Hari yang dijanjikan Raras tiba, hari ini tepat enam belas hari Raras pergi ke Papua. Hari ini begitu ditunggu oleh Wisnu, dia sudah bangun sejak jam tiga dini hari, mendirikan shalat malam dan melanjutkannya dengan zikir. Sambil menunggu waktu subuh laki-laki itu meneruskan tilawahnya yang hampir khatam untuk yang ketiga kalinya dibulan ini.Pagi datang, seperti biasanya dipagi hari sampai siang adalah tugas Wisnu menjaga toko mereka, walaupun dibantu oleh dua karyawan. Wisnu tetap turun tangan melayani pembeli. Toko maju pesat dan semakin banyak pelanggan yang datang bahkan berasal dari desa-desa tetangga, Wisnu berencana menambah satu karyawan lagi karena banyaknya pembeli yang tidak terlayani.Apa saja yang dibutuhkan ada di tokonya, mulai dari barang dapur sampai barang harian dan kosmetik beserta obat-obatan ada di sana. Wisnu menghela nafas, setiap shalatnya dia mendoakan orang misterius yang telah menyampaikan rejeki Allah melalui tangan orang itu. Wisnu selalu mendoakan agar
Dua Minggu Pasca OperasiDua laki-laki bertubuh tegap dan berseragam militer mengamati tubuh yang terbaring lemah di atas bangkar. Matanya masih terpejam bahkan setelah operasi besar dilakukan, belum ada tanda-tanda wanita milik negara itu akan sadar. Setelah menjadi korban penembakan, Raras langsung dibawa kerumah sakit oleh beberapa orang aparat, dia kehilangan banyak darah karena paru -parunya bocor tertembus peluru. Operasi berjalan selama tiga jam dan melibatkan dokter terbaik yang dimiliki oleh rumah sakit di Papua. Wanita itu hampir tidak tertolong karena parahnya akibat dari tembakan yang melukai paru -parunya, namun sebuah keajaiban terjadi, dia tetap bertahan hidup walaupun secara logika dia seharusnya sudah meninggal karena kehabisan darah.Kondisi Raras sudah berangsur membaik, Proyektil peluru yang berjumlah dua buah berhasil diangkat dari paru-parunya. Dokter yang menanganinya mengatakan, butuh waktu untuk membuat dia pulih kembali setelah dia melewati masa kritis.San
Wisnu membuka tokonya lebih cepat dari biasanya, padahal waktu subuh belum masuk. Dia tidak patah semangat, dengan penuh keyakinan dia merasa Raras pasti akan kembali. Ini sudah 68 hari keterlambatan Raras berdasarkan janjinya. Seperti biasa, Wisnu menunggu sampai jam satu malam, bangun lebih cepat, mandi dan membersihkan kamar. Bahkan kamar mandi darurat dulu sudah berganti dengan kamar mandi minimalis yang memiliki bathtup sederhana bewarna biru kesukaan Raras.Yono muncul dari pintu rumah, mendekati Wisnu yang asik menyusun barang-barangnya agar lebih rapi, karena biasanya dia takkan sempat melakukannya sebab sehabis subuh pembeli sudah berdatangan.Yono mengusap wajahnya yang masih basah oleh air wudhuk, mengamati ekspresi Wisnu sekilas. Dia harus bicara, menyusun kata dengan hati -hati agar abangnya tidak tersinggung dan tidak merasa di gurui."Bang," sapa Yono hati-hati."Hmmm?" Wisnu mengangkat tabung gas dan menatanya, memisahkan tabung yang kosong dan yang masih berisi."Aba
Apa yang lebih berbahaya dari pada cinta? Saat kau merasa rindumu berakhir putus asa dan serasa kau ingin mati. Dan apa lagi yang berbahaya dari cinta, kau gelisah setiap saat memikirkan cinta yang terkadang tidak punya bahasa yang pantas untuk mengungkapkannya.Dua manusia yang terlanjur berkubang dengan cinta sama-sama menangis dengan makna yang berbeda, mengenggam tangan satu sama lain dan tak ingin berpisah lagi. Dua cinta yang berjalan seperti siang dengan terang, melekat erat seperti malam berlalu bersama dengan kelam, beriringan seperti denyut dengan nadi. Seperti Raras dan Wisnu, mereka merasa terlahir kembali, setelah berkubang derita kerinduan yang berkepanjangan.Wisnu merebahkan kepalanya di pangkuan Raras, menghirup aroma wangi yang dua bulan ini hanya disimpan di mememorinya dan sekarang tercium nyata. Jemari halus yang biasa memegang pistol dan pisau itu mengelus rambut Wisnu dengan lembut."Maafkan aku, Ras! Kau melihatku dalam keadaan begini, aku terlihat jelek dan me
Dalam pernikahan, sejatinya yang harus dicintai itu adalah kekurangan pasangan terlebih dahulu, karena setiap kelebihan akan siap diterima siapapun, namun kekurangan adalah ujian dan batu sandungan jika pasangan yang menikah tidak bisa menerima dengan rela apa yang terdapat pada pasangannya. Pernikahan bukan seberapa lama berpacaran sebelumnya, bukan tentang seberapa cinta yang dimiliki untuk memulainya, namun seberapa besar ketangguhan dalam mempertahankan dan mensyukurinya.Dua manusia yang tidak sempurna akan bersatu jiwa raga dan menyatukan visi yang sama. Sama seperti Wisnu dan Raras, mereka berbeda, dari segi apapun mereka jauh berbeda, namun kekuatan tekad dan kerelaan mereka mencintai setiap yang dianggap tak sempurna, menjadikan cinta mereka tercipta.Raras masih fokus pada dengan pisau cukur di tangannya, membersihkan setiap bulu liar yang tumbuh subur diwajah Wisnu. Tidak berapa lama, wajah itu kembali bersih seperti dulu, walaupun pipinya tirus dan mata yang cekung, tak se
Raras mengusap rambut hitam milik Wisnu, suaminya itu tertidur lelap setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dokter. Dia masih saja muntah-muntah, padahal dokter menjelaskan tidak ada masalah di lambungnya, lambungnya sehat dan tidak ada penyakit mag sedikitpun.Hasil labor sudah keluar, tidak ada virus apa pun yang menyerang suaminya. Dia hanya Anemia karena kurang tidur dan kurang istirahat. Dokter mengatakan bahwa sore nanti suaminya itu sudah boleh pulang karena tidak memiliki penyakit yang berbahaya. Sekarang Wisnu diberi suntikan dan asupan makanan dari infus biar dia lebih bertenaga, dokter tidak bisa menganalisa secara medis kenapa suaminya itu terus muntah. Lamunan Raras dikejutkan oleh mbak Harti, wanita ramah yang sangat menyayangi Wisnu seperti adiknya sendiri."Bagaimana kata dokter, Ras?""Tidak ada masalah apapun, mbak. Lambungnya sehat, dia cuma anemia dan kurang tidur."Mbak Harti diam mencoba menganalisa, wanita di sampingnya adalah wanita modrn yang takkan percay
Sesuai dengan janjinya, Raras membawa Wisnu ikut dengannya ke rumahnya di kota. Suaminya itu menikmati setiap waktu, memandang jalan dengan sumringah serta mata berbinar-binar. Raras hanya ingin memastikan ayahnya baik-baik saja, selebihnya dia tidak peduli."Apa kau lelah? Biar aku yang menyetir." Tawaran Wisnu dibalas dengan senyuman sambil berkata."Kau belum pulih betul, untuk saat ini cukup kau duduk manis saja.""Baiklah, ternyata rumahmu jauh ya, Ras. Padahal kita sudah berkendara selama tiga jam, aku tak habis fikir saat kau pulang mengendarai mobil dimalam buta," kata Wisnu."Sudah biasa ," jawab Raras singkat."Siapa saja, Ras? yang ada dirumahmu?" Tanya Wisnu."Ada ayah, kau sudah mengenalnya, sebenarnya ayah adalah laki-laki yang baik, dia hanya tidak membuka mata lebih lebar sehingga menilai sesuatu secara tidak objektif.""Iya aku tau, Ras. Walaupun dulu ayahmu pernah menekanku namun aku bisa menilai sebenarnya dia laki -laki yang baik dan bertanggung jawab." Raras memu
Raras membuka pintu ruang kerja yang didesain secara apik dan mewah milik Divo. Wajahnya datar dan dingin. Laki-laki itu langsung menyingkirkan berkas yang berada di tangannya, mengalihkan perhatiannya dari tabel laporan keuangan kewajah cantik itu."Wow? Raras, aku sangat tersanjung melihat kau mendatangiku, tiga bulan menghilang dan datang tanpa diundang, kau memang penuh kejutan, Raras." Divo tertawa."Aku tak butuh basa-basimu, sekarang aku ingin tau semua kebenaran melalui mulutmu sendiri."Raras menatap lurus mata Divo, laki -laki playboy itu tersenyum sumringah tanpa dosa."Kebenaran yang mana? Aku tidak merasa berbohong kepadamu, kecuali pengakuan cintaku padamu."Raras mendecih dengan semua omongan tak penting Divo, mengeluarkan berkas di tangannya yang berhasil dianalisanya selama satu malam."Apa maksudmu berniat membeli perusahaan ibuku? Kau memang manusia sombong dan angkuh.""Santai, Ras! Hilangkan sikap ketusmu dengan dewa penyelamat di depanmu!" Divo semakin memancing