Matahari sangat terik dan cuaca sangat panas, Mona terbangun dari tidur. Ia sedikit merasa baikan, melirik resep obat, ternyata siang ini harus meminum pil untuk menyembuhkan demam. Bangkit perlahan lalu menuju dapur menyiapkan bubur untuknya, makanan buat kakak ipar.
"Bismillah," kata Mona bangkit dari kasur menuju dapur dengan pelan.Mona mulai memasak dengan tubuh lemas, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah karena tak mau menyusahkan sang kakak ipar lagi. Dengan hati-hati menyiapkan bahan lalu menggoreng, ia mengulas senyuman saat semua telah beres. Pelan-pelan menuju ruang kerja Arka karena dia tau pasti lelaki itu tengah mengerjakan kesibukannya."Masss," panggil Mona dengan suara pelan sambil mengetuk pintu."Masuk!" perintah Arka tanpa menoleh ke pintu yang telah terbuka."Mas, makan siang sudah siap," tutur Mona membuat Arka menoleh sekilas lalu fokus tidak menghiraukan ucapan adik iparnya.Mona berdiri diam di depan pintu, menunggu Arka menyahuti. Tiba-tiba terdengar suara perut berbunyi membuat Arka meruntuki lambung yang telah meronta minta di isi. Lelaki itu segera bangkit dan melewati Mona, adik iparnya mengikuti dari belakang."Mas mau minum kopi?" tanya Mona pelan saat sampai dapur, melihat lelaki itu duduk di kursi."Hmmmm, buat saja nanti kuminum," balas Arka lalu menyendok makanan.Mona menyeduhkan kopi terlebih dahulu lalu mulai memakan bubur setelah selesai. Ia harus makan banyak agar cepat sehat, sehabis nasi yang lembek itu ia bangkit. Menuju kamar tak lupa membawa segelas air."Apa aku harus istirahat atau membersihkan rumah?" tanya Mona pada dirinya sendiri."Istirahat saja, kalau kerja nanti sakitnya makin parah aku yang susah," sambar Arka dingin dan tegas saat melewati kamar Mona yang pintunya terbuka."Makasih Mas sudah diizinkan istirahat, maaf merepotkan," ujar Mona menundukan kepala lalu melangkah ke pintu untuk menutup karena Arka telah pergi.Malam tiba suara bel membuat Arka yang bersantai di ruang tengah bergegas menuju pintu. Tatapannya langsung bertemu dengan beberapa anak muda seusia Mona. Ia menatap dingin, memandang satu persatu membuat mereka menunduk."Kenapa kalian datang kemari?" tanya Arka dengan nada dingin."Anu Omm, kami ingin menjenguk Mona kenapa dia tidak masuk sekolah," balas seorang pria dengan suara gemetar."Mona sedang sakit," seru Arka masih berdiam di pintu."Boleh kami menjenguk Mona, Om?" tanya lelaki itu berusaha agar suaranya tak bergetar karena merasakan aura yang menyeramkan keluar dari tubuh Arka.Arka hanya mengembuskan napas kasar, lalu berdehem membuat jantung mereka semua memompa lebih cepat. "Jangan lama-lama karena ini sudah malam!" Perintah Arka dibalas anggukan semuanya, Arka memerintah mereka masuk dan mengikuti sampai kamar Mona."Monaaa, temanmu jenguk nih," ucap Arka dingin sambil mengetuk pintu, Mona yang mendengar langsung bergegas membuka pintu."Iya Mas," sahut Mona lemah lalu memandang mereka semua."Jangan lama-lama, ini sudah malam," kata Arka tidak seperti menasehati tapi memerintah."Iya Mas, makasih udah ngebolehin mereka masuk," balas Mona tidak ditanggapi Arka, lelaki itu langsung pergi."Mona lo gak papa?" tanya lelaki yang tadi berbicara dengan Arka."Gak papa, Raka. Makasih kalian udah jengukin gue," tutur Mona pelan mengajak mereka masuk dan duduk, tanpa menutup pintu."Iya sama-sama, Raka nih yang ngebet banget pengen ngeliat keadaan lo," sungut Mirna menunjuk Raka."Gue buatin minuman dulu ya," seru Mona dibalas gelengan semuanya."Gak deh, kita cuma sebentar. Om lo serem Mon," ucap Dimas dibalas anggukan semua.Tiga hari berlalu akhirnya Mona sudah sembuh total, ia langsung bebenah. Rencana besok baru mau masuk sekolah, hari ini harus melakukan pekerjaan rumah tangga terlebih dahulu. Menata makanan di meja, membuatkan kopi seperti biasa. Setelah dilihat telah beres semua, dia melangkah menuju kamar Arka untuk memberitahu waktunya sarapan."Massss, sudah waktunya sarapan," panggil Mona sambil mengetuk pintu."Kamu sudah sembuh?" tanya Arka saat membuka pintu membuat Mona terkejut dan mengelus dadanya."Su-sudah Mas, ayo sarapan sudah aku buatkan, kopi juga udah ada," terang Mona hanya dibalas deheman oleh Arka.Lelaki itu duduk mulai menikmati sarapan, ia memandang Mona yang sehabis makan langsung beberes lagi membuat ia mengeryitkan alis. "Apa kamu tidak masuk sekolah?" tanya Arka tanpa basa-basi membuat pekerjaan Mona terhenti dan menoleh membalas tatapan Arka yang sangat tajam."Tidak, Mas. Mona mau sekolah besok saja, sekarang mau bebenah dul
Semua teman-teman Mona sudah pulang, gadis itu langsung mengerjakan pekerjaan rumah. Menyiapkan makan malam, lalu masuk ke kamar Arka untuk membersihkan tempat tersebut. Dengan cekatan Mona merapikan seluruhnya. Mengembuskan napas lelah, lekas mandi karena Mona akan istirahat. Tubuh sangat letih akibat belajar kelompok dan membersihkan kediaman Arka. "Tidur sebentar aja deh," kata Mona setelah membersihkan diri, membiarkan tubuhnya hanya berbalut handuk.Arka menggeramkan marah saat sampai rumah Mona tidak membukakan pintu. Dengan rasa kesal yang mengganjal, Arka melangkah ke mobil untuk mengambil kunci cadangan. Saat memasuki kamar, ia baru teringat bahwa adik iparnya tadi mengerjakan tugas kelompok di sini. Dia langsung melihat CCTV lalu menggeram kesal saat melihat Mona selalu bergenggaman tangan bersama salah satu laki-laki."Gadis ini harus diberi hukuman agar tau posisinya," seru Arka lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Seh
Arka bangkit dari duduk, lalu mendekati Mona menatap tajam ke arah gadis itu. Membuat nyali Mona yang ingin berkata lagi jadi menciut. Menarik dagu adik ipar dan mencengkram agar membalas tatapannya"Bercermin dululah sebelum berbicara itu, Mona! Boleh saja kamu tidak melakukan kewajiban yang dilemparkan padamu. Tapi ganti uang yang dibawa kakak sialanmu itu," maki Arka lalu membuat Mona terjatuh duduk di lantai."Kamu ini tidak tau diri!" bentak Arka lalu menarik tangan Mona untuk mengikutinya."Diamlah di sini! Renungkan keinginanmu, apakah pantas atau tidak kamu pinta padaku," seru Arka mendorong Mona masuk gudang dan lelaki itu kunci."Masss, buka! Jangan dikunci Mona takut," teriak Mona menggedor pintu, ia mulai terisak ketakutan.Arka berlalu begitu saja meninggalkan gudang, ia sangat kesal mendengar permintaan Mona. Lelaki itu lebih memilih ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh. Dia sangat lelah, membiarkan adik ipar tidur di gu
Mona terbangun jam enam, matanya mengerjap menyesuaikan penglihatan. Ia turun dari kasur, merasa heran karena berada di kamar. Berpikir keras, tidak mungkin kejadian tadi malam hanya mimpi lantaran terasa sangat nyata."ishhh, sudahlah mendiangan aku mandi, cepat-cepat berangkat sekolah," ujar Mona saat melihat jam di dinding.Gadis itu terus meguap setelah memakai bedak dan memoles lipbalm di bibir. Hari ini ada kelas pagi, karena kemaren sore Mirna memberitahu lewat chat. Saat menuju dapur untuk membuat sarapan, tetapi ia bertemu Arka yang menenteng sesuatu. "Masss," lirih Mona pelan masih teringat kejadian semalam, ia ragu jika itu mimpi apalagi melihat tatapan Arka tidak seperti biasanya.Arka langsung menunjuk kening Mona dengan telunjuk. "Apa otakmu ini sudah berpikir dengan benar? mau patuh padaku atau mengganti rugi uang yang dibawa kakakmu," sinis Arka menatap tajam wajah Mona yang seketika pucat."Ternyata bukan mimpi, lagi mal
Arka langsung menghempaskan bokongnya sesampai di kantor. Mengembuskan napas kasar lalu cepat mengerjakan berkas-berkas yang menumpuk. Dua jam berlalu, lelaki itu masih membaca dan menandatangani kertas tersebut. Pintu ruangan terbuka, menampilkan sahabat merangkak menjadi sekertaris. Arka menatap sinis Reyhan memamerkan cengiran lalu mendekati meja."Sinis banget sih matanya bos, belum dipuaskan sama istri apa! Ikut gue aja yuk clubing," ajak Reyhan beralih duduk di sofa saat menaruh berkas di meja."Bersik lo" geram Arka lalu meraih berka itu untuk dibaca."Ayolah, Ka. Sesekali jajan diluar, emang gak bosen istrimu mulu," ucap Reyhan memang tidak mengetahui jika istri Arka kabur."Pergi lo! Ganggu aja, gue lagi banyak kerjaan," usir Arka membuat Reyhan terkekeh."hahaha, kalau berubah pikiran bilang ke gue." Reyhan langsung berlegang pergi."Sialan!" maki Arka menghempaskan pulpen ke meja, ia lekas meraih telepon dan meminta ju
POV MonaTubuhku terasa sakit, apalagi bagian sensitif. Sekuat tenaga berusaha membuka mata lalu berjuang bangkit. Rasa nyeri semakin menyerang, melihat badan tanpa sehelai benang. Langsung teringat kejadian semalam, air mata tak bisa kutahan lagi. Hanya bisa menangis, meratapi mahkota kujaga, terenggut paksa oleh kakak ipar sendiri."Aku kotorrr," gumamku disela isakan.Suara pintu berdecit membuatku mengalihkan tatapan kesana. Penglihat langsung menangkap Mas Arka keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang. Lelaki itu menatap sinis ke arahku, dengan langkah santai ia mendekat."Dengar jalang kecil! Tidak usah menangis, cepat bersihkan dirimu dan bersiap sarapan. Hari ini kamu tak perlu sekolah atau melakukan pekerjaan rumah. Ikut aku pergi ke suatu tempat," tuturnya membuatku terluka saat sebutan jalang terlontar dari bibir kakak ipar yang dulu selalu berkata sopan."Dengar tidak!" bentaknya saat aku tidak kunjung menya
"Aku harus beli apa Mas ke apotek?" tanya Mona saat sampai tujuan, ia belum keluar dari mobil saat Arka memberikan uang."Pil KB, cepatlah!" usir Arka membuat Mona terdiam sejenak lalu segera keluar saat Arka mendorongnya.Dengan langkah pelan ia mendekati apotek, berdiri melamun saat penjual menanyakan akan membeli apa. Arka menggeram kesal lalu mematikan mesin mobil dan keluar mendekati adik ipar yang terdiam. Lelaki memandang sedari bertanya pada Mona."Mbak, kami beli pil KB," ucap Arka datar lalu masuk lagi ke mobil, diikuti Mona yang selesai membayar.Mona setelah masuk langsung menunduk. Meremas plastik yang dibawa, tidak berani menatap Arka. Arka mendengkus lalu melajukan kendaraan roda empat tanpa memperdulikan Mona. Setelah sampai tujuan, dia memarkirkan mobil di parkiran."Ayo turun!" perintah Arka keluar dari mobil diikuti Mona."Bodoh! Ini taruh jangan dibawa," maki Arka merampas plastik yang berisi pil KB dan melemp
Mona masih diam di kursi tidak bergerak sedikitpun. Gadis itu meremas dress yang dipakai, menjawab dengan gelengan saat Arka membukakan pintu mobil. Lelaki tersebut mendengkus lalu mensejajarkan wajahnya tepat di muka Mona."Cepat turun! Atau aku akan menelanjangimu disini. Kau tau'kan aku tidak pernah bohongan dengan ucapanku," ancam Arka membuat Mona membulatkan matanya, lelaki itu menegakan tubuh lagi dan menyodorkan tangan pada adik ipar."Cepatlah!" kata Arka membuat Mona perlahan turun dan memeluk lengan Arka membuat sang empu melotot."Mona takut jatuh, Mas,"cicit Mona membuat Arka mengembuskan napasnya lalu berjalan sedikit cepat."Mas, tolong jalan pelan-pelan," pinta Mona sempat hendak terjatuh."Ishhhhh, menyusahkan saja," keluh Arka tapi melambatkan langkahnya. Saat masuk Arka langsung mengedarkan tatapannya mencari sang teman, terlihat seorang pria melambaikan tangan. kala Arka melihat sosok itu, ia lekas mendekat