Share

Rahasia

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-15 15:03:55

Kesibukan Jakarta membuatnya lebih memberikan kekuatan. Karena ia harus berpacu dengan semua pekerjaan yang tiada henti. Hal itu membuatnya sedikit melupakan kekecewaan yang ia alami .

Ia kecewa karena Baskoro telah melupakannya, Ia kecewa karena dahulu Baskoro menuruti saja selembar kertas yang menyatakan mereka bercerai.

Seharusnya Baskoro tidak harus benar-benar menceraikannya karena itu hanya palsu belaka. Ini sungguh membuatnya kecewa karena ternyata sekarang dia hanya mantan baginya.

Sayangnya Intan belum sempat menunjukkan kartu yang tersembunyi itu. Bastian adalah kartu yang belum ia buka di hadapan Baskoro. Tapi karena pernikahannya itu, Intan tidak siap membuat kekacauan.

Intan mengecek berkas-berkas pembangunan jalan yang ada di ruas jalan Merah putih. Karena proyek tahap pertama telah selesai dilakukan. Sejauh ini pekerjaan itu  ditangani Multi Projects Maintenance, sebuah sub kontraktor yang dipercaya Wijaya Group. Intan merasa harus meninjau proyek itu karena bahan baku yang digunakan adalah produk adhesive yang kurang bagus. Ia tidak ingin untuk proyek kedua mereka menggunakan bahan itu lagi. Intan meminta sekertarisnya menyiapkan pakaian untuk ke lapangan dan juga peta pembangunan serta beberapa berkas bahan bakunya.

Proyek itu tidak terlalu jauh dari gedung Wijaya Group, tetapi tidak bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan rambut terikat dan topi yang melindunginya dari terik, Intan berjalan bersama beberapa pegawai perusahaannya dan melihat hasil pekerjaan MPM itu. 

" Saya ingin bertemu penanggung jawabnya Pak!"Intan bertanya kepada salah seorang pegawai MPM. Pegawai itu tergopoh menunjukkan jalan menuju kantor proyek .

"Silahkan Ibu, beliau ada disana." Jelasnya sambil memberi isyarat tangan ke suatu arah. Intan mengikuti saran bapak tadi menuju seorang pria yang sedang disibukkan dengan beberapa lembar kertas dimeja kerjanya. Tapi intan sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Itu sungguh sosok seorang pria yang mengintimidasi dirinya tempo hari.

Hampir saja Ia berlari dan ingin meninggalkan tempat itu.

Tapi siapakah dia ?

Apa yang terjadi kalau ia lari karena seorang pria? Itu tak mungkin Ia lalukan. Tenanglah Intan!!

Intan bergidik. Kakinya terseok karena batu yang ia injak cukup besar. Ah... membuatnya semakin ciut. Tapi aku harus tenang. Tak ada sesuatu pun antara dirinya dengan pria itu.

"Selamat siang, kami dari pusat Pak!" Sekertaris Intan menyapa pria itu.

Setengah terkejut dengan kedatangan mereka Baskoro berdiri menyalami mereka. Pada saat itulah tangan Baskoro menyalami Intan dan membuatnya terperangah sesaat setelah beradu pandang.

Dengan keramahan yang dibuat-buat Baskoro mempersilahkan rombongan Intan untuk duduk di aula tamu. Aula itu hanya berukuran dua kali tiga meter persegi. Kursi plastik mengitari sebuah meja rendah. Sepertinya ruangan itu dipakai untuk rapat lapangan.

Mau tak mau Intan harus duduk lebih dekat dengan Baskoro. 

"Mohon maaf, saya akan melihat elemen yang digunakan untuk membuat adukan injeksi beton ini!" Intan menjaga sikapnya sedemikian rupa seakan tak ada sesuatu pun diantara dia dan pria dihadapannya.

Intan tidak tahu pasti apakah sikap itu benar. Tapi sebagai pimpinan, Intan tak harus terlihat membawa masalah pribadi bukan? Siapa yang tahu diantara mereka ada sesuatu?

Baskoro mengambil beberapa bundel data yang diperlukan dan meletakkannya di hadapan Intan. Intan sibuk dengan meneliti aplikasi bahan itu. Sementara Baskoro sesekali melirik wanita di hadapannya itu.

Beberapa hari yang lalu, wanita ini menangis dan menghiba seakan matanya terbuat dari kran air. Dan sekarang dia bahkan lebih berwibawa dari seekor singa. Memang wanita ini sangat pandai bersandiwara. Jantung Baskoro seakan meletup letup tak bisa diprediksi, dia terus melambung.

"Kinerja yang sangat buruk!" suara CEO Wijaya Group menggema di ruangan sempit itu. Intan mencoret beberapa bagian yang dirasa perlu.

"Meskipun proyek ini tidak terlalu besar, setidaknya Anda berkomitmen untuk memakai bahan baku yang standar. Dan ini adalah aplikasi yang saya sarankan!" Intan sedikit membanting berkas itu di hadapan Baskoro. Tentu saja apa yang membuatnya melambung tadi terhempas sekaligus.

"Tolong setelah memperbaikinya serahkan langsung ke kantor pusat untuk surat rekomendasi. Dan jangan lupa untuk menyerahkannya sendiri!"

Intan mengakhiri pertemuan mereka dan pergi bersama rombongannya.

Sesaat Baskoro melihat coretan Intan sambil menunggu mereka semua keluar ruangan. Baskoro berdiri dan menendangi kursi kursi plastik itu.

"Brraakk!"

"Dasar Singa betina!" Baskoro sangat murka. Bagaimana tidak, Intan sengaja mempermalukan dirinya dihadapan para pegawainya yang ada diruang rapat itu.

Belum puas kakinya menghantam kursi, dia membuang berkas berkas-berkas di atas meja hingga berserakan.

Sementara Intan telah keluar bersama karyawannya, lalu iapun duduk didalam mobil sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Kali ini aku akan membuatmu datang menemuiku, kamu akan tahu apa yang sebenarnya terjadi."  Intan membatin.

Pertemuan yang tak pernah Intan sangka-sangkaa bahkan datang tanpa diminta? Bukankah itu takdir?

####

Baskoro menemui Intan dikantornya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kemarin. Sedikit gugup memang. Tapi dia sudah mempersiapkan diri sepenuhnya untuk bersikap wajar.

Gedung 25 lantai itu tidaklah terlalu menjulang. Tapi untuk ukuran kantor property dan bukan hotel tentu itu sangat luar biasa. Usaha kontruksi Wijaya Group memang tergolong sukses dan selalu memegang tender-tender besar di Jakarta.

Seorang customer servis membawanya kelantai tiga. Sepertinya sudah ada catatan untuk nya karena sangat mudah baginya untuk menemui pimpinan mereka.

Baskoro mengetuk pintu.

"Masuk!" Terdengar suara dari dalam. Baskoro melangkah kedalam dengan tentang.

"Silahkan duduk!" Baskoro menuruti perintah wanita itu dan duduk dihadapannya.

Dengan segera Baskoro menyerahkan berkas yang kemarin diminta Intan. Dan Intan melihat berkas itu satu persatu.

Selagi Intan memeriksa berkas miliknya Baskoro mengitari ruangan yang artistik itu. Ruangan yang cukup bagus dan estetis. Lukisan lukisan dengan tema konstruksi menghiasi ruangan itu. Beberapa pot tanaman hias tertata di sisi dinding kaca. Tapi ada pemandangan yang membuatnya penasaran yaitu sebuah bingkai foto yang berisikan beberapa foto.

Foto itu dengan pemandangan latar belakang pohon Pinus yang bersalju, jelas tidak mungkin diambil di Indonesia. Kemungkinan besar di ambil di Australia. Beberapa Foto menampilkan Intan bersama seorang anak kecil berusia sekitar empat atau lima tahun sedang berpose sangat bahagia.

Karena penasaran Baskoro melangkah mendekati foto tersebut. Semakin lama melihatnya Baskoro seakan melihat dirinya semasa kecilnya. Manik mata coklat gelap dengan rambut ikal itu sangat mirip dengan dirinya. Meskipun ia juga tertarik dengan pose-pose Intan, tapi senyum bocah itu lebih menyita perhatiannya.

"Siapa bocah ini?" Baskoro bergumam. Dengan keheningan diruang itu tentu saja suara itu cukup nyaring. Intan hanya melirik.

"Maaf Bapak Baskoro, berkas sudah selesai saya periksa dan rekomendasi pengambilan bahan di gudang sudah saya tanda tangani. Silahkan bapak ambil dan maaf saya akan segera ada rapat pagi ini..." 

"Bahkan mengusirku?" Baskoro berbicara pada dirinya sendiri. Ia seakan salah tingkah.. 

"Apa peduliku?!" omelnya.

Intan melihat gelagat Baskoro yang ingin tahu. Baskoro melihat Bastian. Dia telah melihat darah dagingnya tanpa ia sadari? Intan tersenyum.

Tidak! Mana mungkin Intan berani memajang foto Bastian di gedung itu? Bastian adalah rahasia terbesar dalam hidupnya. Semata-mata karena ia ingin Baskoro melihatnya. Dan Intan berhasil. Baskoro bahkan bertanya siapa bocah lucu itu. Intan termenung, apa lagi yang harus ia lakukan kalau Baskoro ternyata tak perduli dengan Foto itu ?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Istri   TAMAT

    Kebahagiaan semakin mewarnai mansion Abraham. Baik Intan dan juga Baskoro menjalani kehidupan rutinitas mereka dengan baik dan bahagia.Begitu juga Abraham yang menikmati hari hari masa tuanya bersama Anita. Rumor tentang pelakor pada Anita sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Itu semua berkat Intan yang selalu membungkam mulut orang jahat yang berusaha merendahkan ibu tirinya."Untuk apa membahas masa lalu? Dia sekarang dah menjadi ibuku yang berarti menggantikan posisi ibu kandungku. Jadi, dia adalah ibuku yang sebenarnya," ujarnya membantah omongan miring beberapa kerabat yang tidak menyukai keberadaan Anita di sisi Abraham.Dan Indra juga menjalani hidupnya dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah iapun berangkat ke Boston untuk bersekolah sekaligus berlatih dengan pelatih Basket yang berpengalaman. Ia sudah melupakan Melissa yang kini sudah menikah dengan dokter Yusac. Ia merasa bahwa itulah yang terbaik untuk mereka sehingga tak ada penyesalan sedikitpun dengan jalan yang mere

  • Mantan Istri   Jajanan

    Seluruh penghuni mansion dikejutkan dengan penampilan Bastian yang sedikit aneh, lucu tapi memprihatinkan.Mereka heboh dengan ekspresi yang bermacam-macam.Ada yang tertawa, khawatir dan malah gemas. Tidak kalah hebohnya adalah kakek Abraham dan juga Neneknya yang menatapnya prihatin."Ingat kata nenek, jangan suka bermain di tempat yang banyak lebahnya. Lihatlah, dia kira ini sarang lebah sehingga salah bertengger?" cicitnya sambil menatap prihatin pada cucunya.Bastian tak bisa menyangkal karena tidak bisa menggerakkan bibirnya melainkan akan terasa sangat nyeri. Begitu juga para maid yang prihatin."Aduuh, pasti sakit sekali. Bastian, apa kamu pernah mengejek seseorang sehingga mendapatkan balasan seperti ini?" tanya salah seorang maid yang sering Bastian panggil dengan nama maid Cerewet. Ingin rasanya Bastian menjawab ucapan mereka dengan sangat marah dan kesal, sayang sekali ia hanya bisa diam tak berdaya.Meskipun sudah diobati, efek bengkak tersebut tidak hilang begitu saja.

  • Mantan Istri   Sulit Menangis

    Meskipun kepulangan Baskoro ke kampung halamannya menyisakan kesedihan. Setidaknya segala misteri wasiat orang tuanya sungguh terungkap. Baskoro merasa ayah Waluyo sangat memperhatikan hidupnya. Dia tahu bahwa Baskoro tidak pernah menyukai Wulan sehingga ia membiarkan Baskoro menjalani pilihannya."Kau tak menyesal menikah denganku setelah tahu menikahi Wulan adalah wasiat orang tuamu?" tanya Intan saat mereka menghabiskan waktu di taman belakang rumahnya."Kenapa memangnya? Apa kau yang mulai menyesal sekarang?""Tidak, aku hanya ingin tahu isi hatimu.""Kenapa? Pahami dulu isi hatimu baru ingin tahu isi hati orang lain. Atau bilang saja kau ini sedang cemburu."Intan menyebik. Selalu saja itu alasan yang Baskoro lontarkan kalau dia ingin mendengar isi hatinya."Huft, untuk apa aku harus cemburu.""Kenapa? Apa salah dengan kecemburuan?" goda Baskoro dengan lembut mengatakannya.Wajah Intan bersemu merah. Bagaimana juga ia memang sangat cemburu kalau sudah berkaitan dengan kehidupan p

  • Mantan Istri   Surat Wasiat

    Baskoro, Intan dan juga Waluyo duduk berputar mengelilingi Ayah Waluyo. Meskipun masih sangat lemah, ayah Waluyo terlihat bisa mendengar dan melihat siapa yang ada di ruangan tersebut. Seakan ingin mengatakan sesuatu, ia juga menggerakkan tangannya untuk memanggil Baskoro."Iya ayah, ayah memanggilku bukan?" katanya dan menggenggam erat tangan pria tua itu dan mendekatkan kepalanya dekat pria itu.Ayah Waluyo seperti hendak mengatakan sesuatu kepadanya."Ayah... aku mendengarnya," pelan Baskoro."Baskoro..." Tiba-tiba ayah Waluyo bisa berbicara. "Aku sungguh meminta maaf kepadamu.""Jangan bilang begitu Ayah, akulah yang seharusnya meminta maaf kepadamu, Ayah.""Ambillah surat wasiat itu..." lirihnya lagi. Baskoro mengernyit, ia tak mengerti surat wasiat apa yang sebenarnya Ayah Waluyo katakan."Di atap rumahku.." dan tiba-tiba saja ayah Waluyo seperti sesak napas sehingga membuat Baskoro ketakutan."Ayah...ah,.Waluyo... bagaimana ini?" Baskoro kebingungan bukan main dan ia hanya men

  • Mantan Istri   Sadar

    Sesampainya di rumah Waluyo, mereka berdua mendapatkan rumah dalam keadaan sangat sepi. Lalu mereka menuju peternakan sapi yang Waluyo kelola. Di sana mereka bertemu dengan seorang pegawai pembersih kandang yang sedang bekerja.Terlihat pria itu menatap kehadiran mereka berdua dan menyapanya."Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Apakah membutuhkan sapi untuk di beli?" ujarnya dengan tersenyum ramah.Baskoro mengulurkan tangannya."Tidak, Pak. Tujuan saya datang kesini adalah untuk mencari Mas Waluyo. Tapi kelihatannya rumahnya kosong ya Pak?""Oh, sedang mencari Mas Waluyo. Apa bapak tidak tahu kalau Mas Waluyo sudah lama nggak tidur di rumah Pak?"Baskoro terkejut. Tentu saja ia tidak tahu kalau Waluyo tidak memberi tahu."Tidak, Pak. Hanya saja kenapa Mas Waluyo tidak pulang ke rumah? Sebab sebenarnya saya bertemu belum lama ini, tapi Mas Waluyo tidak cerita apa apa.""Oh, jadi begini, Mas. Sebenarnya Mas Waluyo sudah dua bulanan merawat ayahnya yang sedang koma di rumah sa

  • Mantan Istri   Jalan Kenangan

    Musim semi telah berakhir, mereka telah menyelesaikan suatu waktu yang indah bersama di Vila tersebut. Mereka akan segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan. Seperti biasa, perjalanan dengan jet pribadi bukanlah apa apa buat keluarga Abraham. Dan dengan segera mereka sudah tiba di Jakarta."Masih satu hal lagi yang belum kita tunaikan," kata Baskoro saat mereka telah sampai rumah."Ehmm aku tahu, kau pasti ingin ke desa dan bertemu Ayah Waluyo.""Benar, ada firasat tidak enak di dalam hati ini. Akan tetapi aku berharap tidak ada apa apa.""Baiklah, setelah kita beristirahat kita bisa ke desa dalam beberapa hari ke depan."Baskoro menggenggam tangan Intan, menghadap kan tubuh Intan kepadanya. Lalu dengan lembut ia menyelipkan anak rambut Intan ke belakang telinga dengan perlahan."Kalau kau lelah, aku bisa pergi sendiri. Ini hanya mengunjungi ayah Waluyo, aku sungguh mendapatkan mimpi buruk dalam beberapa hari ini.""Tidak, Bas. Aku tidak mungkin

  • Mantan Istri   Hidup dan Permainan

    Seorang wanita berkulit hitam datang terburu-buru. Wanita itu adalah Eleanor, kepala dapur Vila tersebut yang sudah pensiun karena usianya. Wanita itu tentu saja merindukan Intan. Setelah mendengar Intan akan datang, maka iapun bergegas menuju Vila dan ingin bertemu Intan."Eleanor?!" pekik Intan mendapati wanita itu datang tergesa dengan menangis haru."Kenapa lama sekali baru muncul? Bukankah kau berjanji untuk segera kembali ke Vila dan memperkenalkan suami yang sangatlah kau cintai itu? Aku sungguh sangat penasaran dan. berdoa tidak cepat mati sampai aku bisa menemui pria itu."Eleanor sangat berapi api mengungkapkan isi hatinya. Kenangan bersama Intan tidak bisa ia lupakan begitu saja. Kenangan saat mereka bersama sama menyembunyikan keadaan Intan yang sedang mengandung dengan berbagai macam cara.Saat itu, Intan terlihat sangat menyedihkan karena Abraham yang sangat keras kepala. Gadis itu tidak punya semangat hidup lagi saat Abraham memisahkan dirinya dengan kekasihnya. Kenyata

  • Mantan Istri   Pertanian

    Suasana musim semi membuat alam menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya. Baskoro berdecak kagum dengan pemandangan menghijau dan bersih di sekitarnya.Begitu juga Bastian yang bersenang senang dengan beberapa ekor tupai di sekitar halaman Vila tersebut.Perjalanan dengan jet pribadi tentunya membuat mereka tidak terlalu letih setelah tiba tadi malam, sehingga mereka bisa menikmati suasana pagi yang sejuk dan indah."Aku tak melihat banyak penduduk di sekitar sini," tanya Baskoro kemudian."Begitulah, Vila ini adalah vila tua kesayangan ibuku. Ayah tak pernah mau menjualnya karena tidak ingin melupakan ibuku. Semua maid di tempat ini merawat dengan baik semuanya secara turun temurun. Kebanyakan dari mereka adalah keluarga," terang Intan."Hmm, cuma bisa dilakukan orang kaya sepertimu.""Bas, kenapa kau selalu merasa miskin padahal kau tak kalah hebat dengan ayahku? Aku sedikit terluka.""Oh, maafkan aku. Masalah ini memang tidak bisa dipungkiri."Beberapa saat kemudian seseorang da

  • Mantan Istri   Naungan

    Pesta yang sangat meriah itu telah usai dengan baik. Berharap kebahagiaan sungguh mewarnai kehidupan Intan dan juga Baskoro. Rasa letih lelah dalam prosesi adalah bagian kebahagiaan tersendiri bagi mereka.Indra meregangkan otot-otot tubuhnya menatap para pekerja yang membongkar sisa sisa dekorasi yang belum selesai di bereskan. Meskipun hanya menonton, sensasi tegang dan capek tetap saja melandanya.Ayahnya Abraham menghampirinya. "Indra, apa kau sudah selesai bersantai?" tanya Ayahnya."Heh, Ayah, apa maksudnya? Sejak kapan aku bersantai?"Abraham tersenyum. Bukan alasan yang tepat sebenarnya, bahkan semenjak acara turnamen selesai, pekerjaan Indra cuma keluyuran dan tak ada kesibukan samasekali."Oke, oke. Tapi ini adalah sesuatu yang akan mengejutkanmu.""Apa itu, Ayah?""Seorang pelatih basket tingkat dunia berkeinginan untuk merekrutmu menjadi tim juniornya. Sepertinya hal ini akan menjadi peluang bagus untukmu."Indra tak langsung merasa senang, sebab ia tahu ayahnya tak menyu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status