Share

30.

Auteur: Poepoe
last update Dernière mise à jour: 2025-11-06 18:28:58

Dada Claire terasa sangat sesak.

Tak pernah dia merasa sesakit ini dalam hidupnya. Devon seolah telah menghunuskan sebilah pedang tajam tepat di jantungnya.

Di dalam lift, Claire tak henti-hentinya terisak. Dia pikir dirinya telah menemukan kebahagiaan bersama Devon, tapi tampaknya kehidupan bahagia yang sempurna itu hanya ada di dongeng-dongeng masa kecilnya.

Brak!

Claire membanting pintu apartemennya keras-keras. “Aku harus segera pergi,” gumamnya penuh tekad, menghapus pipinya yang basah.

Dengan cepat, Claire menjejalkan baju-bajunya ke dalam ransel, mengambil barang-barang miliknya lalu memastikan tak ada satupun jejaknya yang tertinggal. Sebelum dia benar-benar pergi, dia memandangi sekali lagi testpack yang sudah dia hias sedemikian rupa yang ada di sebuah boks kecil. Tapi kini semua terasa sia-sia.

“Sialan!” Claire membanting kotak itu. Amarah kembali menyelimuti dirinya. ‘Apa mungkin Katerina adalah istrinya Devon. Dia sengaja mendekatiku untuk mengetahui hubungan kami lebih
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   94.

    Halaman luar Kedai Kopi Kita disulap menjadi lebih romantis dengan hiasan bunga-bunga segar serta lampu-lampu yang menggantung. Deretan kursi berjejer rapi menghadap sebuah panggung kecil tempat kedua pasangan yang berbahagia itu berdiri.Sedari tadi, Rian sibuk memantau semua persiapan. Dia ingin event pertama yang diselenggarakan di kedai ini sukses.Begitu acara dimulai, Rian melihat dari kejauhan. Devon nampak begitu tampan dengan kemeja formal yang dikenakannya. Tubuhnya berdiri tegap di samping Salma, yang juga tampil cantik dengan gaun putih.Sekarang cincin berkilau itu bertengger di jari masing-masing. Mereka lantas memamerkannya ke depan kamera.“Satu, dua, tiga! Senyum!” Titah fotografer itu. Devon dan Salma menyunggingkan bibir mereka. Dan di saat yang bersamaan Rian juga mengarahkan kamera ponselnya ke panggung itu, menangkap momen pertunangan Devon.Rian memperhatikan foto itu. ‘Bagaimana kalau aku kirim ini ke Claire?’ Suara di kepalanya mulai terngiang. Jempol Rian sud

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   93.

    Cahaya matahari sore menerobos masuk melalui kaca-kaca yang ada di studio itu. Aroma logam, tanah liat dan kimia bercampur jadi satu. Kipas angin di langit-langit ruangan berderik-derik, berusaha mensirkulasi udara agar tak pengap.Dari ambang pintu, muncul sesosok bayangan yang bergerak masuk. Langkahnya nampak mengendap-endap. Matanya memantau ke sekeliling. Di meja kayu itu banyak sketsa yang berserakan. Beberapa spons yang sudah kering dibiarkan begitu saja.Di dinding sebelah, orang itu melihat sebuah rak yang menyimpan model-model cetakan, gulungan kawat, alat-alat pahat serta beberapa benda yang tak dia kenali. Lalu begitu kepalanya menoleh ke sisi dinding yang lain, dia mendapati beberapa patung yang sudah jadi.Di dekat jendela, punggung Devon membelakanginya. Kedua tangan pria itu nampak sibuk mengukir patung tanah liatnya. Lantas, tangan orang itu menjulur, menutup kedua mata Devon.Pria itu sontak terkesiap.“Kejutan!” Suara manis Salma terdengar dari balik bahunya begitu

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   92.

    “Kamu jangan mempermainkan Ibu,” Venny menukas tegas. “Tiba-tiba saja mau menikah?? Dengan Claire??”“Bukannya tadi Ibu sendiri yang mendesakku menjalin hubungan dengan Indah? Kenapa Ibu malah sepertinya menolak saat aku menjalin hubungan dengan Claire?”Venny menarik napasnya terlebih dahulu. “Maksud Ibu PDKT, Rian. Pacaran dulu. Bukannya tiba-tiba langsung menikah! Lagian, sejak kapan kamu dekat dengan Claire? Kamu bahkan nggak pernah menyinggung nama perempuan itu setelah kalian putus beberapa tahun lalu.”“Aku menjalin hubungan dengan dia secara diam-diam, Bu. Yah, kurang lebih setahun ke belakang ini,” dusta Rian. “Itu karena orangtua Claire nggak menyetujui hubungan kami.”Venny mengembuskan napas panjang. “Bukannya ibu menentang hubungan kalian, tapi kalian masih muda. Janganlah menikah dulu. Lagian, bukannya Claire masih kuliah?”Rian menggeleng. “Claire sudah pindah ke kota tempat Mitha kuliah. Dia bekerja di sana juga.”Begitu bibir Venny bergerak, hendak mengajukan pertanya

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   91.

    Wanita setengah baya itu memeluk erat putranya. “Ya ampun, ibu benar-benar kangen sama kamu, Nak.” Satu tangannya mengusap punggung Rian. “Bagaimana keadaan Mitha? Dia baik-baik saja kan? Kuliahnya lancar?”Rian melepas dekapan ibunya, memandangi wajah ibunya sesaat. Ekspresinya nampak letih namun terlihat bahagia karena kedatangannya.“Mitha baik-baik saja dan kuliahnya lancar. Ini, keripik oleh-oleh dari Mitha khusus untuk Ibu.” Rian mengeluarkan keripik-keripik itu dari tasnya. “Mila masih les ya, Bu?”“Iya, dia pulangnya malam. Anak itu benar-benar belajar dengan giat supaya bisa tembus beasiswa untuk masuk universitas favoritnya,” tukas Venny, ibunya Rian.Lantas wanita itu membuka tudung saji meja makan. Sedari pagi dia sibuk menyiapkan hidangan untuk putra satu-satunya itu. Senyum Rian mengembang. Dia sangat rindu dengan masakan ibunya. Rian pun makan dengan lahap. Sementara itu, Venny menatap putranya lekat-lekat. Sorot mata ibunya terlihat iba.“Kamu kurusan,” komentarnya. “

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   90.

    Di ruangan yang terpisah, kepala HRD dan seorang manajer sudah menunggu kedatangan Claire. Udara di ruangan ini terasa jauh lebih menyesakkan dibanding saat dia hanya bersama Farah.Claire kini bisa merasakan darahnya yang mengalir cepat. Jemari tangannya terus bergerak dengan gelisah saat duduk di kursi menghadap ke mereka. Sementara Farah berdiri di belakang Claire sambil bersedekap.“Saya sudah mengkonfirmasi tentang gosip itu, Pak,” terang Farah pada atasannya. “Silakan jelaskan pada mereka,” Farah menepuk pundak Claire.Claire menelan ludahnya sebelum akhirnya angkat bicara.“Ma-maafkan saya, Pak…” suara Claire bergetar. Pandangannya masih terus tertuju ke ujung sepatunya, tak berani menatap kedua atasannya. “Saya memang menutupi kondisi saya yang sedang hamil.”Embusan napas kekecewaan keluar dari dua orang itu. Sementara, Farah tersenyum samar dari balik punggung Claire. Dia benar-benar tak sabar melihat Claire dipecat dan dipermalukan.“Kami cukup kecewa, Claire,” ucap kepala

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   89.

    Stasiun kereta api pagi itu nampak sibuk. Pengumuman keberangkatan kereta terdengar berkali-kali. Orang-orang lalu-lalang membawa barang-barang mereka.Sementara itu di luar stasiun, Rian melepas pelukannya dari Mitha. “Tolong jaga Claire ya, kehamilannya semakin besar,” pinta Rian pada adiknya.“Jangan mengkhawatirkanku berlebihan seperti itu,” sela Claire. “Kamu nggak perlu menjagaku, Mitha,” Claire menoleh ke adiknya Rian yang berdiri di sampingnya. Mitha hanya mengedikkan bahunya santai.“Mas,” Mitha menatap kakaknya. “Salam buat ibu dan Mila ya. Jangan lupa, bilang keripik itu oleh-oleh dariku.”“Iya, tenang saja. Aku nggak akan mengklaim oleh-oleh keripik ini kok,” goda Rian sambil mengacak-acak rambut Mitha. “Kuliah yang bener,” titah pria itu. “Dan Claire, jaga kesehatanmu, oke?”Kedua perempuan itu mengangguk lalu melambai ke arah Rian saat pria itu berada di depan petugas tiket.Lantas, Claire dan Mitha saling bertatapan canggung. Sejak peristiwa itu, mereka jadi tak sedeka

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status