ホーム / Romansa / Maid Kesayangan Bos Mafia / 04. Bumi Kehilangan Gravitasi

共有

04. Bumi Kehilangan Gravitasi

作者: Meistoria
last update 最終更新日: 2025-10-08 16:48:36

Di ruang ganti, Emily sedang membereskan barang-barangnya ketika suara Meliana terdengar dari belakang, membuatnya menghentikan aktivitas sejenak.

“Lihat kan? Seandainya saja kamu diam dan menuruti ucapanku, kamu tak akan dipecat dengan cara tidak hormat seperti ini,” ucap Meliana.

Emily menghela napas pelan. “Kalau aku hanya diam, berarti aku mengakui aku pengecut dan bersalah. Jadi aku memilih membela diri, karena aku memang tidak bersalah.”

“Keras kepala sekali… tapi setidaknya pikirkan nasibmu ke depan dan juga janji kamu sama Owen,” kata Meliana.

“Tenang saja, aku akan cari pekerjaan lain,” jawab Emily dengan tenang, mencoba menenangkan dirinya sendiri meski hati masih panas.

“Terserah kamu. Tapi nanti kalau sudah dapat pekerjaan baru, jangan ulangi kesalahan yang sama. Mengerti?”

Emily tersenyum kecil. “Siap.”

Namun saat ia melihat Meliana menggeleng pelan, rasa bersalah menyergap. Ia tahu tindakannya telah memutus sedikit kepercayaan Meliana padanya, dan hal itu membuat dadanya terasa sesak.

...

Emily melangkah keluar dari belakang restoran dengan langkah gontai. Di tangannya, ia membawa satu kardus kecil berisi barang-barangnya.

Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang pria berdiri tak jauh darinya. Meski pria itu membelakangi, Emily tahu persis siapa dia. Tatapannya berubah tajam, jemarinya perlahan mengepal.

Ia berniat melangkah mendekat, Namun…

“Ah!”

Kakinya terpeleset oleh sesuatu yang licin.

Refleks, kedua matanya terpejam, bersiap menahan sakit di pinggang.

Namun rasa sakit itu tak pernah datang. Sebaliknya—ia justru merasa tubuhnya seperti melayang, seolah waktu berhenti sesaat.

“Apa aku... terbang? Atau bumi tiba-tiba kehilangan gravitasi?”

Namun, tercium aroma maskulin, hingga perlahan, kedua kelopak matanya terbuka—dan dunia seolah berhenti berputar.

Pandangan Emily langsung terpaku saat dirinya mendapati wajah seorang pria yang begitu dekat. Bahkan terlalu dekat, mungkin hanya berjarak dua jari dari wajahnya.

Tampan sekali…

Sayangnya, di tengah pikirannya yang sempat terpaut pada ketampanan pria itu, lamunannya buyar seketika saat pria tersebut tiba-tiba melepaskan pelukannya begitu saja.

Bruk!

“Ah! Pinggangku!” Emily meringis sambil memegangi punggungnya. “Hei! Bisa tidak jadi pria romantis sedikit?”

Namun hanya tatapan santai serta ekspresinya datar tapi suaranya terdengar ringan, seakan tak ada rasa sedikit pun bersalah.

“Sorry, tanganku licin.”

Emily menengadahkan kepala, terdiam beberapa saat—tersadar akan pikirannya sendiri yang sempat memuji ketampanan pria itu.

Ia spontan menggeleng cepat, seolah ingin menampar imajinasinya sendiri.

‘Bisa-bisanya aku kepikiran begitu…’

Dengan sisa tenaga, Emily bangkit. Pinggangnya masih sakit, tapi hal itu ia lakukan karena tak ingin terlihat lemah, dan tatapannya kembali tajam seperti sebelumnya.

“Puas?” nada suaranya naik satu oktaf.

Namun beberapa detik kemudian, dirinya bahkan tak mendapatkan tatapan rasa bersalah dari pria itu—Vincent—justru yang ia lihat sebaliknya, wajah tanpa ekspresi, seakan apa yang pria itu lakukan memang sudah benar di lakukan.

“Maksud Anda apa nona kecil?” Nada suaranya seperti sedang mengejek.

Jemari Emily mengepal di sisi tubuhnya, menahan emosi yang mendidih. Pria itu benar-benar tahu cara membuat siapa pun kehilangan kendali.

Namun ia merasa Vincent seperti sedang berjalan mendekat, tenang namun seperti menekan hingga membuat dirinya tanpa sadar harus melangkah mundur.

“Karena Paman, aku dipecat! Apa Paman puas!” Nada suaranya kembali kali ini naik dua oktaf.

Vincent hanya menatapnya sambil memperlihatkan senyum tipis. Dingin. Dan… puas.

“Menurutmu?”

Emily, terdiam sejenak dan ia memilih untuk pergi. Namun sebelum sempat melangkah lebih jauh, pergelangan tangannya sedikit ditarik.

Tak perlu menebak siapa yang menariknya, sudah pasti kalau bukan pria itu siapa lagi?

Hingga suara berat terdengar dekat di telinganya.

“Percaya atau tidak, aku bisa membuatmu sengsara.”

Mendengar nada ancaman pria itu, Emily segera menoleh cepat. Menatapnya sejenak dan berusaha yakin bila bahwa ancaman tersebut hanya sebuah gertakan kosong.

Tanpa pikir panjang, ia menginjak kaki Vincent sekuat tenaga hingga pria itu mengaduh tertahan.

“Rasakan itu!”

“Awas kamu, ya?”

Emily hanya tapi senyum sinis. Tanpa menunggu reaksi, ia berbalik dan melangkah pergi, langkahnya ringan tapi jelas di wajahnya tersirat kemenangan kecil.

Sementara Vincent, dirinya hanya berdiri mematung di tempat. Tatapannya tak lepas dari punggung Emily yang semakin menjauh dari pandangannya.

Detik berikutnya, suara langkah sepatu pantofel terdengar mendekat dari arah belakang.

Tatapan Vincent seketika berubah waspada. Gerakannya tenang saat dirinya diam-diam menarik sesuatu dari balik jas, lalu berbalik cepat sambil mengacungkan senjata yang tergenggam erat di tangannya.

Begitu melihat siapa yang ada di depannya, gerakannya berhenti. Genggamannya melemah, dan ia menurunkan pistol perlahan sebelum menyelipkannya kembali ke saku jas.

Suara helaan napas lega terdengar dari pria di depannya.

“Selamat,” gumam pria itu dengan nada lega.

Vincent menatap dingin. “Ada apa?”

“Mobil sudah siap, Bos. Mau ke markas sekarang atau—”

Vincent dengan cepat memotong ucapan Grayson. “Cari informasi tentang Nona kecil itu, Grayson.”

“Nona kecil?”

Vincent mendengar suara Grayson yang terdengar sedang kebingungan.

Maka ia kembali membuka suara—nada bicaranya tetap dingin, nyaris tanpa emosi.

“Emily.”

“Emily, apa dia calon istri Bos?”

Vincent menatap tajam ke arah Grayson, dan tak menjawab siapa gadis itu.

“Malam ini, informasinya harus sudah ada.”

Tanpa menunggu jawaban, Vincent berbalik dan melangkah pergi. Langkahnya tenang, tapi setiap gerakan menunjukkan satu hal—perintahnya bukan untuk ditunda.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   Bab 7. Surat Lowongan Pekerjaan

    Beberapa hari sudah Emily berkeliling mencari pekerjaan—dari rumah makan kecil, restoran ternama, hingga perusahaan besar maupun kecil. Namun, yang ia dapatkan hanyalah penolakan, bahkan tak jarang pengusiran.Apakah Emily ingin menyerah?Tentu saja. Tapi setiap kali keputusasaan itu mulai menghampiri, bayangan wajah adiknya, Elowen, selalu muncul di benaknya—seolah menjadi alasan terbesar untuk tetap bertahan. Jika bukan demi Elowen, mungkin ia sudah lama menyerah, mengikuti jejak kedua orang tuanya yang telah tiada.... Malam itu, pukul setengah delapan.Emily menatap Elowen yang kini memandang semangkuk mi instan di depannya seolah sedang menatap harta karun. Ada kelegaan kecil di dada Emily—setidaknya malam ini, adiknya masih bisa makan.“Maaf ya, malam ini cuma ini yang bisa Kakak masak. Kakak belum mendapatkan pekerjaan sama sekali,” ucap Emily pelan. Elowen tak menjawab. Emily hanya memperhatikan Elowen makan, dengan tatapan yang lembut sekaligus getir. Tanganmya kemudian te

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   06. Nasib Sial

    Matahari terbit dari ufuk timur, sinarnya menembus kaca jendela yang terbuka lebar. Emily berdiri di depan pintu, berpamitan pada Elowen yang hanya membalas dengan anggukan dan jempol terangkat. Senyum tipis terukir di wajahnya sebelum ia benar-benar melangkah pergi, membawa surat lamaran yang sudah disiapkannya sejak malam sebelumnya. ... Kini di pusat kota, pandangan Emily menelusuri deretan toko yang berjajar di sepanjang jalan, berharap menemukan papan bertuliskan ‘Dibutuhkan Karyawan’. Langkahnya terhenti di depan sebuah toko pakaian wanita. Ia sempat menatap sekeliling sebelum akhirnya melangkah masuk. “Permisi, Kak.” “Iya, bisa saya bantu, Nona?” tanya wanita tersebut. “Di sini ada lowongan? Mungkin untuk posisi sales atau kasir?” ucap Emily dengan harapan kecil. Beberapa detik berlalu tanpa jawaban. Kasir itu justru menatapnya dari atas ke bawah, seolah sedang menilai. ‘Apa ada yang salah?’ pikir Emily tak nyaman. “Ada, tapi boleh saya lihat surat lamarannya?” akhir

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   05. Perintah Vincent

    Sementara itu, dengan langkah pelan, Emily meninggalkan taman yang mulai sepi. Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, namun mentari sore yang mulai condong ke barat menjadi pengingat bahwa ia harus segera pulang. ... Jarak beberapa meter dari pintu rumahnya, Emily terdiam sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah hari yang panjang dan melelahkan. ‘Tidak boleh terlihat sedih.’ Satu tarikan napas lagi, lalu ia kembali melangkah. Begitu tiba di dalam, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah terduduk, sibuk bermain dengan bonekanya. Emily tersenyum tipis; pemandangan itu selalu bisa menenangkan hatinya yang gundah. “Sudah jam berapa ini, Owen?” tanya Emily lembut. “Owen lapar sekali, Kak Ely,” jawab Elowen lirih, menyiratkan alasan yang disembunyikannya. Emily berpura-pura berpikir. “Kalau begitu, mau makan apa malam ini?” "Nasi goreng!" seru Elowen riang. Emily menjentikkan jari, tanda setuju. “Sekarang mandi dulu, baru makan,”

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   04. Bumi Kehilangan Gravitasi

    Di ruang ganti, Emily sedang membereskan barang-barangnya ketika suara Meliana terdengar dari belakang, membuatnya menghentikan aktivitas sejenak. “Lihat kan? Seandainya saja kamu diam dan menuruti ucapanku, kamu tak akan dipecat dengan cara tidak hormat seperti ini,” ucap Meliana. Emily menghela napas pelan. “Kalau aku hanya diam, berarti aku mengakui aku pengecut dan bersalah. Jadi aku memilih membela diri, karena aku memang tidak bersalah.” “Keras kepala sekali… tapi setidaknya pikirkan nasibmu ke depan dan juga janji kamu sama Owen,” kata Meliana. “Tenang saja, aku akan cari pekerjaan lain,” jawab Emily dengan tenang, mencoba menenangkan dirinya sendiri meski hati masih panas. “Terserah kamu. Tapi nanti kalau sudah dapat pekerjaan baru, jangan ulangi kesalahan yang sama. Mengerti?” Emily tersenyum kecil. “Siap.” Namun saat ia melihat Meliana menggeleng pelan, rasa bersalah menyergap. Ia tahu tindakannya telah memutus sedikit kepercayaan Meliana padanya, dan hal itu m

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   03. Berakhir Di Pecat

    Keheningan menyelimuti meja itu, sampai akhirnya Emily kembali dengan nampan di tangannya. Ia melangkah tenang, mencoba mengabaikan tatapan tajam para pria di meja, termasuk Vincent. Emily meletakkan gelas di hadapan Vincent sedikit kasar. “Silakan diminum, Tuan. Suhunya sudah sesuai, tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin.” Emily menatap Vincent, bingung dengan senyum sinis—tidak tahu apa maksud di baliknya. Yang pasti, pria itu membalas dengan dingin dan nada sedikit tegas: “Pelayanannya tidak ramah… bintang satu.” Bintang satu? Emily menatapnya tak percaya. “Apa?! Katakan sekali lagi?” Namun yang dilihatnya, Vincent hanya mengambil segelas air hangat dan meneguk sedikit, tanpa membalas pertanyaannya. Geram saat melihat pria itu masih sempat-sempatnya meminum air yang baru saja ia hidangkan, Emily kembali bersuara, nadanya naik satu oktaf. “Katakan sekali lagi!” Dan yang ia dapatkan hanyalah tatapan dingin dan nada tegas Vincent. “Panggil manajer kemari.” Kenapa ha

  • Maid Kesayangan Bos Mafia   02. Bertemu Lagi

    “Jadi Emily,” lanjut Meliana. “Tolong jaga sikapmu. Aku tahu betul mulutmu bisa lebih tajam dari pisau.”Emily mendengus kecil. “Iya, iya, aku tahu. Aku tidak sebodoh itu.”Meski dalam hati, ia mengakui bahwa mulutnya memang kadang tidak terkontrol.Tanpa menunggu, Emily bergegas menuju ruang ganti, setengah kesal. Meliana benar-benar cari gara-gara!…Sekarang sudah pukul setengah sebelas siang.Di ruang VIP, Emily sibuk menata hidangan. Sesekali, matanya mencuri pandang pada Meliana yang tengah berbincang dengan para tamu. Ia tak bisa memungkiri, melihat betapa profesionalnya Meliana.Hingga derit pintu terbuka terdengar, Emily terhenti sejenak, rasa penasaran menyergapnya. Suara langkah sepatu pantofel bergema di ruangan, membuat hampir semua kepala menoleh—kecuali Emily dan Meliana. Mereka tetap fokus pada posisi masing-masing, tangan sigap melayani, tapi hati Emily sulit menahan rasa ingin tahu.Dari telinganya, Emily menangkap percakapan di meja utama, tanpa benar-benar memahami

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status