Share

Bab 4

Author: Fishy
Hari ini adalah hari pernikahan yang sudah direncanakan.

Aku dan Leon awalnya sudah sepakat untuk memulai persiapan prosesi pernikahan hari ini pada pukul enam.

Pada pukul sembilan, hari sudah terang.

Leon akhirnya kembali.

Begitu melihatku duduk di ruang tamu, dia langsung berkata dengan marah.

"Apa kamu ingin membuatku ketakutan setengah mati? Kenapa kamu duduk di sini tanpa bersuara?"

Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangkat kepala untuk melirik Leon.

Dia bermalam di luar, tubuhnya berbau alkohol yang pekat, rambutnya berantakan, pakaiannya tidak rapi. Terlebih lagi, ada bekas lipstik di kerahnya yang tidak bisa diabaikan.

Namun, Leon sama sekali tidak menyadarinya.

Jika ini dulu, aku pasti akan marah. Namun, sekarang aku hanya memalingkan wajah dalam diam.

Leon membuka baju sambil mengomeliku.

"Bukankah ini hanya pernikahan? Apa kamu perlu segembira itu?"

"Lihat lingkaran hitam di matamu. Kamu memang nggak begitu cantik sejak awal. Jangan salahkan aku kalau kamu terlihat jelek saat memakai gaun pengantin. Aku nggak akan mengadakan pesta pernikahan yang kedua kalinya denganmu."

Sambil berkata demikian, Leon melemparkan semua pakaian kotornya ke tubuhku.

"Pergilah, cucikan bajuku dulu."

Kemudian, dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Baju itu berbau alkohol pekat yang bercampur dengan parfum dan rokok. Ini seperti bom bau yang hampir membuatku pingsan.

Aku langsung pindah tempat.

Tak lama kemudian, dari kamar mandi terdengar tawa Leon.

"Benarkah? Aku nggak percaya kecuali kamu mengirimkan foto padaku."

Selain Cindy, tidak ada orang lain yang bisa membuatnya sesenang itu.

Kemudian, Leon sepertinya takut aku mendengarnya, jadi dia sengaja membuka keran air.

Namun, Leon terlalu mengandalkan suara air. Dia tidak sadar kalau saat berbicara dengan Cindy, dia selalu begitu bahagia sampai tidak bisa mengontrol volume suaranya.

Dia berlama-lama di dalam kamar mandi selama dua jam, baru akhirnya memutuskan untuk keluar.

"Di mana jas yang kamu siapkan untukku?" tanya Leon.

"Masih di toko, belum diambil," jawabku.

Dia langsung berkata dengan nada meremehkan.

"Lihatlah dirimu. Kamu sibuk setiap hari, tapi akhirnya nggak bisa menyiapkan jas. Apakah ini pernikahan yang aku inginkan atau kamu inginkan? Kamu seperti nggak peduli sama sekali."

Ketika berkata demikian, ponsel Leon berdering.

Dia mengangkatnya, lalu dari seberang langsung terdengar suara tangisan Cindy.

"Kak Leon, di rumahku ada serangga. Serangganya besar sekali, aku takut."

"Aku akan datang ke sana sekarang, jangan takut!" balas Leon.

Sebelum Leon selesai berpakaian, kakinya sudah ingin melangkah keluar tanpa sadar.

Ketika sampai di pintu, dia melihatku yang duduk di ruang tamu. Untuk pertama kalinya, dia tidak pergi dengan langkah yang begitu tegas.

Pria itu mencari alasan untuk dirinya sendiri.

"Pernikahannya akan dilangsungkan enam jam lagi, jadi masih ada cukup waktu. Setelah aku kembali dari tempat Cindy, aku akan sekalian mengambil jasnya."

Aku menyetujui dengan acuh tak acuh.

Baru pada saat itulah Leon tertawa, lalu dia mendekat untuk mengelus kepalaku.

"Kalung yang aku belikan ada di saku celanaku, ambil saja. Jangan khawatir, aku pasti datang ke pernikahan," kata Leon.

Sebelum pergi, entah kenapa dia menambahkan satu kalimat.

"Tunggu aku."

Aku mengangguk.

Saat pintu tertutup.

Aku mengeluarkan koper dari kamar.

Awalnya aku berencana untuk berpamitan baik-baik dengannya. Sekarang, sepertinya itu tidak perlu.

Jika Leon membuka lemari, dia akan melihat jas yang khusus aku pesankan untuknya tergantung di dalam.

Sedangkan gaun pengantinku yang memang adalah gaun sewaan, sudah aku batalkan.

Aku menarik koper, keluar dari penjara yang sudah aku tinggali selama sepuluh tahun ini.

Aku mengangkat telepon.

Paman Dirga tertawa sambil berkata.

"Nak, acara perpisahannya sudah siap. Cepatlah datang."

Aku sedang duduk di ruang tunggu bandara, menunggu pesawat yang akan berangkat satu jam lagi.

Tadi, entah berapa kali Leon menelepon.

Dia pasti sudah mengetahui bahwa pernikahannya dibatalkan.

Aku tidak mengangkat telepon.

Aku duduk sendirian untuk menenangkan hati. Aku sudah siap pergi ke kantor cabang di Kota Cana untuk mengembangkan bisnis.

Sedangkan Leon, dia bisa bersama dengan Cindy tanpa hambatan dariku. Dia pasti akan merasa senang.

Ketika aku memikirkan ini, waktu untuk pemeriksaan tiket sudah tiba.

Aku hendak melewati gerbang pemeriksaan tiket, tetapi tiba-tiba dari luar terdengar suara dengan nada tidak percaya.

"Lisa! Kamu mau pergi ke mana?"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 8

    Ketika aku sampai di bawah gedung kantor, aku melihat tempat itu dikelilingi banyak orang, tampak sangat ribut.Rekan kerjaku berkata dengan penuh semangat ketika melihatku."Ada yang melamar!""Melamar?"Kerumunan sedikit menyebar. Baru pada saat itulah aku melihat yang berdiri di tengah adalah Leon.Dia mengenakan jas yang dulu dipesan khusus untuk pesta pernikahan. Rambutnya ditata rapi, sementara tangannya memegang seikat mawar.Aku tanpa sadar ingin pergi.Namun, aku terlambat selangkah. Begitu Leon melihatku, dia langsung menerobos kerumunan, berlari menuju arahku."Lisa, aku datang ke sini untuk mengejarmu."Dia menghadang di hadapanku dalam dua langkah, sama sekali tidak peduli dengan ekspresi wajahku yang muram, langsung berkata sesuka hati."Aku tahu kalau sebelumnya aku sudah menyakitimu. Aku sudah merenungkannya setelah pulang. Aku ingin mengejarmu lagi. Kalau kamu nggak mencintaiku lagi, aku akan membuatmu jatuh cinta lagi padaku."Sambil berkata demikian, Leon mengeluarka

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 7

    Leon menatapnya dengan curiga."Siapa dia?" tanya Leon."Aku pacar Lisa. Tolong jangan mengganggunya lagi," balas Steven.Leon mengabaikannya, terus bertanya padaku."Siapa dia?"Steven melangkah ke samping, menghadang di hadapanku."Kalau ada masalah, kamu bisa bicara padaku," kata Steven.Leon tertawa dingin beberapa kali karena marah. Tiba-tiba, dia mengangkat kepalan tangannya untuk menyerang Steven.Namun, Steven selangkah lebih cepat, langsung menghindari pukulannya.Steven tidak tersenyum lagi."Kalau kamu ingin berkelahi, ayo keluar. Aku siap menemani sampai akhir," ujar Steven.Kedua orang ini tampak benar-benar berniat keluar untuk berkelahi.Aku buru-buru menarik Steven, menggelengkan kepala padanya.Steven menepuk tanganku, memberikan tatapan yang menenangkan.Keduanya dengan cepat bergerak keluar.Aku tahu bahwa Leon pernah terlibat perkelahian kelompok saat masih kuliah.Aku takut terjadi sesuatu pada Steven.Jadi, aku tetap buru-buru menyusul.Aku tidak menyangka bahwa S

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 6

    Empat jam kemudian, pesawat mendarat.Rekan kerja dari perusahaan datang menjemputku.Aku tidak menyangka bahwa dia adalah teman sekelasku di SMP."Steven, aku nggak menyangka itu kamu! Lama nggak bertemu," kataku.Saat melihatnya pertama kali, aku hampir tidak memercayai mataku sendiri. Dia sangat berbeda dengan sosok kecil mungil saat di SMP dulu.Sekarang postur tubuhnya tegap, wajahnya tampan dan cerah. Hanya dengan berdiri di sana saja, dia sudah menarik perhatian banyak orang.Aku sering melihat postingannya di status WhatsApp, jadi aku bisa mengenalinya.Steven tersenyum sambil berjalan mendekat, seperti angin sepoi-sepoi yang menerpa."Aku juga nggak menyangka kalau kamu masih mengingatku," ujar pria itu.Saat berbicara, matanya yang menatapku tampak begitu cerah seperti bintang.Dalam perjalanan, kami mengenang masa lalu sebentar.Baru pada saat itulah aku mengetahui bahwa dia sebenarnya satu sekolah denganku saat SMA. Hanya saja, perusahaan ayahnya tiba-tiba dipindahkan, sehi

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 5

    Aku menoleh, melihat Leon berdiri di sana dengan penampilan berantakan serta napas yang terengah-engah.Sebelumnya, aku hanya melihat dia seperti ini saat mengkhawatirkan Cindy.Leon mengatupkan bibirnya, menatapku dengan keras kepala."Kenapa kamu pergi tanpa alasan? Bagaimana dengan pernikahannya kalau kamu pergi tanpa mengatakan apa pun?" tanya Leon.Aku memotong perkataannya.Pernikahan? Pernikahan apa lagi sekarang?"Jadi, kita putus saja," kataku."Apa katamu?"Leon terdiam di tempat, tampak tidak memercayainya.Aku langsung berbalik melewati gerbang pemeriksaan tiket, tidak lagi melihat Leon di belakang.Di pesawat, aku tanpa sadar mulai mengingat masa lalu.Aku dan Leon sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun.Awalnya dia juga peduli dan menjagaku. Namun, entah sejak kapan dia terbiasa memerintahku. Di matanya hanya ada Cindy.Aku menjadi pelayan tua yang mengurusinya, sementara dia merasa muak dan tidak ingin melihatku.Sepuluh tahun berlalu, tetapi dia tidak kunjung mela

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 4

    Hari ini adalah hari pernikahan yang sudah direncanakan.Aku dan Leon awalnya sudah sepakat untuk memulai persiapan prosesi pernikahan hari ini pada pukul enam.Pada pukul sembilan, hari sudah terang.Leon akhirnya kembali.Begitu melihatku duduk di ruang tamu, dia langsung berkata dengan marah."Apa kamu ingin membuatku ketakutan setengah mati? Kenapa kamu duduk di sini tanpa bersuara?"Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangkat kepala untuk melirik Leon.Dia bermalam di luar, tubuhnya berbau alkohol yang pekat, rambutnya berantakan, pakaiannya tidak rapi. Terlebih lagi, ada bekas lipstik di kerahnya yang tidak bisa diabaikan.Namun, Leon sama sekali tidak menyadarinya.Jika ini dulu, aku pasti akan marah. Namun, sekarang aku hanya memalingkan wajah dalam diam.Leon membuka baju sambil mengomeliku."Bukankah ini hanya pernikahan? Apa kamu perlu segembira itu?""Lihat lingkaran hitam di matamu. Kamu memang nggak begitu cantik sejak awal. Jangan salahkan aku kalau kamu terlihat jele

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 3

    Sore harinya, aku kembali ke kantor.Awalnya aku sudah mengambil cuti satu minggu untuk pernikahan.Sekarang baru tiga hari, tetapi aku sudah kembali.Rekan kerja yang melihatku semuanya merasa terkejut."Lisa, kenapa kamu kembali? Jangan-jangan kamu ingin mengundang kami ke pesta malam ini? Kami sudah mendapatkan undangannya. Kamu sampai datang jauh-jauh ke sini."Pesta malam ini?Setelah aku memikirkannya, pasti ini pesta Leon dan Cindy.Aku tidak menjelaskan, hanya tersenyum sambil berkata."Ya, malam ini jangan lupa datang, ya. Aku masih ada urusan."Setelah meninggalkan rekan-rekanku, aku pergi ke meja kerjaku, mengemasi semua barangku ke dalam tas.Terakhir, aku mencetak surat pengunduran diri, lalu pergi ke ruang kepala divisi.Saat dia melihat surat pengunduran diriku, dia hanya merasa terkejut sesaat, sepertinya tidak terlalu kaget.Dia menghela napas, berkata dengan nada menasihati."Ketika aku melihatmu setiap hari menyebutkan tentang Leon sebelumnya, aku sudah menduga hari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status