut pipi Putri membuat kupu-kupi di perut Putri terbang. "Tidur ya udah malem!" Suara berat Dafa terdengar hangat di telinga Putri. 

Putri mengangguk lalu menelusupkan wajahnya ke ceruk dada bidang Dafa membuat tangan kanan Dafa memeluk tubuh gadis itu. 

"Emphh!" Putri mendesis memukul kecil Dada Dafa. Membuat Dafa melepaskan pelukannya. "Ah." Putri bernafas lega setelah keluar dari pelukan erat Dafa. 

"Kenapa?"tanya Dafa melihat Putri bernafas tersengal-sengal. 

"Dipikir aku guling!"bentak Putri. 

"Maaf,abisnya kamu terlalu enak untuk di peluk,"ujar Dafa membuat Putri menunduk malu. "Kamu juga kenapa belum tidur sih?! Dafa menggerutu membuat gadis itu membuang muka. 

"Aku punya insom jadi susah buat tidur, kita ngalong aja ya aku mau ngedrakor,"ucap Putri dengan wajah memelas menatap Dafa. 

"Drakor terus!" Dafa kesal, dia memutar badannya dan memungungi Putri. 

Putri mengintip Dafa dari atas. Dafa cemberut dengan bibirnya yang monyong. 

"Hahaha kayak monyet,"ledek Putri lalu tertawa lepas. 

Dafa memukul Putri dengan guling yang ia peluk membuat Putri mengelus kepalanya. Putri membaringkan tubuhnya lalu memeluk tubuh kekar Dafa dari belakang. "Mas nya ngambekan ih,"kata Putri membuat Dafa tersenyum kecil. 

Dafa berbalik dan meletakkan tangannya dipundak Putri. "Apa tadi?"

"Apa?" Putri bertanya balik dengan tawa mengiringi. Dafa merotasikan matanya dan hampir berbalik lagi tapi di hentikan oleh kata-kata manis Putri. 

"Mas Dafa." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status