Share

Bab 21

Aku duduk menunggu giliran sidang kedua. Setengah jam lagi aku harus ada di ruang sidang. Namun hingga detik ini Mas Deni belum datang. Aku sangat berharap Mas Deni tak usah hadir dalam sidang kali ini dan seterusnya agar hakim segera mengetuk palu, dan aku terbebas dari Mas Deni.

Panjang umur benar, baru juga kupikirkan,Mas Deni dan Rani sudah nampak berjalan ke arahku.

"Sendirian nih,Mbak?" ejek Rani padaku.

"Kalau sendirian memangnya kenapa?"

"Kasian kamu mbak," ucap Rani sinis.

"Aku akan tetap ajukan pembagian harta gono gini ke pengadilan,salah sendiri kamu maruk!" lantang Mas Deni bicara.

"Hahahaha ... mimpi kamu Mas!Harta tak punya minta pembagian harta gono gini. Mbok, ya, ngaca!" ejekku.

"Kita lihat saja, berapa banyak harta yang akan menjadi milikku," ucapnya sombong.

"Oke,kalau Mas nekat minta harta gono gini. Siap-siap saja, Ibu dan Rani mendekam di penjara!" gertakku.

"Halu kamu, Mbak!" sinis Rani.

"Kamu lupa, aku punya punya bukti uang-uang mbak yang kamu pinja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status