Share

Five

Maryam mengejar Arvan yang terlihat marah kepada orangtuanya tetapi ini keputusan agar keluarga mereka tidak mendapatkan malu terlebih Arvan seorang CEO diperusahaan besar di Asia.

"Argghhhh" teriak Arvan mengacak - ngacak rambutnya, dia sangat tidak setuju dengan keputusan orangtuanya.

Maryam masuk ke kamar Arvan dan mencoba membujuk anaknya untuk menikahi Sania. "Arvan, please tolong nikahin Sania agar kita tidak dipermalukan orang di sana" mohon Maryam

"Ma, tapi kenapa harus dia, dia hanya seorang pembantu"

"Mama tau itu, mama terpaksa karena tidak ada pilihan lain selain Sania. Tidak mungkin dengan Yanti yang sudah memiliki suami"

"Arvan tetap akan mencari Margarette mak, Arvan akan menyeretnya kesini untuk meneruskan pernikahan ini"

"Tidak ada waktu lagi Van, pernikahan ini akan segera dilaksanakan. Mama mohon"

Arvan sangat kebingungan bagaimana mungkin Arvan menikahi seorang pembantu itu mau dibawa kemana wajahnya nanti jika ada yang tau kalau Sania seorang pembantu. Setelah dipikir - pikir ia melihat wajah mamanya sudah mulai sedih, dia sangat tidak tega melihat itu semua. Margarette telah menghancurkan semua dia berjanji akan mencarinya meminta penjelasan.

"Arvan menyerah, Arvan akan menikahi Sania ini semua karena mama bukan karena siapa - siapa" Ucap Arvan pasrah

Wajah Maryam berseri - seri akhirnya Arvan menyetujui untuk menikahi Sania.

"Terimakasih nak, kamu siap - siap sekarang karena penampilan kamu sangat berantakan"

"Iya ma"

Maryam keluar dari kamar Arvan segera memberitahu suaminya dan Sania bahwa Arvan menyetujui pernikahan ini.

"Pa, Arvan setuju dengan pernikahan ini. Sekarang papa siap - siap dan menemui orang - orang diluar biar Sania mama urus" ucap Maryam

Erlangga mengangguk dan melangkah keluar untuk menemui orang - orang yang sudah menunggu lama sedari tadi.

"Sania sekarang kamu ikut mama ya, kamu akan didandan sekarang" ucap mama menarik Sania untuk segera di rias oleh perias yang sudah ada sedari tadi.

"Iya Nyonya"

"Jangan panggil nyonya panggil mama" ucapnya

Sania hanya mengangguk.

Dia bingung kenapa takdirnya harus seperti ini dia harus menjadi pengantin pengganti padahal Sania tidak menginginkan sama sekali, sempat menolak tetapi majikannya memaksa untuk menerima ini jika tidak dia akan dipecat. Sania tidak ingin dipecat karena dia sangat butuh pekerjaan ini. Sedangkan Yanti sangat syok dengan keputusan majikannya, Yanti tau Sania pasti tersiksa dengan semua ini menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai.

****

Arvan telah duduk di kursi bersama penghulu dan saksi beserta ayahnya Erlangga.

"Semuanya sudah siap?" ucap penghulu

"Sudah pak" ucap Erlangga

"Baiklah ikuti ucapan saya" Penghulu mengulurkan tangannya kepada Arvan untuk mengucapkan ijab kabul.

Arvan mengangguk dan membalas mengulurkan tangannya kepenghulu.

"Saya nikahkan engkau dengan Sania Larasati binti Alm. Suryanto dengan mas kawin dan  seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap Penghulu

"Saya terima nikahnya Sania Larasati binti Alm. Suryanto dengan mas kawin dan serangkat alat sholat dibayar tunai" ucap Arvan dengan sangat datar dan lantang.

"Sah...Sah" ucap penghulu kepada saksi yang ada

"Sah" ucap semua tamu undangan

"Alhamdulillah" ucap mereka semua

Mereka semua berdoa dengan tenang.

Sania yang sedari tadi gelisah dengan semua ini apalagi saat Arvan mengucapkan ijab kabul dia telah resmi menjadi seorang istri entah apa yang terjadi dipernikahannya kelak bersama Arvan. Maryam masuk kedalam kamar untuk menjemput Sania menemui Arvan di bawah.

"Sayang, kita kebawah ya" ucap Maryam dengan lembut

"Iya ma" ucapnya ragu

Maryam tersenyum senang, menggandeng lengan Sania dan disisi kiri Sania digandeng oleh Yanti. Mereka menuruni anak tangga dengan pelan tidak ada senyuman di bibir Sania yang ada hanyalah ketakutan. Setelah sampai dibawah Sania melirik Arvan sekilas karena ia takut dengan Arvan sekarang. Mereka duduk berdampingan menandatangani berkas.

Tidak ada senyuman dari Arvan yang ada hanya kebencian dimatanya.

Sania menyalami Arvan, lalu Arvan menarik kepala Sania untuk berdekatan dengannya.

"Kamu tidak akan pernah bahagia dengan pernikahan ini, saya akan membuatmu sengsara" ucap Arvan pelan lalu menjauhi Sania

Lagi - lagi Sania gelisah air matanya mulai turun dari pipinya tetapi ia tahan karena tidak mungkin ia menangis didepan semua orang.

****

Setelah selesai akad nikah Sania segera pergi menuju kamar Arvan yang diantar oleh Yanti, sedangkan Arvan masih mengobrol dengan rekan bisnisnya.

Sesampai di dalam kamar Arvan, Yanti memeluk Sania dia tau bahwa Sania akan sedih dengan semua ini.

Sania, kamu yang kuat ya. Aku yakin kamu pasti bisa menjalani pernikahan ini dengan Tuan Arvan aku selalu ada disaat kamu butuhkan" ucap Yanti saat memeluk Sania

Sania melepaskan pelukan Yanti "Makasih ka. Aku tidak bisa membayangkan pernikahan ini kedepannya seperti apa, aku pasti akan berusaha dan sekuat semampuku mempertahankan semua ini" ucapnya

"Kakak yakin kamu bisa Sania, kamu beristirahatlah, aku segera keluar karena masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan"

"

Maaf ka, aku tidak bisa membantu" lirih Sania

"Tidak papa Sania" ucap Yanti lalu pergi meninggalkan Sania seorang diri dikamar Arvan.

Sania baru sekali memasuki kamar Arvan begitu elegan seperti pria pada umumnya sangat rapi kamarnya cat bewarna abu - abu dan sedikit putih banyak foto - foto Arvan disana begitu juga foto Margarette kekasih yang hilang itu.

Ceklek

Suara pintu terbuka, ternyata itu adalah Arvan, Arvan melihat Sania di samping ranjangnya keliatan kebingungan  dan ketakutan.

"Hey, apa kamu selalu ingin menggunakan baju itu ha" ucap Arvan sinis

"Sa..saya akan menggantinya Tu..tuan" ucap Sania

Arvan menghampiri Sania dan mencengkam dagunya dan menatapnya dengan tajam

"Dengar ya. Kamu itu istri saya jangan panggil Tuan karena saya bukan majikanmu" ucap Arvan melepas dengan kasar cengkramannya.

"Saya muak dikamar ini setelah melihatmu" Arvan keluar kembali dari kamarnya.

Sania menangis sejadi - jadinya bukan pernikahan seperti ini yang ia mau. Kenapa pernikahan ini seperti ini sangat menyiksa. Dengan kesusahan Sania menuju kekamar mandi mengambil handuknya dan bajunya setelah semua barang - barangnya berada disini sekarang.

Setelah selesai Sania turun ke bawah untuk membantu Yanti, kasihan dia bekerja sendirian.

"Ka" panggil Sania sudah berada di dapur

"Kamu ngapain disini?" tanya Yanti

"Aku bosan dikamar sendirian, aku bantu ya ka"

"Nggak Sania. Nyonya tadi berpesan jika kamu kedapur aku harus melarangmu membantuku" ucapnya

"Tapi aku tidak tau harus melakukan apa sekarang"

Belum juga Yanti berbicara Maryam datang dan melihat Sania berada disini.

"Sania" panggil Maryam

"Iya"

"Kamu ngapain disini?" tanya Maryam

"Aku mau membantu ka Yanti ma"

"Tidak Sania, kamu sekarang menantu mama sekarang, kamu jangan kesini ya, biarkan Yanti yang mengerjakannya. Mama sudah mencari orang untuk menggantikanmu"

"Tap..."

"Udah Sania, ikut mama yuk" ucap Maryam menarik tangan Sania

Maryam menariknya ke ruang keluarga dan ada Arvan disana sudah mengganti bajunya dengan Kaosnya.

"Kamu duduk sekarang disana" ucap Maryam dan Sania menurutinya

Sania duduk disamping Arvan suaminya tidak ada senyuman diwajahnya, Sania hanya menunduk sedari tadi.

"Ma pa, aku sama Sania akan pindah ke apartement karena kami mau hidup mandiri sekarang" ucapnya

"Kenapa secepat itu Van?"

"Karena aku ingin bersenang - senang bersama istriku ma" ucap Arvan sinis

Dihati Sania sangat takut dia pasti akan siksa di apartement mereka. Tetapi ia sudah siap dengan semuanya.

"Bersenang - senang?" tanya maryam bingung

"Iya ma, aku ingin bersenang - senang sebagai pengantin baru bukan begitu sayang?"

Sania melihat Arvan dan tersenyum jahat tampak diwajahnya dia tau bahwa Arvan hanya berpura - pura baik di hadapan orangtuanya"

"I... iya mas" ucap Sania gugup

Sania harus siap dengan apa yang terjadi setelah ini dia pasrah dengan pernikahan bersama Arvan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status