Share

Informasi

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-19 18:44:43

Baskoro membaca semua artikel yang memuat tentang keluarga Abraham Wijaya. Menelusuri barangkali ada jejak pemberitaan yang menjelaskan dimana Intan selama ini. Baskoro mendapatkan bahwa selama ini Intan pindah sekolah di salah satu universitas Australia. Tidak disebutkan masalah pribadinya kecuali Intan pernah dikabarkan menikah dengan seorang pria anonim dan menjadi janda tanpa anak. Semua berita berkutat tentang itu itu saja.

Baskoro belum merasa puas dengan hasil penggalian informasi itu. Lalu dia menelfon Zaki  yang kebetulan salah satu staff  di gedung Intan bekerja, dia adalah salah seorang teman yang kebetulan sering bertemu di rumah kontrakan di Jakarta dan ternyata mereka bertetangga. 

"Tumben menelfon?" heran karena tiba-tiba Baskoro menghubungi di tempat kerja.

"Iya, bisakah kita ketemuan waktu makan siang?" 

"Tentu saja bisa, ada apa sebenarnya?"

"Hmmm, saya butuh sedikit informasi,"

Zaki menyanggupi mereka bertemu disebuah kantin disekitar tempat kerjanya.

"Ada apa sebenarnya, sepertinya masalah penting?" Zaki melihat wajah Baskoro yang tampak antusias.

"Informasi ini sebenarnya sangat pribadi!"

"Tentang siapa?"

"Tentang Intan Wijaya,"

"Ooh bos baru kami? Ada apa? Kamu menyukainya?"

" Siapa mantan suaminya?" 

"Apa ? Mantan suaminya?" Zaki menggaruk kepalanya. "Iya ya... kalau yang aku dengar mantan suami itu cuma berita yang dibuat-buat oleh wartawan. Tapi kebenarannya aku gak tahu pasti,"

"Tapi kemarin aku melihat foto bos bersama dengan seorang anak kecil. Apakah itu anaknya?" Baskoro memasang umpan.

Zaki mengingat-ingat  semua yang ada diruangan Intan, bahkan kemarin siang Zaki ada disana. Tapi tak melihat apapun. Zaki yakin tak melihat foto apapun disana. Yang ada hanya lukisan-lukisan bertema konstruksi. Zaki menggeleng.

"Suami saja tidak punya, apalagi anak? Gila kali ya?!"

Baskoro jelas melihat foto itu. Mungkinkah Zaki tidak mengingatnya. Baskoro semakin penasaran.

###

Intan berjalan menuju tempat parkir perusahaan. Dia meminta Mila sekertarisnya menemaninya ke sebuah pertemuan di Swalayan Wijaya.

Seperti biasa Pak Joko membukakan pintu mobilnya untuk mereka dan mengantar ke kantor Swalayan Wijaya.

Sengaja Intan mengambil waktu di sore hari agar tidak bertabrakan dengan jadwalnya diperusahaan. Mereka akan membahas tatanan ulang departemen store dan renovasi gedung.

Derap langkah sepatu heels menyusuri lantai marmer kedalam swalayan itu. Pengunjung cukup ramai sore ini, menunjukkan Swalayan Wijaya cukup punya banyak pelanggan. Intan mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut ruangan. Memikirkan perombakan apa yang diperlukan. Hingga matanya tertuju pada satu titik.

"Dia ?" gumamnya. Mila mencari sudut pandangan Intan. Lengkung senyum terukir di bibir atasannya itu.

"Siapa Bu?" Mila memberanikan diri untuk bertanya.

"Ah tidak! Oh ya, tolong bawa dulu berkas ini ke atas. Saya akan ke toilet dulu!"

"Tapi Bu..."

"Ya?" Mata Intan mencari kemana perginya sosok tadi, dia menghilang.

"Rapat akan dimulai lima menit lagi..."

"Mila... saya ke toilet, haruskah saya tahan?"

"Ma- maaf Bu... baiklah." Mila bergegas menuju lantai tiga. Mila tak lagi berani berkata-kata.

Intan menyusuri tempat dimana dia melihat Baskoro. Melangkah diantara para pengunjung dan mencari kemana perginya pria itu.

"Anda mencari saya Nona Wijaya?" Suara berat itu mengejutkan Intan. "Anda mencari saya bukan?" Baskoro menatap Intan.

"Aap apa maksudmu? Saya hanya sedang melihat-lihat saja!" Intan gelagapan karena tertangkap basah.

Baskoro tersenyum kecut. 

"Tapi Nona Wijaya,  anda tadi seperti pencuri." Baskoro mendekatkan bibirnya tepat ditelinga Intan. Intan bergidik dengan nafas Baskoro yang terhembus ditelinganya, belum lagi brewok lebatnya itu sempat menyerempet pipinya. 

Intan mundur selangkah hingga terhimpit dengan pakaian-pakaian yang tergantung disitu. Syukurlah tempat itu tersembunyi sehingga tak seorangpun melihatnya.

Baskoro makin menghimpit Intan.

"Hentikan !" Intan mendorong dada bidang Baskoro. "Banyak kamera pengawas disini. Hentikan Baskoro!" Tapi tak berhasil.

"Kenapa? Saya sedang berusaha mengingat Anda bahwa wanita kaya raya ini pernah jadi istriku ." Baskoro berbisik dengan nada yang sangat seksi "Saya bahkan hampir saja melupakannya." Jantung intan serasa melompat keluar karena debaran hebat di dadanya. Merasakan ruang yang terkungkung oleh tubuh kekar itu setelah sekian lama.

"Hentikan!" Intan mendorong sekuat tenaga. Intimidasi Baskoro benar-benar membuatnya kepanasan. Senyum Baskoro seperti mengejek Intan. Intan hanya menatapnya dan tak bisa mengatakan apapun. 

Drrrt Drrrt

Sebuah panggilan masuk. Intan merogoh saku blazer yang dikenakannya. Terlihat icon panggilan dengan profil seorang anak kecil dilayar handphone miliknya. Baskoro melihatnya hanya sekilas.

"Baiklah, saya akan segera ke atas." Intan berbicara dengan sekertarisnya yang memberi tahukan bahwa peserta rapat telah lama menunggu.

Intan menatap tajam Baskoro.

"Dengar! Aku hanya ingin mengatakan ucapan selamat kepadamu. Aku tidak sempat mengatakannya kepadamu waktu itu. Selamat berbahagia Bapak Baskoro!" Intan mengucapkan kalimat itu setengah berteriak dengan nada sinis. 

##

Apa yang dilakukannya di Swalayan tadi membuatnya gelisah. Beberapa kali Baskoro berusaha memejamkan mata tapi tak juga bisa tidur. Yang terbayang di pelupuk matanya hanya wajah Intan yang menatapnya.

Dengan jarak yang ia buat sendiri dia bahkan merasa tidak akan terpedaya dengan mantan istrinya itu. Intimidasi yang dilakukannya seperti magnet yang semakin menarik dirinya untuk terus mengungkung lebih dekat dan lebih lagi. 

Baskoro mencium aroma lavender dileher Intan. Juga Aroma mint dirambutnya. Aroma yang sama sejak lima tahun lalu. Aroma favoritnya.  Hanya warna rambutnya yang berubah. Gelombang rambut itu saja masih sama dengan yang dulu. Wajah itu lebih dewasa dan seksi dan memancarkan pesona yang menaklukkan.

Ia berdiri dan membuka jendela rumah kontrakan itu. Menghirup udara malam yang dingin. Hujan baru saja mengguyur kota Jakarta, dan itu cukup membuat udara menjadi lebih sejuk.

"Dengar! Aku hanya ingin mengatakan ucapan selamat kepadamu. Aku tidak sempat mengatakannya kepadamu waktu itu. Selamat berbahagia Bapak Baskoro!" 

Ucapan Intan terngiang dikepalanya.

"Selamat berbahagia katanya? Bahh!" Baskoro meludah keluar jendela.

"Aku bahkan tak pernah merasakan bahagia semenjak kau hancurkan perasaanku!" tangan Baskoro mengepal kuat.

"Bagaimana denganmu?" bibir Baskoro merapat. Menahan perih yang tiba-tiba melintas di dadanya.

"Apakah kamu bahagia?" wajah itu memandang lurus ke arah gelap. Menangkap hembusan angin malam yang menerpanya. Dia berbicara seolah Intan berada dibalik kegelapan disana.

"Katakan padaku, bagaimana setelah kau meninggalkanku?" Baskoro terus mencengkram kusen lebar dibawahnya.

"Siapa dia? Apakah dia lebih kamu cintai?"

"Tidak! Aku pasti tidak akan membiarkan kamu bahagia! Kamu dan Abraham, kamu harus menanggung apa yang kurasakan selama lima tahun ini!"

Terpancar kemarahan di matanya, kemarahan yang dipenuhi rasa sakit. Tubuhnya merosot kelantai. Kepalan tangannya menghantam bumi. Semua yang melihatnya akan tahu betapa sakitnya dia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Istri   TAMAT

    Kebahagiaan semakin mewarnai mansion Abraham. Baik Intan dan juga Baskoro menjalani kehidupan rutinitas mereka dengan baik dan bahagia.Begitu juga Abraham yang menikmati hari hari masa tuanya bersama Anita. Rumor tentang pelakor pada Anita sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Itu semua berkat Intan yang selalu membungkam mulut orang jahat yang berusaha merendahkan ibu tirinya."Untuk apa membahas masa lalu? Dia sekarang dah menjadi ibuku yang berarti menggantikan posisi ibu kandungku. Jadi, dia adalah ibuku yang sebenarnya," ujarnya membantah omongan miring beberapa kerabat yang tidak menyukai keberadaan Anita di sisi Abraham.Dan Indra juga menjalani hidupnya dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah iapun berangkat ke Boston untuk bersekolah sekaligus berlatih dengan pelatih Basket yang berpengalaman. Ia sudah melupakan Melissa yang kini sudah menikah dengan dokter Yusac. Ia merasa bahwa itulah yang terbaik untuk mereka sehingga tak ada penyesalan sedikitpun dengan jalan yang mere

  • Mantan Istri   Jajanan

    Seluruh penghuni mansion dikejutkan dengan penampilan Bastian yang sedikit aneh, lucu tapi memprihatinkan.Mereka heboh dengan ekspresi yang bermacam-macam.Ada yang tertawa, khawatir dan malah gemas. Tidak kalah hebohnya adalah kakek Abraham dan juga Neneknya yang menatapnya prihatin."Ingat kata nenek, jangan suka bermain di tempat yang banyak lebahnya. Lihatlah, dia kira ini sarang lebah sehingga salah bertengger?" cicitnya sambil menatap prihatin pada cucunya.Bastian tak bisa menyangkal karena tidak bisa menggerakkan bibirnya melainkan akan terasa sangat nyeri. Begitu juga para maid yang prihatin."Aduuh, pasti sakit sekali. Bastian, apa kamu pernah mengejek seseorang sehingga mendapatkan balasan seperti ini?" tanya salah seorang maid yang sering Bastian panggil dengan nama maid Cerewet. Ingin rasanya Bastian menjawab ucapan mereka dengan sangat marah dan kesal, sayang sekali ia hanya bisa diam tak berdaya.Meskipun sudah diobati, efek bengkak tersebut tidak hilang begitu saja.

  • Mantan Istri   Sulit Menangis

    Meskipun kepulangan Baskoro ke kampung halamannya menyisakan kesedihan. Setidaknya segala misteri wasiat orang tuanya sungguh terungkap. Baskoro merasa ayah Waluyo sangat memperhatikan hidupnya. Dia tahu bahwa Baskoro tidak pernah menyukai Wulan sehingga ia membiarkan Baskoro menjalani pilihannya."Kau tak menyesal menikah denganku setelah tahu menikahi Wulan adalah wasiat orang tuamu?" tanya Intan saat mereka menghabiskan waktu di taman belakang rumahnya."Kenapa memangnya? Apa kau yang mulai menyesal sekarang?""Tidak, aku hanya ingin tahu isi hatimu.""Kenapa? Pahami dulu isi hatimu baru ingin tahu isi hati orang lain. Atau bilang saja kau ini sedang cemburu."Intan menyebik. Selalu saja itu alasan yang Baskoro lontarkan kalau dia ingin mendengar isi hatinya."Huft, untuk apa aku harus cemburu.""Kenapa? Apa salah dengan kecemburuan?" goda Baskoro dengan lembut mengatakannya.Wajah Intan bersemu merah. Bagaimana juga ia memang sangat cemburu kalau sudah berkaitan dengan kehidupan p

  • Mantan Istri   Surat Wasiat

    Baskoro, Intan dan juga Waluyo duduk berputar mengelilingi Ayah Waluyo. Meskipun masih sangat lemah, ayah Waluyo terlihat bisa mendengar dan melihat siapa yang ada di ruangan tersebut. Seakan ingin mengatakan sesuatu, ia juga menggerakkan tangannya untuk memanggil Baskoro."Iya ayah, ayah memanggilku bukan?" katanya dan menggenggam erat tangan pria tua itu dan mendekatkan kepalanya dekat pria itu.Ayah Waluyo seperti hendak mengatakan sesuatu kepadanya."Ayah... aku mendengarnya," pelan Baskoro."Baskoro..." Tiba-tiba ayah Waluyo bisa berbicara. "Aku sungguh meminta maaf kepadamu.""Jangan bilang begitu Ayah, akulah yang seharusnya meminta maaf kepadamu, Ayah.""Ambillah surat wasiat itu..." lirihnya lagi. Baskoro mengernyit, ia tak mengerti surat wasiat apa yang sebenarnya Ayah Waluyo katakan."Di atap rumahku.." dan tiba-tiba saja ayah Waluyo seperti sesak napas sehingga membuat Baskoro ketakutan."Ayah...ah,.Waluyo... bagaimana ini?" Baskoro kebingungan bukan main dan ia hanya men

  • Mantan Istri   Sadar

    Sesampainya di rumah Waluyo, mereka berdua mendapatkan rumah dalam keadaan sangat sepi. Lalu mereka menuju peternakan sapi yang Waluyo kelola. Di sana mereka bertemu dengan seorang pegawai pembersih kandang yang sedang bekerja.Terlihat pria itu menatap kehadiran mereka berdua dan menyapanya."Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Apakah membutuhkan sapi untuk di beli?" ujarnya dengan tersenyum ramah.Baskoro mengulurkan tangannya."Tidak, Pak. Tujuan saya datang kesini adalah untuk mencari Mas Waluyo. Tapi kelihatannya rumahnya kosong ya Pak?""Oh, sedang mencari Mas Waluyo. Apa bapak tidak tahu kalau Mas Waluyo sudah lama nggak tidur di rumah Pak?"Baskoro terkejut. Tentu saja ia tidak tahu kalau Waluyo tidak memberi tahu."Tidak, Pak. Hanya saja kenapa Mas Waluyo tidak pulang ke rumah? Sebab sebenarnya saya bertemu belum lama ini, tapi Mas Waluyo tidak cerita apa apa.""Oh, jadi begini, Mas. Sebenarnya Mas Waluyo sudah dua bulanan merawat ayahnya yang sedang koma di rumah sa

  • Mantan Istri   Jalan Kenangan

    Musim semi telah berakhir, mereka telah menyelesaikan suatu waktu yang indah bersama di Vila tersebut. Mereka akan segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan. Seperti biasa, perjalanan dengan jet pribadi bukanlah apa apa buat keluarga Abraham. Dan dengan segera mereka sudah tiba di Jakarta."Masih satu hal lagi yang belum kita tunaikan," kata Baskoro saat mereka telah sampai rumah."Ehmm aku tahu, kau pasti ingin ke desa dan bertemu Ayah Waluyo.""Benar, ada firasat tidak enak di dalam hati ini. Akan tetapi aku berharap tidak ada apa apa.""Baiklah, setelah kita beristirahat kita bisa ke desa dalam beberapa hari ke depan."Baskoro menggenggam tangan Intan, menghadap kan tubuh Intan kepadanya. Lalu dengan lembut ia menyelipkan anak rambut Intan ke belakang telinga dengan perlahan."Kalau kau lelah, aku bisa pergi sendiri. Ini hanya mengunjungi ayah Waluyo, aku sungguh mendapatkan mimpi buruk dalam beberapa hari ini.""Tidak, Bas. Aku tidak mungkin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status