Share

Maaf, Sudah Berlalu
Penulis: Fishy

Bab 1

Penulis: Fishy
Saat aku mempersiapkan pernikahan sendirian sampai penyakit lambungku kambuh karena kelelahan, Leon Tanjaya justru sedang merayakan pesta lajang bersama cinta sejatinya.

Aku meringkuk di lantai, tidak bisa bergerak. Namun, sampai pingsan pun, aku tidak bisa menghubungi ponsel Leon.

Setelah tersadar di rumah sakit, aku baru melihat pergerakan pria itu dari status WhatsApp.

Leon mengubah pesta lajangnya menjadi malam pernikahan eksklusif dengan cinta sejatinya.

Dalam video itu, Leon yang sebentar lagi akan menjadi suamiku, justru membuat janji penuh cinta pada cinta sejatinya.

"Aku akan menyimpan segala yang terbaik untukmu. Dia hanya istri dalam namaku saja."

Di atas kapal pesiar mewah, mereka berciuman penuh gairah.

Sementara empat puluh delapan jam kemudian, aku harus menikah dengan pria ini di kedai pangsit yang sederhana.

Aku mematikan ponsel dengan tenang.

Mungkin, memang tidak perlu ada pernikahan sama sekali.

Tiga puluh enam jam menjelang pernikahan.

Begitu aku pulang dan membuka pintu, ternyata Leon sudah kembali lebih dulu.

Dia sedang duduk di sofa. Ketika mendengar gerakanku, dia tiba-tiba berlari mendekat, lalu mengunciku di luar pintu.

"Kita sudah akan menikah, tapi kamu masih saja berkeliaran semalaman di luar. Apa kamu nggak punya rasa malu?"

Pria itu menyalahkanku.

Namun, saat pintu tertutup, aku melihat pintu kamar terbuka. Cindy Surya keluar dari dalam dengan rambut basah sambil mengenakan kemeja pria yang kebesaran.

Aku berdiri di ambang pintu. Hatiku ternyata merasa luar biasa tenang.

Leon sudah memberinya pernikahan, jadi bagaimana mungkin dia tidak memberikan malam pertama?

Sepanjang malam yang panjang, pria itu mungkin bahkan tidak ingat kalau dia memiliki seorang tunangan yang sedang dirawat di rumah sakit dan belum pulang.

Ketika aku berbalik hendak pergi, pintu terbuka lagi.

Leon menggerakkan jarinya, memberi isyarat.

"Masuklah. Aku sedikit lapar, masaklah sesuatu," kata Leon.

Sampai sekarang aku juga belum makan apa pun. Karena tidak ingin membuat lambungku yang baru sembuh makin parah, aku masuk ke dapur dalam diam.

Cindy sudah berganti pakaian dengan gaunnya sendiri, meskipun kain tipisnya bahkan tidak setebal kemeja tadi.

Wanita itu memeluk lengan Leon sambil tersenyum manis padaku.

"Kak Lisa, semalam aku bermain terlalu malam. Kak Leon merasa khawatir kalau aku pulang sendirian, jadi dia menyuruhku menginap di sini. Kak Lisa, kamu nggak marah, 'kan? Kak Leon terlalu perhatian padaku," ujar Cindy.

Aku menjawab dengan acuh tak acuh, "Nggak apa-apa."

Aku berbalik untuk masuk ke dapur.

Ketika melihat aku tidak marah, tatapan Leon yang tadi terus melirikku akhirnya menjadi tenang.

"Tentu saja nggak apa-apa. Aku sudah berjanji akan menikahinya. Dia harus peduli dengan orang-orang yang aku pedulikan juga. Cindy, kamu nggak perlu sungkan. Kalau kamu perlu bantuan, langsung katakan padanya saja," ucap Leon.

Tanganku yang sedang memotong sayuran terhenti.

Nada bicara Leon seolah dia menganggapku sebagai pelayan yang bisa diperintah sesuka hati.

Bahkan air yang terus mendidih seolah mendesakku untuk bekerja lebih cepat.

Saat akan menyiapkan bumbu terakhir, Cindy tiba-tiba mulai rewel.

"Ah, jangan memakai kecap itu. Garam yang terlalu banyak juga nggak sehat. Aku nggak mau makan."

Namun, aku sudah menuangkannya.

Cindy cemberut, lalu berbalik untuk menarik baju Leon dengan manja.

"Lihatlah Kak Lisa."

Leon langsung mendekat dengan langkah besar.

"Lisa, tadi kamu sengaja menambahkan kecap, ya? Cepat buat lagi sesuai petunjuk Cindy."

Sambil berkata begitu, Leon mengangkat panci mi yang sudah matang, hendak membuangnya ke tempat sampah.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku hanya berdiri diam tidak bergerak di sana. Tangan Leon bergetar, hingga setengah dari air mendidih itu tumpah ke lenganku.

Leon langsung panik, buru-buru menaruh lenganku di bawah keran air dengan cemas.

"Lihat dirimu, ada apa denganmu? Apa kamu masih punya salep di rumah? Aku akan mengambilkannya, kamu lanjutkan menyirami lukanya," ujar Leon.

Ketika Leon menemukan salep dan hendak membantuku mengoleskannya, Cindy memanggil dengan manja dari ruang tamu.

"Kak Leon, aku lapar sekali. Perutku sampai sakit."

"Kalau begitu, kita makan di luar saja," kata Leon.

Leon tanpa ragu langsung melemparkan salep padaku, lalu berbalik untuk membawa wanita itu keluar.

Ketika mereka sampai di pintu, Cindy baru berkata.

"Bukannya nggak baik kalau nggak mengajak Kak Lisa bersama?"

Leon tampak acuh tak acuh.

"Siapa suruh dia berdiri seperti mayat hidup sampai terkena air panas? Memasak mi saja nggak bisa. Biarkan saja, ayo kita pergi. Biarkan dia mati kelaparan."

Pintu pun ditutup.

Aku berdiri di sana, hanya merasakan lambungku yang baru sembuh mulai terasa sakit lagi.

Rasa terbakar di lenganku berangsur membaik dengan siraman air yang tanpa henti.

Di ruangan yang sunyi hanya terdengar suara air mengalir.

Jika dipikir, aku baru ingat kalau aku belum membatalkan pernikahan itu.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 8

    Ketika aku sampai di bawah gedung kantor, aku melihat tempat itu dikelilingi banyak orang, tampak sangat ribut.Rekan kerjaku berkata dengan penuh semangat ketika melihatku."Ada yang melamar!""Melamar?"Kerumunan sedikit menyebar. Baru pada saat itulah aku melihat yang berdiri di tengah adalah Leon.Dia mengenakan jas yang dulu dipesan khusus untuk pesta pernikahan. Rambutnya ditata rapi, sementara tangannya memegang seikat mawar.Aku tanpa sadar ingin pergi.Namun, aku terlambat selangkah. Begitu Leon melihatku, dia langsung menerobos kerumunan, berlari menuju arahku."Lisa, aku datang ke sini untuk mengejarmu."Dia menghadang di hadapanku dalam dua langkah, sama sekali tidak peduli dengan ekspresi wajahku yang muram, langsung berkata sesuka hati."Aku tahu kalau sebelumnya aku sudah menyakitimu. Aku sudah merenungkannya setelah pulang. Aku ingin mengejarmu lagi. Kalau kamu nggak mencintaiku lagi, aku akan membuatmu jatuh cinta lagi padaku."Sambil berkata demikian, Leon mengeluarka

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 7

    Leon menatapnya dengan curiga."Siapa dia?" tanya Leon."Aku pacar Lisa. Tolong jangan mengganggunya lagi," balas Steven.Leon mengabaikannya, terus bertanya padaku."Siapa dia?"Steven melangkah ke samping, menghadang di hadapanku."Kalau ada masalah, kamu bisa bicara padaku," kata Steven.Leon tertawa dingin beberapa kali karena marah. Tiba-tiba, dia mengangkat kepalan tangannya untuk menyerang Steven.Namun, Steven selangkah lebih cepat, langsung menghindari pukulannya.Steven tidak tersenyum lagi."Kalau kamu ingin berkelahi, ayo keluar. Aku siap menemani sampai akhir," ujar Steven.Kedua orang ini tampak benar-benar berniat keluar untuk berkelahi.Aku buru-buru menarik Steven, menggelengkan kepala padanya.Steven menepuk tanganku, memberikan tatapan yang menenangkan.Keduanya dengan cepat bergerak keluar.Aku tahu bahwa Leon pernah terlibat perkelahian kelompok saat masih kuliah.Aku takut terjadi sesuatu pada Steven.Jadi, aku tetap buru-buru menyusul.Aku tidak menyangka bahwa S

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 6

    Empat jam kemudian, pesawat mendarat.Rekan kerja dari perusahaan datang menjemputku.Aku tidak menyangka bahwa dia adalah teman sekelasku di SMP."Steven, aku nggak menyangka itu kamu! Lama nggak bertemu," kataku.Saat melihatnya pertama kali, aku hampir tidak memercayai mataku sendiri. Dia sangat berbeda dengan sosok kecil mungil saat di SMP dulu.Sekarang postur tubuhnya tegap, wajahnya tampan dan cerah. Hanya dengan berdiri di sana saja, dia sudah menarik perhatian banyak orang.Aku sering melihat postingannya di status WhatsApp, jadi aku bisa mengenalinya.Steven tersenyum sambil berjalan mendekat, seperti angin sepoi-sepoi yang menerpa."Aku juga nggak menyangka kalau kamu masih mengingatku," ujar pria itu.Saat berbicara, matanya yang menatapku tampak begitu cerah seperti bintang.Dalam perjalanan, kami mengenang masa lalu sebentar.Baru pada saat itulah aku mengetahui bahwa dia sebenarnya satu sekolah denganku saat SMA. Hanya saja, perusahaan ayahnya tiba-tiba dipindahkan, sehi

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 5

    Aku menoleh, melihat Leon berdiri di sana dengan penampilan berantakan serta napas yang terengah-engah.Sebelumnya, aku hanya melihat dia seperti ini saat mengkhawatirkan Cindy.Leon mengatupkan bibirnya, menatapku dengan keras kepala."Kenapa kamu pergi tanpa alasan? Bagaimana dengan pernikahannya kalau kamu pergi tanpa mengatakan apa pun?" tanya Leon.Aku memotong perkataannya.Pernikahan? Pernikahan apa lagi sekarang?"Jadi, kita putus saja," kataku."Apa katamu?"Leon terdiam di tempat, tampak tidak memercayainya.Aku langsung berbalik melewati gerbang pemeriksaan tiket, tidak lagi melihat Leon di belakang.Di pesawat, aku tanpa sadar mulai mengingat masa lalu.Aku dan Leon sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun.Awalnya dia juga peduli dan menjagaku. Namun, entah sejak kapan dia terbiasa memerintahku. Di matanya hanya ada Cindy.Aku menjadi pelayan tua yang mengurusinya, sementara dia merasa muak dan tidak ingin melihatku.Sepuluh tahun berlalu, tetapi dia tidak kunjung mela

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 4

    Hari ini adalah hari pernikahan yang sudah direncanakan.Aku dan Leon awalnya sudah sepakat untuk memulai persiapan prosesi pernikahan hari ini pada pukul enam.Pada pukul sembilan, hari sudah terang.Leon akhirnya kembali.Begitu melihatku duduk di ruang tamu, dia langsung berkata dengan marah."Apa kamu ingin membuatku ketakutan setengah mati? Kenapa kamu duduk di sini tanpa bersuara?"Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangkat kepala untuk melirik Leon.Dia bermalam di luar, tubuhnya berbau alkohol yang pekat, rambutnya berantakan, pakaiannya tidak rapi. Terlebih lagi, ada bekas lipstik di kerahnya yang tidak bisa diabaikan.Namun, Leon sama sekali tidak menyadarinya.Jika ini dulu, aku pasti akan marah. Namun, sekarang aku hanya memalingkan wajah dalam diam.Leon membuka baju sambil mengomeliku."Bukankah ini hanya pernikahan? Apa kamu perlu segembira itu?""Lihat lingkaran hitam di matamu. Kamu memang nggak begitu cantik sejak awal. Jangan salahkan aku kalau kamu terlihat jele

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 3

    Sore harinya, aku kembali ke kantor.Awalnya aku sudah mengambil cuti satu minggu untuk pernikahan.Sekarang baru tiga hari, tetapi aku sudah kembali.Rekan kerja yang melihatku semuanya merasa terkejut."Lisa, kenapa kamu kembali? Jangan-jangan kamu ingin mengundang kami ke pesta malam ini? Kami sudah mendapatkan undangannya. Kamu sampai datang jauh-jauh ke sini."Pesta malam ini?Setelah aku memikirkannya, pasti ini pesta Leon dan Cindy.Aku tidak menjelaskan, hanya tersenyum sambil berkata."Ya, malam ini jangan lupa datang, ya. Aku masih ada urusan."Setelah meninggalkan rekan-rekanku, aku pergi ke meja kerjaku, mengemasi semua barangku ke dalam tas.Terakhir, aku mencetak surat pengunduran diri, lalu pergi ke ruang kepala divisi.Saat dia melihat surat pengunduran diriku, dia hanya merasa terkejut sesaat, sepertinya tidak terlalu kaget.Dia menghela napas, berkata dengan nada menasihati."Ketika aku melihatmu setiap hari menyebutkan tentang Leon sebelumnya, aku sudah menduga hari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status