Share

Chapter 4

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-06-24 21:18:02

Sakinah tak sempat berbincang lama dengan Teguh. Setelah mengucapkan beberapa kata pada Sakinah, Teguh lagi-lagi menghilang. Pria itu berjanji akan datang dengan membawa uang, tapi Sakinah tak yakin akan bisa memenuhi syarat dari Nenek Widia.

"Sakinah, sini buruan! Tante mau ngomong sama kamu!"

Baru saja Sakinah membuka pintu rumah usai kembali dari tempat kerja, gadis itu langsung dihadang oleh Tante Rara dan diseret menuju ke kamar. "Ada apa, Tante?"

Tante Rara mengambil beberapa pakaian, kemudian melemparnya ke arah Sakinah. "Ganti baju pakai ini sekarang!" perintah Tante Rara.

"Kenapa aku harus ganti baju?"

"Nggak usah banyak tanya! Cepat lepas baju kamu yang udah bau keringat itu!" seru Tante Rara.

Sakinah mengambil pakaian tersebut, lalu membawanya pergi ke kamar mandi. Sakinah memeriksa pakaian itu terlebih dahulu sebelum mengenakannya.

"Kenapa Tante ngasih aku baju kayak gini?" gumam Sakinah merasa tak nyaman melihat pakaian kurang bahan yang ada di tangannya.

Tante Rara memberikan sebuah gaun tipis berwarna merah muda pada Sakinah. Gaun itu terlihat pendek dan sangat kecil. Pakaian itu pasti akan nampak ketat saat melekat di badan Sakinah.

"Sakinah, udah belum ganti bajunya? Lama banget, sih?" omel Tante Rara.

Terpaksa Sakinah memakai pakaian tersebut dan kembali menjumpai Tante Rara. Tidak hanya memberi pakaian, Tante Rara juga membantu Sakinah untuk merias diri.

"Tante mau bawa aku ke mana?"

"Nanti kamu juga tahu."

"Aku nggak mau pakai dandanan menor," ujar Sakinah.

"Siapa yang mau bikin kamu menor? Tante cuma pengen bantu kamu supaya kelihatan lebih rapi. Kamu itu kan perempuan, tolong perhatian dikit sama penampilan! Tante malu tau nggak punya keponakan kucel kayak kamu!" gerutu Tante Rara.

Penampilan Sakinah mulai nampak berbeda setelah wajah gadis itu dihiasi lipstik berwarna merah. Dengan riasan berlebihan, gaun ketat, dan aksesoris seronok, gadis itu siap untuk berangkat menuju ke suatu tempat bersama dengan nenek dan Tantenya.

"Sakinah, ini beneran kamu? Kamu kelihatan beda banget kalau dandan," ledek Tante Nunik.

"Sakinah kelihatan cantik, kan? Aku yang udah susah payah dandanin dia," sahut Tante Rara.

"Kamu belajar dandan di mana sih, Rara? Kenapa Sakinah kamu bikin kayak ondel-ondel begini?" omel Tante Nunik.

Bukannya berubah menjadi cantik, dandanan Sakinah justru membuat gadis itu tampak menyeramkan. Lipstik yang dikenakan oleh Sakinah terlalu merah, dan riasan mata gadis itu juga terlalu menonjol. Sepertinya Tante Rara memang sengaja mendandani Sakinah seperti badut untuk ditertawakan.

"Sakinah udah cantik, kok! Aku yakin, Juragan Brata nanti pasti klepek-klepek lihat Sakinah," sahut Tante Rara.

Sakinah melotot ke arah sang Tante. Ternyata gadis itu sibuk merias diri sejak tadi hanya demi Juragan Brata. Keluarganya akan membawa gadis itu pergi ke tempat Juragan Brata.

"Buat apa kita ketemu sama Juragan Brata?" tanya Sakinah. "Aku nggak mau ketemu sama dia."

"Kamu harus mau!" tegas Nenek Widia.

Sakinah memberontak dan berusaha menolak saat dirinya diseret menuju tempat Juragan Brata. Sakinah tak berkutik untuk melawan kedua Tantenya yang membawa dirinya pergi secara paksa.

"Kenapa Tante mau bawa aku ke tempat Juragan Brata?" tanya Sakinah.

"Kamu tenang aja! Kamu nggak akan dijual. Juragan Brata cuma pengen ketemu sama kamu," jawab Tante Nunik.

"Kenapa dia masih pengen ketemu sama aku?"

"Kamu nggak usah cerewet! Tinggal nurut aja apa susahnya sih?" sahut Tante Rara.

Perasaan Sakinah mulai tak enak. Kepala gadis itu sudah dipenuhi firasat buruk.

Tak butuh waktu lama bagi Sakinah dan keluarganya untuk sampai di tempat Juragan Brata. Tante Rara dan Tante Nunik girang bukan main ketika mereka menapakkan kaki di rumah juragan Brata yang luas dan megah.

"Ya ampun, rumahnya Juragan Brata bagus banget, ya?" bisik Tante Rara pada sang kakak.

"Jangan norak, deh! Emangnya kamu belum pernah main ke rumah orang kaya?" omel Tante Nunik.

Ini pertama kalinya Sakinah masuk ke rumah Juragan Brata. Meski tempat tinggal Juragan Brata tak jauh dari rumahnya, dan terletak di kampunh sebelah, tapi Sakinah tidak begitu kenal dengan Juragan Brata meskipun konon pria itu terkenal namanya di setiap penjuru desa hingga desa tetangga.

Sakinah hanya tahu, kalau Juragan Brata adalah salah satu juragan beras paling kaya di wilayah tempat tinggalnya, yang terkenal mempunyai banyak istri. Sampai saat ini, Juragan Brata sudah mempunyai 6 istri dan 12 anak. Umur Juragan Brata sudah cukup tua, tapi pria hidung belang itu masih saja mengincar gadis-gadis muda untuk dijadikan sebagai istri baru.

"Selamat sore, Juragan Brata. Kami datang ke sini membawa Sakinah," ucap Nenek Widia begitu mereka berhadapan dengan Juragan Brata.

Sakinah menunduk dengan wajah takut. Gadis itu tak berani melihat ke arah Juragan Brata.

"Terima kasih, sudah mengundang kami untuk berkunjung," ujar Tante Nunik. "Semoga, kita bisa menjalin silaturahmi dengan baik untuk seterusnya."

Juragan Brata tidak memberikan tanggapan. Pria tua itu sibuk memandangi Sakinah dari ujung kaki hingga kepala.

"Kamu kelihatan makin cantik ya, Dek Sakinah?" puji Juragan Brata, sembari melempar senyum genit pada Sakinah.

Senyuman pria itu membuat bulu kuduk Sakinah berdiri. Ingin sekali Sakinah segera berlari pulang ke rumah, tapi gadis itu tak akan bisa meninggalkan tempat itu tanpa izin dari sang nenek.

"Cucu saya memang cantik, Juragan. Sakinah cuma nggak tahu caranya dandan. Kalau Sakinah bisa dandan dan menjaga penampilan, Sakinah pasti udah jadi kembang desa," ujar Nenek Widia menyombongkan sang cucu.

Juragan Brata tertawa. Pria itu terus menatap Sakinah, tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Juragan Brata tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, bisa berjumpa dengan gadis cantik yang tak lama lagi akan segera menjadi istri barunya.

"Sakinah, kamu suka kan sama rumah Abang? Sebentar lagi, rumah ini juga akan menjadi rumah kamu. Kamu akan tinggal di sini bersama istri-istri abang yang lain," cetus Juragan Brata.

Juragan Brata berusaha menyentuh tangan Sakinah, tapi Sakinah langsung menjauhkan tangannya dari jangkauan pria itu. Sakinah benar-benar risih. Gadis itu merasa tak nyaman berada di dekat Juragan Brata.

"Jadi kapan saya bisa menikahi Sakinah? Mas kawin sama uang dapurnya udah siap semua. Kalau bisa tolong pernikahan saya sama Sakinah dipercepat," pinta Juragan Brata.

"Kami juga tidak ingin menunda terlalu lama, Juragan. Sakinah sudah sangat siap untuk menikah," sahut Nenek Widia.

Sakinah tak mau terjebak dalam rencana pernikahan yang tidak ia inginkan. Gadis itu berusaha mengutarakan pendapatnya, tapi keduanya justru berusaha membungkam mulut Sakinah dan menghalangi Sakinah untuk berbicara.

"Jangan ngomong macam-macam di depan Juragan Brata!" bisik Tante Nunik pada Sakinah.

"Kalau sampai kamu bikin Juragan Brata marah, keluarga kita juga bakalan kena nanti!" imbuh Tante Rara.

"Tapi ada sedikit masalah, Juragan," ungkap Nenek Widia. "Juragan juga tahu kalau cucu saya ini cantik, kan? Ada laki-laki lain yang datang melamar Sakinah tempo hari, Juragan."

Juragan Brata menatap nyalang ke arah Nenek Widia. Pria tua itu juga hampir menggebrak meja.

"Kurang ajar! Siapa laki-laki yang berani melamar Sakinah?" sentak Juragan Brata.

"Tenang dulu, Juragan. Saya dan keluarga akan tetap mendukung Juragan. Kami tidak akan membiarkan Sakinah menikah dengan laki-laki lain," ujar Nenek Widia. "Tapi, kami harap Juragan mau memberikan uang dapur lebih dari yang Juragan tawarkan sebelumnya."

Nenek Widia berusaha memeras Juragan Brata demi meraup keuntungan yang lebih besar. Nenek-nenek serakah itu begitu lihai memanfaatkan kesempatan dalam setiap situasi dan kondisi.

"Kami akan mempercepat pernikahan Juragan dengan Sakinah, jika Juragan berkenan memberikan uang yang lebih besar untuk Sakinah.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mahar 500 Juta   Chapter 5

    "Nenek apa-apaan, sih? Kenapa Nenek ngomong gitu sama Juragan Brata? Sejak kapan aku bilang aku mau nikah sama Juragan Brata?" protes Sakinah pada Nenek Widia begitu mereka pulang ke rumah."Kamu masih berharap sama tukang galon itu? Dia nggak mungkin bisa bawa uang yang Nenek minta, kan? itu artinya dia nggak akan nikahin kamu. Daripada kamu nyari calon suami lain, mendingan kamu langsung nikah sama Juragan Brata!""Tapi, Nek ...."Nenek Widia melotot ke arah Sakinah. "Belakangan ini kamu jadi sering banget sih ngelawan Nenek?" sentak Nenek Widia. Sakinah membungkam mulut rapat-rapat. Sang nenek pun mencengkram tangan Sakinah, kemudian menarik paksa cucunya itu menuju ke kamar."Diam di sini, jangan pergi ke mana-mana! Kamu nggak boleh keluar dari kamar ini sampai hari pernikahan kamu sama Juragan Brata ditentukan!" seru Nenek Widia.Nenek Widia langsung menutup pintu, kemudian mengunci ruangan tersebut dari luar. Sakinah segera berlari menjangkau pintu, tapi sayang ia tak berhasil

  • Mahar 500 Juta   Chapter 4

    Sakinah tak sempat berbincang lama dengan Teguh. Setelah mengucapkan beberapa kata pada Sakinah, Teguh lagi-lagi menghilang. Pria itu berjanji akan datang dengan membawa uang, tapi Sakinah tak yakin akan bisa memenuhi syarat dari Nenek Widia."Sakinah, sini buruan! Tante mau ngomong sama kamu!"Baru saja Sakinah membuka pintu rumah usai kembali dari tempat kerja, gadis itu langsung dihadang oleh Tante Rara dan diseret menuju ke kamar. "Ada apa, Tante?"Tante Rara mengambil beberapa pakaian, kemudian melemparnya ke arah Sakinah. "Ganti baju pakai ini sekarang!" perintah Tante Rara."Kenapa aku harus ganti baju?""Nggak usah banyak tanya! Cepat lepas baju kamu yang udah bau keringat itu!" seru Tante Rara.Sakinah mengambil pakaian tersebut, lalu membawanya pergi ke kamar mandi. Sakinah memeriksa pakaian itu terlebih dahulu sebelum mengenakannya. "Kenapa Tante ngasih aku baju kayak gini?" gumam Sakinah merasa tak nyaman melihat pakaian kurang bahan yang ada di tangannya.Tante Rara memb

  • Mahar 500 Juta   Chapter 3

    "Kamu harus siapin uang dapur 200 juta."Itulah syarat yang diajukan oleh Nenek Widia pada Teguh. Secara tak langsung, Nenek Widia berusaha menghalangi hubungan Sakinah dan Teguh. Wanita tua itu memeras Teguh dengan meminta sejumlah uang yang tak mungkin bisa didapat oleh Teguh dalam waktu singkat."Sebelum kamu datang ke sini, Sakinah sempat dilamar sama orang lain," ungkap Nenek Widia. "Kamu tahu nggak berapa mas kawin yang ditawarin sama orang yang ngelamar Sakinah sebelumnya?"Siapa lagi orang yang dimaksud oleh Nenek Widia kalau bukan Juragan Brata. Sebagai tuan tanah dan juragan paling kaya di kampung mereka, tentu tak sulit bagi Juragan Brata untuk memberikan mas kawin pada Sakinah dalam jumlah besar."Sakinah akan dikasih mas kawin emas 100 gram sama uang 100 juta. Nenek juga akan dikasih uang dapur 150 juta," ungkap Nenek Widia. "Kalau kamu mau nikah sama Sakinah, harusnya kamu kasih mas kawin sama uang dapur lebih besar. Sakinah sampai menolak lamaran dari juragan, cuma demi

  • Mahar 500 Juta   Chapter 2

    "Aku akan menikah dengan Mas Teguh."Nenek Widia, Tante Rara, dan Tante Nunik langsung menatap Teguh dan memandangi pemuda itu dari ujung kaki hingga kepala. Terlihat sekali kalau mereka meremehkan Teguh hanya karena penampilan Teguh.Pemuda yang berdiri di samping Sakinah saat ini memang tidak memiliki penampilan yang mencolok. Teguh sudah berusaha memakai pakaian rapi, tapi tetap saja baju yang melekat di tubuh pria itu nampak lusuh. Ada sedikit sobekan di sepatu yang dipakai oleh Teguh, dan celana yang dikenakan olehnya juga terlihat Kumal.Tak hanya itu, rambut gondrong dan jenggot tebal yang bertengger di wajah pemuda itu membuat keluarga Sakinah makin tak suka. Penampilan luar yang ditunjukkan oleh Teguh tak jauh berbeda dari preman-preman yang sering berkeliaran di jalanan."Apa Sakinah udah nggak waras? Dia mau nikah sama gembel?" bisik Tante Rara pada Tante Nunik."Kayaknya memang ada yang salah sama otak Sakinah. Bisa-bisanya, dia bawa preman jelek ini ke rumah," sahut Tante

  • Mahar 500 Juta   Chapter 1

    1)"Sakinah, harusnya kamu itu sadar diri! Kamu itu cuma lulusan SMP. Pekerjaan kamu juga nggak jelas. Tampang kamu pun nggak ada bagus-bagusnya. Kamu pikir, ada laki-laki yang mau nikah sama perempuan seperti kamu?""Dasar perawan tua nggak tahu diri!""Harusnya kamu ngaca dulu sebelum pilih-pilih suami!"Sakinah hanya bisa diam mendengar hinaan dari keluarganya. Saat ini, gadis itu tengah berkumpul bersama dengan nenek, bibi, dan sepupunya di rumah kecil yang mereka tinggali bersama."Kamu pengen suami yang kayak apa sih, Sakinah? Harusnya kamu bersyukur, Tante mau ngenalin kamu sama juragan kaya!" omel Tante Nunik."Jadi perempuan tuh jangan pemilih!" sahut Tante Rara. "Kamu beneran mau jadi perawan tua?" cibirnya."Kamu nggak suka karena juragan itu udah tua? Kamu pengennya punya suami tajir dan masih muda?" sinis Nenek Widia."Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu! Kalau kamu mau jadi istri ke-7 Juragan Brata, kamu bisa hidup enak, Sakinah! Kamu nggak perlu jadi tukang cuci

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status