Share

Bab 3

Penulis: Fishy
Sore harinya, aku kembali ke kantor.

Awalnya aku sudah mengambil cuti satu minggu untuk pernikahan.

Sekarang baru tiga hari, tetapi aku sudah kembali.

Rekan kerja yang melihatku semuanya merasa terkejut.

"Lisa, kenapa kamu kembali? Jangan-jangan kamu ingin mengundang kami ke pesta malam ini? Kami sudah mendapatkan undangannya. Kamu sampai datang jauh-jauh ke sini."

Pesta malam ini?

Setelah aku memikirkannya, pasti ini pesta Leon dan Cindy.

Aku tidak menjelaskan, hanya tersenyum sambil berkata.

"Ya, malam ini jangan lupa datang, ya. Aku masih ada urusan."

Setelah meninggalkan rekan-rekanku, aku pergi ke meja kerjaku, mengemasi semua barangku ke dalam tas.

Terakhir, aku mencetak surat pengunduran diri, lalu pergi ke ruang kepala divisi.

Saat dia melihat surat pengunduran diriku, dia hanya merasa terkejut sesaat, sepertinya tidak terlalu kaget.

Dia menghela napas, berkata dengan nada menasihati.

"Ketika aku melihatmu setiap hari menyebutkan tentang Leon sebelumnya, aku sudah menduga hari ini akan tiba. Setelah menikah, kamu ingin menjadi ibu rumah tangga penuh waktu untuk merawatnya, ya? Wanita itu seharusnya memiliki karier sendiri."

Aku terdiam.

Aku tidak menyangka kepala divisi akan berkata begitu. Sepertinya aku sebelumnya benar-benar terlalu mencintai Leon, sampai pemikiran pertama kepala divisi adalah aku mengundurkan diri demi Leon.

Aku memaksakan senyum pahit, lalu menggelengkan kepala.

"Nggak, aku berencana putus dengannya. Aku ingin pindah tempat dan memulai hidup baru," kataku.

Kali ini, giliran kepala divisi yang kebingungan.

Namun, dia tidak banyak bertanya, hanya mengangguk sambil memberkatiku.

"Baguslah kalau kamu sudah memutuskannya. Setelah melewati rintangan ini, jalanmu di depan pasti akan cerah."

Kemudian, dia mengeluarkan dokumen lain untuk ditunjukkan padaku.

"Kalau kamu hanya ingin pindah tempat kerja, kantor pusat berencana membuka cabang di Kota Cana. Mereka sedang membutuh tenaga di sana, jadi kamu bisa mencobanya."

Aku berterima kasih atas kebaikan kepala divisi, lalu bersiap pulang untuk memikirkan tawaran ini.

Tepat setelah meninggalkan kantor, aku menerima telepon dari Leon.

"Pernikahannya tinggal 24 jam lagi, ini adalah malam lajang terakhirku. Malam ini aku akan merayakannya dengan teman-temanku. Kamu nggak perlu menungguku."

Dia jarang sekali melapor padaku.

Dulu aku pasti akan sangat senang. Namun, sekarang setelah aku merenungkannya, aku baru sadar bahwa ada banyak kebusukan di balik semua ini.

Ini adalah malam lajang terakhirnya. Leon mengundang semua orang, bahkan rekan kerjaku yang tidak terlalu aku kenal, tetapi hanya aku yang tidak diundang.

Namun, ini adalah terakhir kalinya dia perlu melapor padaku.

Malam ini tidak akan menjadi malam lajang terakhirnya.

Ketika melihatku tak kunjung membalas, Leon yang ada di ujung lain telepon merasa sedikit bingung.

"Lisa? Lisa? Apa kamu bisa mendengarku? Jangan-jangan ponselmu rusak …."

Aku tetap tidak mengatakan apa pun, berpura-pura ada gangguan sambungan.

Dia mulai sedikit tidak sabaran.

"Sudah aku bilang nggak perlu menelepon. Lagi pula, dia nggak akan berani memeriksaku."

Leon sepertinya mengira teleponnya terputus, jadi dia berbicara dengan orang lain. Benar saja, detik berikutnya terdengar suara wanita yang tidak asing, yang berkata dengan manja.

"Kak Leon, bagaimana bisa kamu mengatakan ini? Kalian berdua akan menikah. Kalau kamu nggak mengatakan posisimu pada Kak Lisa, dia akan merasa khawatir."

"Aku tahu. Cindy, kamu memang orang yang paling pengertian. Kalau dia bisa memiliki sikap pengertian setengahmu saja, aku pasti akan bersyukur," kata Leon.

"Aku nggak sebaik itu ...."

Kemudian, terdengar suara mesra yang tidak pantas didengar.

Aku menutup telepon.

Aku pulang ke rumah sendirian, memandangi rumah sewaan yang sudah aku tinggali selama sepuluh tahun ini.

Apakah aku tidak rela?

Dalam waktu sepuluh tahun, aku telah mengubah diriku dari remaja yang penuh semangat dan berani mencintai, menjadi seseorang yang waspada dan kelelahan.

Semua yang ada di rumah ini adalah kenanganku dan Leon.

Aku menurunkan foto bersama kami. Dulu aku memohon sangat lama pada Leon, baru dia mengizinkanku memasangnya.

Aku membuang gelas pasangan yang dulu aku siapkan sebagai kejutan, tetapi tidak pernah dipakai Leon ke tempat sampah.

Dulu Leon mengatakan bahwa dia akan membelikanku satu tangkai bunga setiap hari. Sekarang, vas bunga itu entah sudah kosong berapa lama, tampak penuh dengan debu.

Permainan Ludo yang dulu sering kami mainkan bersama juga sudah berdebu.

Aku mengemas semuanya satu per satu ke dalam kantong.

Terakhir, aku menggendong kantong hitam yang berat, membuang semua perasaanku selama sepuluh tahun ini ke tempat sampah.

Sekarang rumah yang kosong ini seperti hatiku yang sudah aku bersihkan.

Aku membuka status WhatsApp.

Semua orang memposting video Leon dan Cindy yang menari Waltz di pesta.

Mereka menari di lantai dansa dengan anggun.

Tangan Leon memeluk pinggang Cindy dengan lembut, seolah itu adalah harta paling berharga di dunia.

Mereka berputar dan melangkah dalam harmoni yang sempurna.

Keduanya saling menatap dengan penuh perasaan, seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua.

Semua orang berkomentar, mengatakan bahwa mereka terlihat seperti pasangan yang serasi.

Aku diam-diam menyukai postingan itu, juga meninggalkan komentar: [Benar-benar serasi.]

Tak lama kemudian, telepon Leon langsung masuk.

Suaranya terdengar sangat marah.

"Kita akan segera menikah, tapi kamu masih saja membuat ulah denganku! Cindy sampai menangis karena kamu. Aku tadi mengira kalau kamu sudah mulai dewasa, tapi ternyata kamu berulah lagi."

"Kalau kamu ingin menikah denganku, kamu harus merawat Cindy seperti adikmu sendiri. Baru setelah itu aku bisa menikahimu. Apa kamu mengerti?"

"Di hatiku, dia selamanya adalah yang nomor satu."

Leon akhirnya secara langsung mengakuinya padaku.

Aku tidak merasa sedih, justru tertawa.

"Aku akan mengingatnya."

Ketika mendengar jawaban positifku, Leon baru menutup telepon.

Layar ponsel menunjukkan waktu yang terus bergerak.

Tinggal 16 jam terakhir lagi.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 8

    Ketika aku sampai di bawah gedung kantor, aku melihat tempat itu dikelilingi banyak orang, tampak sangat ribut.Rekan kerjaku berkata dengan penuh semangat ketika melihatku."Ada yang melamar!""Melamar?"Kerumunan sedikit menyebar. Baru pada saat itulah aku melihat yang berdiri di tengah adalah Leon.Dia mengenakan jas yang dulu dipesan khusus untuk pesta pernikahan. Rambutnya ditata rapi, sementara tangannya memegang seikat mawar.Aku tanpa sadar ingin pergi.Namun, aku terlambat selangkah. Begitu Leon melihatku, dia langsung menerobos kerumunan, berlari menuju arahku."Lisa, aku datang ke sini untuk mengejarmu."Dia menghadang di hadapanku dalam dua langkah, sama sekali tidak peduli dengan ekspresi wajahku yang muram, langsung berkata sesuka hati."Aku tahu kalau sebelumnya aku sudah menyakitimu. Aku sudah merenungkannya setelah pulang. Aku ingin mengejarmu lagi. Kalau kamu nggak mencintaiku lagi, aku akan membuatmu jatuh cinta lagi padaku."Sambil berkata demikian, Leon mengeluarka

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 7

    Leon menatapnya dengan curiga."Siapa dia?" tanya Leon."Aku pacar Lisa. Tolong jangan mengganggunya lagi," balas Steven.Leon mengabaikannya, terus bertanya padaku."Siapa dia?"Steven melangkah ke samping, menghadang di hadapanku."Kalau ada masalah, kamu bisa bicara padaku," kata Steven.Leon tertawa dingin beberapa kali karena marah. Tiba-tiba, dia mengangkat kepalan tangannya untuk menyerang Steven.Namun, Steven selangkah lebih cepat, langsung menghindari pukulannya.Steven tidak tersenyum lagi."Kalau kamu ingin berkelahi, ayo keluar. Aku siap menemani sampai akhir," ujar Steven.Kedua orang ini tampak benar-benar berniat keluar untuk berkelahi.Aku buru-buru menarik Steven, menggelengkan kepala padanya.Steven menepuk tanganku, memberikan tatapan yang menenangkan.Keduanya dengan cepat bergerak keluar.Aku tahu bahwa Leon pernah terlibat perkelahian kelompok saat masih kuliah.Aku takut terjadi sesuatu pada Steven.Jadi, aku tetap buru-buru menyusul.Aku tidak menyangka bahwa S

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 6

    Empat jam kemudian, pesawat mendarat.Rekan kerja dari perusahaan datang menjemputku.Aku tidak menyangka bahwa dia adalah teman sekelasku di SMP."Steven, aku nggak menyangka itu kamu! Lama nggak bertemu," kataku.Saat melihatnya pertama kali, aku hampir tidak memercayai mataku sendiri. Dia sangat berbeda dengan sosok kecil mungil saat di SMP dulu.Sekarang postur tubuhnya tegap, wajahnya tampan dan cerah. Hanya dengan berdiri di sana saja, dia sudah menarik perhatian banyak orang.Aku sering melihat postingannya di status WhatsApp, jadi aku bisa mengenalinya.Steven tersenyum sambil berjalan mendekat, seperti angin sepoi-sepoi yang menerpa."Aku juga nggak menyangka kalau kamu masih mengingatku," ujar pria itu.Saat berbicara, matanya yang menatapku tampak begitu cerah seperti bintang.Dalam perjalanan, kami mengenang masa lalu sebentar.Baru pada saat itulah aku mengetahui bahwa dia sebenarnya satu sekolah denganku saat SMA. Hanya saja, perusahaan ayahnya tiba-tiba dipindahkan, sehi

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 5

    Aku menoleh, melihat Leon berdiri di sana dengan penampilan berantakan serta napas yang terengah-engah.Sebelumnya, aku hanya melihat dia seperti ini saat mengkhawatirkan Cindy.Leon mengatupkan bibirnya, menatapku dengan keras kepala."Kenapa kamu pergi tanpa alasan? Bagaimana dengan pernikahannya kalau kamu pergi tanpa mengatakan apa pun?" tanya Leon.Aku memotong perkataannya.Pernikahan? Pernikahan apa lagi sekarang?"Jadi, kita putus saja," kataku."Apa katamu?"Leon terdiam di tempat, tampak tidak memercayainya.Aku langsung berbalik melewati gerbang pemeriksaan tiket, tidak lagi melihat Leon di belakang.Di pesawat, aku tanpa sadar mulai mengingat masa lalu.Aku dan Leon sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun.Awalnya dia juga peduli dan menjagaku. Namun, entah sejak kapan dia terbiasa memerintahku. Di matanya hanya ada Cindy.Aku menjadi pelayan tua yang mengurusinya, sementara dia merasa muak dan tidak ingin melihatku.Sepuluh tahun berlalu, tetapi dia tidak kunjung mela

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 4

    Hari ini adalah hari pernikahan yang sudah direncanakan.Aku dan Leon awalnya sudah sepakat untuk memulai persiapan prosesi pernikahan hari ini pada pukul enam.Pada pukul sembilan, hari sudah terang.Leon akhirnya kembali.Begitu melihatku duduk di ruang tamu, dia langsung berkata dengan marah."Apa kamu ingin membuatku ketakutan setengah mati? Kenapa kamu duduk di sini tanpa bersuara?"Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangkat kepala untuk melirik Leon.Dia bermalam di luar, tubuhnya berbau alkohol yang pekat, rambutnya berantakan, pakaiannya tidak rapi. Terlebih lagi, ada bekas lipstik di kerahnya yang tidak bisa diabaikan.Namun, Leon sama sekali tidak menyadarinya.Jika ini dulu, aku pasti akan marah. Namun, sekarang aku hanya memalingkan wajah dalam diam.Leon membuka baju sambil mengomeliku."Bukankah ini hanya pernikahan? Apa kamu perlu segembira itu?""Lihat lingkaran hitam di matamu. Kamu memang nggak begitu cantik sejak awal. Jangan salahkan aku kalau kamu terlihat jele

  • Maaf, Sudah Berlalu   Bab 3

    Sore harinya, aku kembali ke kantor.Awalnya aku sudah mengambil cuti satu minggu untuk pernikahan.Sekarang baru tiga hari, tetapi aku sudah kembali.Rekan kerja yang melihatku semuanya merasa terkejut."Lisa, kenapa kamu kembali? Jangan-jangan kamu ingin mengundang kami ke pesta malam ini? Kami sudah mendapatkan undangannya. Kamu sampai datang jauh-jauh ke sini."Pesta malam ini?Setelah aku memikirkannya, pasti ini pesta Leon dan Cindy.Aku tidak menjelaskan, hanya tersenyum sambil berkata."Ya, malam ini jangan lupa datang, ya. Aku masih ada urusan."Setelah meninggalkan rekan-rekanku, aku pergi ke meja kerjaku, mengemasi semua barangku ke dalam tas.Terakhir, aku mencetak surat pengunduran diri, lalu pergi ke ruang kepala divisi.Saat dia melihat surat pengunduran diriku, dia hanya merasa terkejut sesaat, sepertinya tidak terlalu kaget.Dia menghela napas, berkata dengan nada menasihati."Ketika aku melihatmu setiap hari menyebutkan tentang Leon sebelumnya, aku sudah menduga hari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status