Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / Luka (bag 1)

Share

Luka (bag 1)

Author: Aisyah Ahmad
last update Huling Na-update: 2025-01-26 16:26:58

"Ibuuuk, Astagfirullah, i itu gosong penggorengan nya!"

"Ya Allah, nduk!" Bu Sukma berbalik badan dan langsung berlari mematikan kompornya. Ia lupa kalau tadi sambil menggoreng daging Ayam saat di tinggal ngobrol.

"Waduh... Gosong beneran nduk," Bu Sukma segera mengangkat daging daging itu dari penggorengan.

"Duh... Iya buk, gimana dong kalau gosong gini. Ada stok daging lagi nggak di kulkas? Biar Zahra goreng lagi."

"Sudah habis nduk. Ini yang terakhir tadi." ucap Bu Sukma sembari menaruh daging ayam yang sudah gosong itu ke tong sampah. Karena memang sudah tak terselamatkan.

"Ndak popo wes, beli lagi aja."

"Ndak papa buk? Di ambil jam berapa ini pesanannya?"

"O ini buat yang nanti malam kok. Aman, nanti ibuk tak ke pasar lagi, beli dagingnya sekaligus belanja."

"Oh gitu, apa Zahra aja yang beli buk, sekalian Zahra mau pulang bentar kok ambil Kartu Keluarga sama Akta nya Rayyan. Zahra lupa kemarin sudah di tanyakan memang."

"Gitu? Nggak opo opo nduk, kalau kamu mampir pasar dulu?"

"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Madu Suamiku   Pertikaian ... LAGI!

    "Maaf, kalau di mata ibuk Zahra sudah sangat lancang ya, Zahra tampak bukan wanita baik baik ya Buk ? Maaf, di sini Zahra juga butuh bertahan hidup. Kalau hanya nungguin mas Dimas, mengandalkan Mas Dimas. Zahra... Ya Zahra nggak bisa apa-apa. Anak anak Zahra butuh makan, butuh biaya sekolah, keperluan harian mereka. Dan aku juga butuh itu juga. Aku paham kok, paham kalau aku masih masa Idah. Tapi bukan berarti aku harus diam di rumah kan? Dengan kondisi yang tidak memungkinkan. Apa iya aku biarkan anak aku kelaparan, apa iya aku biarkan anak aku putus sekolah, kan ibu tahu, semua tabungan Zahra serahkan ke ibuk untuk berobat Mas Dimas. Mas Dimas sekarang tidak bekerja, lantas kita dapat nafkah dari mana? Dari Dani memang punya inisiatif untuk memberi anak anak Nafkah. Itu sangat membantu untuk kami tapi tidak mengcover semuanya Buk. Biaya sekolah mereka mahal. Dan soal Zahra yang sakit tidak memberi kabar ibuk ataupun Mas Dimas, itu memang kemauanku sendiri. Karena apa, karena aku tid

  • Madu Suamiku   Kecurigaan tak berdasar

    Jam setengah tiga, Resti dan Dani pamit pulang, karena sebentar lagi Rayyan dan Zahwa pulang sekolah. Zahra mendaftarkan mereka sekolah yang Full day hingga jam empat baru pulang. Sementara Zahra di rumah sakit, ia menitipkan anak anak pada Dani dan Resti. Mereka berjaga bergantian. "Kamu tidur aja dulu Za, nanti jam tujuh kamu akan menjalani kuretase," ucap Zean. Zean yang menemaninya di rumah sakit. Zahra mengangguk pelan dalam keadaan mata terpejam dan merasakan kontraksi lagi. Sakitnya sedari tadi hilang timbul yang membuat dia terus mengatur nafasnya.***Sudah sejak tiga hari proses kuretase Zahra. Hari ini, keadaan Zahra sudah cukup baik, hingga ia memaksa meminta untuk pulang. Bukan hanya karena keadaannya yang sudah membaik, sungguh ia sangat rindu dengan anak anaknya."Kamu beneran mau pulang sekarang, Za? Kamu udah kuat beneran? Tapi kamu masih pucat lho""Nggak apa apa. Aku sudah kuat kok, Zean. Ada anak anak yang sedang nunggu aku di rumah. Aku juga kangen banget sama m

  • Madu Suamiku   Tak semua yang hilang harus ditangisi

    "Jadi, kamu serius mau menikah dengan Dani, Res?""Ya serius, Za... Dia bilang nggak mau pacaran, langsung mau melamarku. Aku bisa apa? Aku udah janji pada diriku, jika ada yang melamarku, aku akan menerimanya dengan lapang dada. Dan... Ternyata dia duluan yang Lamar aku. Jadi ya... " ucap Resti sembari memandang Zahra dan Zean bergantian."Ya Allah Resti... Aku seneeeeng banget akhirnya kamu mau mengakhiri masa lajangmu. Aku bener bener nggak nyangka kalau endingnya kamu beneran sama si bocah ingusan itu""Hahahaha, ya Alloh, ingusan dong.""Kamu sendiri dulu yang bilang ingusan. Dulu waktu aku masih serumah sama ibuk kalau kamu main kan sering godain dia. Waktu itu dia masih SMP kan. SMP apa SMA ya.. Itu deh pokoknya.""Hahahaha, iya ya Allah... Tapi btw, kelihatan banget ya? Kalau tuaan aku.""Enggak kok enggak. Dari tampilan masih kayak sepantaran. Tenang aja. Kalau sifat, aku jamin, beda banget 180 derajad sama kakaknya. Dani itu lebih dewasa, dia lebih ke bapak an sih auranya da

  • Madu Suamiku   Rumah yang tak lagi tenang

    "Ndak apa Mang, makasih ya. Misi, saya duluan ya, Assalamu'alaikum."Seperti biasa, kini bu Sukma pulang dengan kondisi hati yang terluka. Tapi sudah bukan yang pertama kalinya sehingga ia tak kaget dan tak heran."Buk, ibuk nangis lagi?" tanya Dinda yang duduk di teras. Ia melihat ibunya dari kejauhan dengan wajah sedih, ia langsung berdiri dan menghampirinya."Ah ndak kok nduk," Bu Sukma buru buru mengusap air dari matanya."Ibuk ndak usah bohong, Dinda tuh tahu betul hatinya ibuk,""Ndak nduk, ini tadi ibuk hanya kelilipan saja kok,""Ck. Ndak mungkin... Mata Di nda masih normal buk, belum minus. Dinda liat sendiri ibuk usap air mata dari kejauhan habis nangis kok! Kenapa lagi to? Mesti omongan omongan tetangga ya? Emang bener bener sih tetangga, julid mulu kerjaannya. Udah biar Dinda kasih paham itu mereka, kalau perlu sekalian Dinda colok matanya biar di buka lebar lebar!" Ucap Dinda, lalu ia menyingsingkan lengannya dan hendak nekat pergi."He he hei, jangan ndak usah, mau keman

  • Madu Suamiku   Dibalik Senyum

    "Boleh Pak, Mbak nya sudah sadar kok. Tapi masih lemas. Mohon jangan membuatnya stres ya Pak, pasien masih rawan," ucap Perawat itu Dan membuat Zean mengurungkan niatnya untuk memberitahu kondisi yang seseungguhnya."Hai... " sapa Zean. "Eh, Zean Kamu masih disini? Makasih ya, kamu dah nolongin aku.""Ya gimana ya, masak aku biarin karyawan aku sekarat ditempat. Kalau lewat kan gak lucu, nanti beredar berita viral, seorang karyawan perusahaan XX di paksa kerja rodi hingga kehilangan nyawa. Hahahaha.""Astaga Zean... !!! Ih, kebiasaan. Nggak bisa di ajak serius!""Lho bisa kok, bisa. Ayo kapan, aku siap aja sih kalau mau serius. Sekarang? Kebetulan KUA nya udah buka sih," ucap Zean"Zean, astagfirullah ni anak ya, bisa bisanya. Cocok deh kamu daftar jadi anggota lawak club.""Hehehe, ya biar kamu nggak sepaneng terus Za. Senyum gitu lo. Aku lihat belakangan kamu murung, murung terus... Aku sampai lupa wajah senyummu. Sini Za, bagi sama aku bebanmu. Jangan di pikul sendiri. Jangan nyi

  • Madu Suamiku   Kabar Buruk

    Sementara itu, Zahra masih fokus dengan pekerjaannya. Kini dia mulai profesional dan menggeluti pekerjaannya. Seperti biasa, seusai mengurusi anak anak dan mengantarnya ke sekolah dia lanjut ke kantor tempat kerjanya sekarang.Ia tengah duduk di depan laptop menghadapi tulisan tulisan di depannya."Loh, Za? Kamu baik baik saja kan?" tanya Zean yang baru berkunjung ke kantor Ayahnya."Eh Zean?""Kamu pucat banget lho Za? Kamu sakit? Kalau sakit mendingan istirahat di rumah saja deh, ayo aku antar pulang sekarang,""Ah, enggak enggak Zean, aku baik baik saja kok. Tak apa ini kerjaanku masih banyak. Lagi bikin laporan.""Tapi kamu pucet banget lho, Za.""Sssss," Zahra tampak memegangi perutnya."Za, beneran deh, jangan di paksa kalau sakit, mana yang sakit, Za? ""Perut aku yang sakit, Zean. Dikit sih. Insyaallah nggak apaapa ""Pucet banget kamu itu, ayo deh dari pada nanti kamu kenapa napa,""Auuuh, huffff," Zahra tampak mengatur nafasnya."Nah kaaan!!! ""Tadi masih bisa ku tahan, Ze

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status