Dia berlari sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa yang menghalangi di depannya. Situasi yang sangat buruk, karena itu ia terus saja memacu kakinya, dengan kakinya telanjang, dia tidak peduli dengan semua luka yang sudah menggores kulitnya yang putih mulus.Yang perlu dia lakukan saat ini adalah selamat dari kejaran beberapa orang yang berniat menangkapnya, selama hidupnya, dia selalu berlari kesana kemari untuk menyelamatkan diri, bahkan tidak pernah menemukan kata yang bernama 'ketenangan'."Kejar!"Suara seruan itu begitu jelas terdengar dari belakang dan wanita itu tetap saja bersemangat memacu langkahnya menjauhi sumber suara."Wanita jahannam!" Makian itu terus saja menggema dan pria yang berjumlah sebanyak empat orang itu tidak menyerah, mereka tetap berlari menyusuri semak-semak belukar."Kita harus mendapatkan wanita sialan itu dan membawa dia ke hadapan Bos!" seru salah satu dari pria yang berpakaian serba hitam dengan tubuh yang sedikit pendek dari teman di sebelahnya.Wanit
Wajah yang amat cantik itu menatap datar lautan biru yang membentang luas di depannya. Waktu begitu cepat berlalu. Tepat tiga tahun sudah, kejadian itu, dia tetap sabar dalam menghadapi hidupnya. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam hatinya yang paling dalam dia tidak bisa menerima begitu saja akan takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan.Bukannya dia tidak mensyukuri apa yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Dia sangat beruntung memiliki suami seperti Wisnu. Yang memberinya limpahan kasih sayang yang tidak terhingga. Pria yang sempurna yang memiliki banyak pengorbanan untuk bisa bertahan di sisinya. Akan tetapi rasanya begitu aneh ketika dia kehilangan satu-satunya anaknya dia impikan selama ini."Ayo, Masuk! Matahari hampir tenggelam," kata seorang pria tampan di belakangnya yang menyentuh bahunya lembut. Wanita yang tidak lain adalah Raras itu menghela nafas panjang. Dia tetap saja seorang Raras yang cantik. Dia juga seorang Raras yang memiliki tekad yang kuat. Waktu tak memb
Pria itu masih segagah tiga tahun yang lalu. Wajahnya yang tampan dengan binar wibawa yang tinggi tidak bisa dilepaskan begitu saja walaupun waktu berlalu begitu cepat. Dia tetap seorang Wisnu yang memiliki kharisma yang tinggi. Memutuskan untuk hidup terpisah dari keluarga besarnya, membuat mereka mengerti akan arti dari kebersamaan yang penuh cinta.Pantai ini memberikan kehidupan yang baru bagi mereka. Di sini mereka bebas melakukan apa saja. Raras senang melakukan olahraga, wanita itu bahkan tidak akan pernah absen berenang di laut. Apalagi ketika sore hari. Sebagian besar waktunya digunakan untuk berenang dan berselancar.Karena terlalu sering ditempa matahari, kulit Wisnu menjadi kecoklatan dan mengkilat. Membuat dia terlihat jauh lebih gagah daripada biasanya. Siapa pun setuju, Wisnu adalah pria tampan, gagak dan sangat seksi.Wisnu mendongak. Ada beberapa kelapa muda yang akan menjadi sasarannya pada saat ini. Alam yang begitu kaya memang memanjakannya. Mereka membeli lahan in
"Bagaimana?" tanya Wisnu pada Raras dan wanita cantik itu menggeleng. "Dia sama sekali tidak mau membuka mulut. Bahkan setiap kali orang bertanya kepadanya, dia tidak merespon." "Kalau begitu, kita akan kesulitan untuk mengungkap identitasnya. Atau bisa jadi dia terkena amnesia, dilihat dari lukanya yang cukup parah."Raras mengangguk. Selama beberapa jam mendampingi wanita itu, Raras sama sekali tidak mendapatkan informasi. Bahkan ketika dia mengurus administrasi saat membawa wanita itu ke klinik yang berada di pulau ini."Bahkan ketika dokter menanyai dirinya, wanita itu sama sekali tidak merespon, dia hanya berdiam diri kaku seperti patung," kata Raras sambil mengangkat bahunya.Wisnu menggangguk. Pulau ini memang cukup terpencil dibandingkan dari kota besar, tetapi pulau ini menjadi tempat wisata yang selalu diincar oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Sebagai orang yang sudah tinggal beberapa tahun di pulau ini, Wisnu bisa membedakan, mana penduduk asli dan mana pendata
"Kau yakin, Raras? atas keputusanmu?' kata Wisnu sekali lagi kepada istrinya itu, bagaimana Raras mudah simpati kepada wanita asing yang bahkan tidak mereka kenal sebelumnya.Wanita cantik itu menggangguk dengan mantap."Aku bisa merasakan, bagaimana menjadi dirinya, terdampar ke tempat asing tanpa bisa kembali ke asalnya sendiri.""Tapi aku rasa, mempercayakan dia begitu cepat adalah tindakan yang gegabah, Raras."Raras tetap saja pada pendiriannya, kemudian dia mendekati Wisnu dan mengusap lengan kekar pria itu sekilas sambil meyakinkan."Aku kasihan dengannya, aku mohon, kita mungkin bisa membantunya dengan memberi dia pekerjaan, lagi pula, kita memang membutuhkan karyawan karena kewalahan melayani para pelanggan di cafe kita." Raras tetap saja gigih."Aku setuju kamu memperkerjakannya, tapi untuk tinggal bersama dalam satu atap adalah ide yang sangat tidak bagus." Pendengar itu wajah Raras sedikit cemberut."Aku butuh teman, Wisnu. Please!""Tetap saja tidak boleh percaya begitu
Brak! "Temukan jalang itu, apa pun caranya!" perintah pria yang diperkirakan berumur awal empat puluhan itu pada dua pria yang sedang menghadap ke arahnya.Wajah pria tersebut amat murka, dia merasa tengah dipermainkan. Wanita yang telah diperlakukan seperti ratu, dia dia tetap saja bersikap seperti buronan. Dia telah mengorbankan banyak hal untuk wanita keras kepala itu, tapi wanita sama sekali tidak pernah menghargai apa yang dia lakukan. Dia tetap saja pergi meninggalkan rumah. ***Dua bulan yang lalu "Tidak, aku tidak akan pernah menyetujui pernikahan ini!""Tapi keluarga kita sudah sepakat!" sahut si pria dengan nada mulai meninggi, kesabarannya habis."Kesepakatan apa? Aku sama sekali tidak pernah punya keluarga, dan kau sama sekali tidak bisa memaksakan kehendakmu kepadaku!" ujar wanita itu dengan tatapan murka, wanita yang berhati dingin dengan wajah yang beku, tapi begitu menawan dan tetap saja cantik dengan cara yang berbeda. Bahkan tanpa senyum."Kau tidak bisa menolak
"Apakah rasanya enak?" tanya Raras begitu antusias kepada wanita yang mengaku bernama Mega itu. Tentu saja Raras akan membanggakan makanan itu di depan wanita asing yang baru dikenalnya selama sepuluh hari.Mega mengangguk dan tersenyum tipis."Rasanya sungguh sangat luar biasa.""Aku sudah menduga, kau akan menjawab seperti itu," kata Raras kepada Mega. "Apa kau tahu? bahwa sarapan bubur udang ini dibuat oleh suamiku dengan penuh cinta?""Jangan berlebihan, Raras," kata Wisnu yang mulai tidak enak dengan Raras yang selalu membanggakannya di depan wanita itu.Mega sejenak melirik Wisnu yang terlihat tidak peduli dengan dirinya. Selama beberapa hari tinggal bersama, Wisnu sama sekali tidak memberikan dia kesempatan untuk mendekatinya."Ini pertama kalinya aku memakan bubur udang di pagi hari, rasanya sangat spesial," kata Mega jujur.Sejujurnya, bukan itu yang membuat dia iri, ketika dia baru selesai mandi tadi, dia sempat melihat bagaimana mesranya Wisnu dan Raras di dapur, dia terli
"Kau yakin akan meninggalkanku di sini, Raras?" tanya Wisnu berulang kali kepada Raras, ini adalah pertanyaan ke sekian yang diajukan oleh pria itu kepada Raras. Memang, mengunjungi rumahnya di Jakarta, selalu rutin dilakukan Raras, sekali enam bulan Raras takkan absen mengunjungi ayahnya, karena ayah sudah sepuh dan sering sakit."Apa kau ingin ikut?" tanya Raras pada Wisnu, melihat keraguan wajah pria itu, membuat Raras merasa geli. Padahal Wisnu sudah terbiasa ditinggalkan sendiri. Bagaimanapun, tempat wisata yang eksotik itu cukup ramai, sangat sayang rasanya ketika kafe mereka tutup. Mereka pun tidak bisa tidak memiliki karyawan yang bisa dipercaya. Mega tak bisa apa-apa selain bersih-bersih."Kau tahu sendiri, aku tidak bisa meninggalkan kafe kita," sahut Wisnu.Raras kemudian memangku tangannya sambil memicingkan matanya."Ada dua cara. Pertama, aku tetap pergi dan kau ikut.""Itu tidak mungkin." "Kedua, aku batal pergi. Dan itu tak mungkin bagiku.""Ras ....""Sudahlah, apa y