Share

Four

Keesokan harinya mereka bersiap - siap untuk menyambut kedatangan Margarette yang awalnya Keluarga Arvan ingin ke apartement Margarette tiba - tiba keluarga Margarette yang ke rumah Arvan, Semua sudah siap begitu juga denga makanan yang sudah tersaji di meja makan begitu banyak makanan disana.

Margarette beserta orang yang disewanya sebagai pamannya itu datang dikediaman rumah Arvan.

Keluarga Arvan sangat senang kedatangan mereka karena ini yang mereka tunggu - tunggu.

"Sayang, akhirnya kalian datang" ucap Maryam

"Iya, ma. Mama apa kabar?" tanya Margarette dengan ramah.

"Baik sayang.Yuk duduk" ucap Maryam mempersilahkan mereka duduk.

"Iyah ma, makasih. Ini ma, kenalin ini paman aku"

"Iyah, selamat datang dirumah kami" ucap Maryam

Mereka duduk sambil bersenda gurau. Sania melihat dari balik pintu melihat keceriaan mereka seperti keluarga saja. Sania menghayal jika dia berada disana berkumpul bersama orang - orang tercinta tetapi itu tidak mungkin karena dia sadar diri kalau dia hanyalah seorang pembantu.

Yanti menegurnya agar tidak mengintip disana karena Sania seperti penguntit saja.

Sania, kamu seperti seorang penguntit" ucap Yanti menegur

"Ah, aku cuma mengintip saja Ka, aku berhayal apa aku bisa menjadi satu keluarga untuk mereka?"

"Mimpi saja kamu"

"Iya kak, hanya mimpi semua itu, aku terlalu berhayal terlalu tinggi" ucapnya lalu kembali duduk di dalam dapur menunggu perintah untuk melayani majikan mereka.

Tak lama kemudian Maryam masuk ke dalam dapur untuk melayani mereka.

Sania dan Yanti segera menuju ke ruang makan dan melayani mereka. Saat Sania menuangkan minuman tetapi matanya menuju ke arah paman Margarette dia seperti mengenalnya tapi dia takut salah orang tetapi diliat - liatnya lagi dia yakin kalau dia adalah seseorang yang ia kenali. Begitu juga dengan Paman itu terlihat gelisah setelah melihat Sania dan Yanti.

"Sania!" tegur Arvan yang melihat Paman Margarette seperti itu.

"Ah, maaf Tuan" ucap Sania lalu melanjutkan menuangkan minuman.

"Tidak sopan kamu, sekali lagi seperti itu saya kasih pelajaran kamu" ancam Arvan dengan tatapan sinisnya

"Ba..baik Tuan"

"Sudah Arvan, mari kita makan" ucap Maryam menengahi

Mereka makan dengan ceria sesekali bersenda gurau. Sementara Sania dan Yanti sudah melakukan kegiatan lainnya.

"Ka, kakak kenal juga bukan sama orang itu?" tanya Sania

"Kakak mengenalnya Sania, dia itu kalau gak salah tetangga kita bukan?"

"Iya ka, aku bingung deh, kok Margarette mempunyai paman seperti dia? bukan maksud aku merendahkan tetapi kakak tau sendiri kalau paman itu tidak selevel dengan Margarette" ucapnya

"Ah, gak tau lah San. Jangan ikut campur urusan mereka biarkan saja mereka. Lebih baik kita segera selesaikan pekerjaan ini sebelum Nyonya menegur kita" ucap Yanti yang tidak mau ambil pusing

Sania hanya mengangguk saja, tetapi dia masih sangat penasaran dengan kehidupan Margarette.

"Udah jangan melamun Sania"

"Iya kak"

****

Di lain sisi keluarga Arvan dan keluarga Margarette sedang berunding untuk hari pernikahan anak - anaknya.

"Jadi bagaimana Margarette, pak apa bisa hari pernikahannya menjadi dua minggu lagi?" tanya Maryam

"Kalau saya, terserah Margarette saja dia mau kapan saja saya sebagai perwakilan hanya bisa mendoakan" ucap paman Margarette

"Bagaimana Margarette, kamu setuju?"

"Hmm aku setuju aja ma. Lebih cepat lebih baik" ucapnya. Ada rasa senang di hati Margarette karena rencananya akan segera berhasil meninggalkan Arvan dan mengambil hartanya yang sudah ia berikan kepada Margarette.

Maryam tersenyum senang dan melihat kearah Arvan "Kamu sendiri gimana?" tanya Maryam ke anaknya

"Arvan sangat senang jika pernikahan kita dikaksanakan dua minggu lagi ma" jelas Arvan

"Oke, jadi kita putuskan pernikahan diadakan dua minggu lagi" ucap Erlangga tegas

"Untuk masalah pernikahan kalian mama dan papa yang akan mengurus semuanya, kalian hanya datang saja jika kalian sedang dibutuhkan" ucap Maryam

Setelah keputusan menikah dirundingkan dan dilaksanakan dua minggu lagi Margarette dan pamannya berapamitan untuk pulang ke apartemennya dan mulai merencanakan apa yang akan dilaksanakan nanti bersama Leon.

"Kalau gitu, kita pulang dulu ya ma pa, Arvan?" ucap Margarette berpamitan

"Ya, sayang sekali padahal kami masih ingin berlama - lama mengobrol sama kalian" ucap Maryam sedih

"Sabar ma, sebentar lagi juga aku akan bersama mama terus" ucap Margarette

"Mama tidak sabar menunggu" ucap Maryam antusias

"Aku pamit ya"

Mereka pamit dari kediamana Arvan dan menuju kedalam mobil dan menghilang dari hadapan mereka.

Didalam mobil Margarette memberikan amplop yang berisikan uang untuk orang tersebut karena rencananya berjalan dengan lancar. Setelah itu Margarette pulang ke apartemennya dengan penuh rencana di otaknya.

***

2 Minggu kemudian

Akhirnya hari yang ditunggu - tunggu akhirnya datang juga banyak tamu undangan yang hadir di kediaman Arvan sangatlah meriah. Semuanya tampak senang dengan pernikahan Arvan begitu juga dengan Sania dan Yanti karena ini pengalaman mereka yang pertama dilibatkan dalam pernikahan megah ini.

Begitu juga dengan Arvan diwajahnya sangat berseri - seri karena ini adalah hari pernikahan yang ditunggu - tunggu. Arvan dan Erlangga sedang sibuk dengan rekan bisnisnya yang hadir sekarang dan mengucapkan selamat kepada Arvan.

Jam sudah menunjukan angka sembilan pagi tetapi Calon pengantin belum keliatan juga. Arvan terlihat panik karena Margarette dihubungi dari tadi tidak ada jawaban darinya. Maryam dan Erlangga juga terlihat panik mereka bingung kemana Margarette berada.

"Ma, kemana Margarette sudah waktunya mulai tetapi ia tidak ada" ucap Arvan menghampiri Maryam

"Mama juga tidak tau nak, kemana dia. Mama sudah coba menghubunginya tetapi tidak aktif"

"Bagaimana ini ma, semua tamu sudah datang dan penghulu juga sudah ada"

"Kita tunggu sepuluh menit lagi" ucap mama

"Iya ma, kalau gitu Arvan bicara dulu ke penghulu agar dikasih waktu dulu" ucap Arvan segera pergi ke penghulu.

****

Sepuluh menit berlalu tetapi tetap saja Margarette tidak datang para tamu sudah kelelahan dan mulai bosan dengan acara yang tidak dimulai - mulai. Penghulu juga tidak dapat menunggu lebih lama lagi karena ia akan menikahkan orang ditempat lain.

Arvan di dalam kamar dengan sangat gelisah dia tidak tau lagi harus bagaimana, Margarette dihubungi dari tadi belum juga masih tidak aktif.

"Kamu kemana sih Margarette" ucap Arvan

tok tok tok

Ketukan pintu terdengar, Arvan yang mendengar itu dengan malas membuka pintu dan melihat Sania berdiri disane membuat Arvan muak memandang wajahnya

"Apa?" ketus Arvan

"Tuan, tuan disuruh ke kamar Nyonya sekarang, ada yang mau dibicarakan"

"Sebentar lagi saya kesana" ucap Arvan

Sania pergi dari hadapan Arvan.

Arvan kekamar Maryam untuk menemuinya saat sesampainya dikamar dia melihat Sania berada disana, dia semakin bingung ada apa sebenarnya.

"Ma, kenapa kok ada dia disini" ucap Arvan bingung

"Mama dan papa sudah sepakat dengan keputusan ini" ucap Maryam dengan sedih

"Ada apa ma pa?"

"Mama sama papa setuju kamu menikahi Sania untuk menggantikan Margarette"

Seperti petir disiang bolong Arvan sangat terkejut,rencana apa yang dilakukan orangtuanya, kenapa tiba - tiba akhirnya Arvan menikah dengan Sania.

"Apa?! mama bercanda, aku nikah sama pembantu ini" ucap Arvan menunjuk Sania.

"Mama sama papa tidak ada pilihan lain nak, kamu tidak malu dengan tamu undangan yang dari tadi menunggu" jelas Maryam

"Kamu! pasti kamu merencanakan semuanya? kamu yang menghasut mama dan papa saya bukan?" tuduh Arvan

Sania juga tidak tahu apa - apa kenapa tiba - tiba majikannya menjodohkannya dengan anaknya sendiri. Bagaimana mungkin Sania menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai.

"Tidak Tuan, saya tidak tau mengapa Nyonya dan Tuan menyuruh saya untuk menikah dengan Tuan"

"BOHONG!!!" teriak Arvan lalu pergi begitu saja dari kamar orangtuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status