Share

Malam Pertama dengan Orang yang Tak Dicinta
Malam Pertama dengan Orang yang Tak Dicinta
Author: Khanna

Malam Pertama Pengantin

“Aku nggak mau disentuh sama kamu walau kita sudah menikah. Aku nggak sudi disentuh sama kamu. Udah rambut panjang, tindikan, akhlak minus, nggak ada bagus-bagusnya kalau jadi ayah dari anak-anakku! Jangan sampai, amit-amit!”

Afsana mengatakannya dengan sangat enteng ketika mereka sudah berada di dalam kamar yang sama. Ya, kamar pengantin yang harusnya dipenuhi oleh aura keromantisan yang begitu syahdu. Namun, beda hal dengan dua orang ini.

“Dih! Aku juga amit-amit punya anak yang dikandung sama kamu kali! Jangan sok kecantikan! Nafsu juga nggak!”

“Baguslah. Lakukan saja terus sampai enam bulanan. Setelah itu, aku akan menggugat cerai.”

Deryl melebarkan mata ketika mendengar ucapan yang Afsana lontarkan. Ia yang tak belajar agama tentu tak paham tentang hukum seorang suami yang wajib memberikan nafkah lahir maupun batin.

“Hey! Nggak gitu juga! Kamu tahu kan, aku menikahimu gara-gara apa!” bentak Deryl mendekati Afsana yang sejak tadi duduk di sofa.

“Bukan urusanku kali! Kamu juga tahu kan, aku menikah denganmu gara-gara apa? Untungnya, dalam perjanjian yang bapakmu buat hanya tertulis semua utang keluargaku lunas kalau aku menikah denganmu. Nggak ada tulisan yang membatalkan lunasnya utang itu kalau kita bercerai. Jadi, harusnya kamu senang kan? Bukankah kamu mencintainya? Mbak Klara pacarmu yang seksi itu?”

Deryl sudah berdiri tak jauh dari Afsana. Namun, wanita itu tak menghiraukannya. Ia malah menyalakan televisi dan menontonya. Malam pertama pengantin baru, benar-benar tak ada harganya di mata mereka.

“Bapakku memilihmu karena manganggapmu wanita salihah, tapi apa ini sekarang? Berani membantahku? Bahkan mengancamku?” Suara Deryl ditekan agar Afsana sedikit merasa takut.

Wanita itu mendengus kasar. Lalu, melihat ke arah suaminya dengan tatapan sinis yang teramat tajam. Ia berdiri lagi karena kesal dengan perkataan yang dilontarkan oleh Deryl.

“Aku nggak mengancam, bukankah kamu memang mencintai Mbak Klara? Bukankah kalian mau menikah? Aku akan mendukungnya dengan cara kita yang harus cepat-cepat bercarai. Apa aku salah? Nggak ada tuh, yang mengancammu.”

“Iya! Tapi, bukan dengan cara seperti itu! Sama saja kalau aku masuk ke nerakaku sendiri!”

“Emang kamu bakal masuk ke neraka kok, makanya, aku nggak mau jadi istrimu. Apalagi punya anak darimu!”

Mata Deryl benar-benar melotot. Wanita yang dikira polos dengan gelar sebagai wanita salihah dari orang tua yang memilihkan sebagai istrinya malah bermulut tajam macam ini.

“Mau aku perkosa, ha! Beraninya ngomong begitu kepadaku!” bentak Deryl tepat di depan wajah istrinya.

“Kalau mau marah, minimal gosok gigi kenapa sih! Kamu kira, bau mulutmu seharum bau surga? Mana ada! Orangnya saja bakal masuk neraka kok!”

Dengan wajah datar cenderung ditekuk, Afsana tak gentar dengan kalimat yang diteriakkan oleh lelaki yang baru saja menjadi suaminya. Meski ada ancaman rudapaksa yang akan Deryl lakukan.

Deryl mengatupkan mulutnya seketika. Ia marah, tetapi tak ingin pula kalau harus mendengarkan cibiran dari wanita di hadapannya. Ia mengingat, kalau dirinya baru menenggak minuman beralkohol. Tentu saja, bau mulutnya akan terasa asing, bahkan tak enak dihirup oleh orang macam Afsana.

Wajah dipalingkan. Deryl menghindari Afsana dengan menjaga jarak meski emosinya terasa di ubun-ubun.

Apa yang harus kulakukan? Orang ini benar-benar menyebalkan. Memang aku mau cerai darinya, tapi bukan dalam waktu kurang dari satu tahun. Aku tetap akan didepak dari rumah ini dan gagal mengumpulkan uang untuk tabungan yang akan kugunakan untuk menikahi Klara.

“Kalau kamu berani menyentuhku, artinya, kamu laki-laki munafik. Belum ada setengah jam mengatakannya, sekarang sudah beda lagi. Nggak nafsu kok, ngancam mau memperkosa. Nggak salah? Jauh-jauh dariku! Aku tahu, kamu baru minum minuman haram. Aku jijik sama laki-laki yang doyan mabuk!”

Afsana mendorong tubuh lelaki berpawakan tinggi sekitar 180 CM agar tak terlalu dekat dengannya. Ia mematikan televisi yang tak membuatnya terhibur. Remot diletakkan di meja. Lantas, wanita itu berjalan ke arah ranjang. Namun, ia berbalik dan melihat Deryl lagi.

“Kamu tidurnya jangan di kasur. Bukankah kamu nggak mau menyentuhku? Kalau memang kamu laki-laki sejati, buktikan perkataanmu. Jangan menyentuhku sampai kita benar-benar bercerai secara resmi, hanya butuh enam bulan saja kok.”

Nggak bisa. Kalau aku cerai belum ada setahun menikah, aku bisa diusir dari rumah ini. Tapi, aku harus melakukan apa?

Meski meminum minuman keras, Deryl tidak mabuk. Ia sudah biasa meminum barang haram itu. Jadi, tak semudah itu kehilangan kesadarannya.

“Afsana! Dengarkan aku! Kita nggak boleh bercerai sampai aku mendapatkan uang untuk ditabung dan bisa kugunakan untuk menikahi Klara.”

“Apa peduliku? Aku hanya ingin lepas darimu kok. Aku nggak mau punya suami sepertimu yang minus akhlak. Aku hanya ingin agar kamu nggak menyentuhku sampai kita bercerai,” tegas Afsana.

“Iya! Kita bakal cerai kok dan aku nggak akan menyentuhmu. Tapi, jangan kurang dari satu tahun pernikahan. Aku belum dapat uang kalau begitu. Aku juga bakal dibuang dari keluarga ini. Aku belum sanggup. Aku masih butuh uang dari bapakku.”

“Aku harus memedulikan perasaanmu sedangkan kamu tega memenjarakanku di rumahmu yang bikin aku gerah begini?”

“Memenjarakan bagaimana? Kamu di sini disayang kedua orang tuaku kan? Kamu bebas melakukan apa saja. Apanya yang kurang coba? Justru aku yang terpenjara gara-gara menikah denganmu.”

“Makanya, kita akan segera bercerai kok. Dan kamu nggak akan di penjara lagi oleh pernikahan ini. Begitu pula denganku. Kamu tidur di bawah. Ada kasur lantai kan?”

Afsana sudah lelah setelah melakukan resepsi pernikahan. Senyum pula harus selalu terukir saat di atas pelaminan. Semuanya demi orang tua yang ternyata memakan uang rentenir dari orang bernama Haribowo yang merupakan ayah dari Deryl. Uang itu digunakan untuk membeli sawah. Namun, karena orang tua Afsana tak bisa memenuhi syarat dalam perjanjian, akhirnya Afsana yang dikorbankan.

“Kita belum selesai bicara,” cegah Deryl.

“Tapi, aku capek! Kamu wajib tidur di bawah!”

“Kamu tidur pakai kerudung?” tanya Deryl tiba-tiba.

Afsana kembali menoleh.

“Ada masalah?”

“Katanya gerah. Kenapa tetap dipakai?”

Afsana mendengus kesal.

Gerah gara-gara kalian yang nggak pada salat. Bukan karena cuaca atau semacamnya!

“Terserah aku lah, mau pakai kerudung saat tidur kan terserah aku. Lagian, aku nggak mau memperlihatkan rambutku kepadamu. Aku nggak mau kalau kamu jadi suka sama aku!”

Afsana lagi-lagi menekuk wajahnya. Kemudian, ia menempelkan bokongnya di kasur. Bersiap untuk tidur.

“Cantikan Klara kali. Perbandingannya satu banding seribu. Walau kamu memperlihatkan rambutmu di depanku, aku nggak bakal suka sama kamu! Dan aku, nggak mau tidur di bawah. Kita batasi pakai guling. Kamu tuh, yang harus jaga tanganmu biar nggak menyentuhku!”

Deryl melangkahkan kaki menuju ranjang. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur, membuat Afsana menoleh karena ucapan lelaki itu bukan main-main.

“Ini, batasanya pakai guling. Kamu nggak boleh melewati batas ini. Kalau aku, sudah jelas nggak bakal melewatinya karena tidurku nggak banyak tingkah!”

Guling diletakkan di tengah oleh Deryl. Afsana tak setuju. Ia bersiap untuk memprotesnya.

“Kamu tuh ya! Dibilangi tidur di bawah, ya di bawah! Aku nggak mau terjadi sesuatu yang nggak diinginkan kalau kita tidur dalam satu ranjang!”

“Udah! Tidur! Katanya tadi capek. Kalau mau, kamu saja yang tidur di bawah.”

Afsana yang merasa kalau dirinya menjadi korban perjodohan ini, tentu tak ingin semakin menyiksa diri. Ia ingin tidur di kasur yang empuk dan hangat. Bukan di bawah dan membuatnya makin tak adil.

“Awas kalau sampai menyentuhku!” ancam Afsana membalikkan badan dan memunggungi Deryl.

“Nggak bakal!”

Deryl melakukan hal yang sama.

Meski awalnya kesulitan untuk tidur karena banyaknya pikiran yang mendatangi pikiran, Afsana dan Deryl akhirnya bisa memejamkan mata. Mereka saling memunggungi.

Broott!

Deryl mengendus bau yang menyengat hidung hingga ia harus terbangun dari tidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status