Share

Episode 4

Malam ini begitu sunyi bagi Kasandra. Baru dua minggu berumah tangga suaminya harus pergi meninggalkan dirinya untuk mengurus pekerjaan. Rasa rindu menggayuti hati pengantin baru itu. Ciuman den pelukan Devano masih terasa begitu indah dalam angannya.

Untuk menghilangkan kejenuhan Kasandra bermaksud membuat segelas juice. Untuk itu ia segera melangkah menuju dapur dan langsung mencari buah-buahan didalam lemari es. Dengan segelas juice ditangan, Kasandra berjalan menuju taman.  Ia ingin bersantai disana untuk menghilangkan  suntuk pikiran.

Beberapa langkah dari taman itu Kasandra melihat Dendi sudah terlebih dahulu menghuni satu-satunya bangku panjang disana. Kasandra bermaksud mengurungkan niat dan membalikkan badan menuju arah lain.

“San..!!” Terdengar suara Dendi memanggilnya. Kasandra menoleh kebelakang dan melihat Dendi menatapnya dari bangku itu.

“Kamu pasti jenuh. Kesinilah kita ngobrol.” Panggil Dendi mengundang Kasandra datang.

Kasandra berfikir sejenak lalu membalikkan badan dan berjalan menuju ke arah Dendi. Dendi menggeser posisi duduknya memberi tempat pada Kasandra.

“Kamu belum tidur Den..?” Tanya Kasandra begitu duduk disamping Dendi.

“Hmm.. belum.” Jawab Dendi nampak membuang pandangan jauh kedepan.

“Nampaknya kamu kurang betah disini.” Sambung Kasandra sambil menghirup juice dinginnya.

Rasa segar membasahi kerongkongannya.

Dendi menggelengkan kepalanya. Ia masih membuang jauh pandangan matanya.

“Saan..!!”

“Iya Den..” Jawab Kasandra sedikit menatap Dendi. Keremangan lampu ditaman itu membuat suasana terasa mendayu-dayu.

“Kamu ingat tidak waktu terakhir kita bertemu ?”

“Saat itu kamu mengatakan bahwa jika kamu masih memakai kalung pemberianku itu artinya kamu masih mencintaiku.”

“Dan sampai saat ini aku melihat kamu masih memakai kalung itu.”

“ Apakah ini artinya kamu belum bisa melupakan aku ?” Tanya Dendi sambil kini menatap wajah mantan kekasihnya itu dalam-dalam. ia mengulangi kembali pertanyaan yang pernah ia ajaukan beberapa hari lalu disebuah kantin.

“Kalaupun iya tapi itu tidak ada gunanya kita bicarakan lagi Den.”

“Kamu telah memilih Andini sebagai istrimu dan aku juga sudah punya suami.” Jawab Kasandra setelah beberapa kali menghela nafas panjang.

“Itu artinya iya kan San..?” Dendi kembali bertanya seakan meminta ketegasan.

Kasandra hanya menghela nafas perlahan. Ia tidak berkeinginan untuk menjawab pertanyaan laki-laki yang masih ia cintai itu.

“Kamu bahagia dengan Andini Den..?”

“Aku dengar kamu sudah memiliki seorang anak.” Kasandra membalikkan pertanyaan pada Dendi.

“Boleh aku jujur san..?” Dendi balik bertanya.

Kasandra mengangguk dan memandang wajah Dendi dikeremangan cahaya ditaman.

“Dua tahun yang lalu aku menikahi Andini karena perjodohan orang tuaku.” Dendi sepertinya ingin memulai kisahnya.

“Yaa..” Sahut  Kasandra pelan.

“Pesta itu sangat meriah dan membahagiakan orang tuaku, keluarga Andini, juga Andini sendiri.”

“Tapi pesta itu terasa  membunuhku..”  Dendi memulai cerita dengan sedikit emosi ditahan.

Kasandra sedikit terkejut dengan pengankuan Dendi yang tidak disangka-sangkanya. Ia mulai tertarik mendengar kisah Dendi.

“Sehari setelah pesta itu aku mencarimu kerumahmu.”

“Tapi ternyata kamu telah menghilang pas dihari pernikahanku.”

“Iya..” Sahut Kasandra.

Kasandra ingat bahwa ia merantau ke Jakarta pas dihari pernikahan Dendi sekitar 2 tahun lalu.

“Untuk apa kamu mencariku..?” Tanya Kasandra penasaran.

“Aku ingin kita berdua lari dan pergi kemanapun.” Jawab Dendi yang kini merasa air matanya mulai berlinang. Suara mulai  terdengar serak.

“Oooh..” Kasandra berteriak kecil lalu menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Mereka berdua kemudian sama-sama terdiam dan larut dengan perasaan masing-masing.

Dua tetes air mata jatuh bergulir dipipi Kasandra.

 “Mengapa kamu lakukan itu Den..?” Tanya Kasandra setelah beberapa saat terdiam.

“Karena aku baru tersadar bahwa aku telah terjebak dengan permainan nasib yang menakutkan.”

“Aku berusaha bangkit dari mimpi burukku dan mencoba merangkai  kembali mimpi indahku .”

“Dan aku menyadari bahwa mimpi indahku hanya ada padamu Sandra.” Kini Dendi benar-benar menangis.

Bahunya terguncang perlahan.

Kasandra memegang bahu lelaki itu tapi Dendi menepiskan tangan Kasandra dengan halus. Ia menyadari  Kasandra sudah milik orang lain. Dan orang lain itu adalah Devano sahabat terbaiknya.

“Tapi kamu sudah bahagia sekarang Den. Kalian sudah dikarunia seorang anak.” Sahut Kasandra mencoba tenang.

“Anak..?” Dendi bertanya sambil menatap Kasandra tajam. Sorot matanya berkilat seakan menjadi bintang dikeremangan malam itu.

“Iya, aku dengar kamu sudah memiliki seorang putra.” Sambung Kasandra.

“Saan.”

“Iya Den.” Jawab Kasandra.

“Selama hampir dua tahun pernikahanku dengan Andini, aku belum pernah menyentuh tubuh Andini sekalipun. Bahkan aku belum pernah menyentuh wanita manapun didunia ini.” Seru Dendi setengah berteriak. Ia seakan menyerukan lukanya yang terdalam.

“Ooooooh...” Kasandra kaget alang kepalang. Ia sampai berdiri dari tempat duduknya.

“Lalu siapa ayah anak ituuu..?” Tanya Kasandra juga sedikit berteriak.

“Kekasih Andini !”

“ Yaa... Anak itu buah cinta Andini dengan kekasihnya.” Ujar Dendi dengan mata menerawang.

Sekarang Kasandra bukan hanya kaget. Ia sampai terpekik kecil mendengar penuturan Dendi.

“Beberapa bulan setelah pernikahan itu aku melihat perubahan ditubuh Andini. “”

“Perutnya mulai membesar. “

“Aku bertanya dalam hati mengapa ia bisa hamil sedangkan aku tidak pernah menyentuhnya.” Dendi meneruskan kisahnya.

“Lalu...?” Tanya Kasandra makin penasaran.

“Lalu aku menanyakan pada Andini.”

“Ia tidak bersedia menjawabnya.”

“Setelah aku desak ia akhirnya mengakui bahwa itu buah cintanya dengan kekasihnya.”

“Kekasihnya tidak mau bertanggung jawab sehingga akulah yang dijadikan tumbal dalam masalah ini.” Papar Dendi nampak emosi.

Kasandra tidak menyangka sedemikian pelik jalan pernikahan Dendi. Ia merasa menyesal karena saat itu telah mengambil keputusan begitu cepat.

“Aku sungguh tidak menyangka Dendi.” Jawab Kasandra dengan perasaan terguncang.

“Jika saat itu aku tidak pergi tentu kita tidak akan berpisah.” Sambung Kasandra lirih.

“Aku tidak marah karena Andini dan keluarganya menipuku.”

“Tapi yang membuatku marah ulah mereka telah membuat aku kehilanganmu !” Suara Dendi terdengar dingin seakan mencoba membekukan kemarahan didalam dadanya. Lalu ia terdiam cukup lama. Kasandra juga mematung dengan hati yang terasa berdarah.

“Apakah kamu masih ingin mendengar kelanjutan ceritaku.?” Tanya Dendi sambil memandang Kasandra yang nampak termenung.

“Iya..” Jawab Kasandra sangat lirih.

“Setelah mengetahui semua rahasia itu , aku mendatangi orang tua Andini dan menceritakan semuanya.”

“Tapi kulihat raut wajah mereka biasa saja. Aku sadar bahwa sebenarnya mereka sudah mengetahui semua cerita ini dan ikut merancang skenario ini.” Dendi melanjutkan ceritanya.

“Aku bermaksud menceraikan Andini tapi ayah Andini mengancamku kalau aku menceraikan Andini maka aku harus mengembalikan semua hutang-hutang ayahku pada mereka.”

“Aku tidak bisa berbuat apa-apa Sandra.” Dendi berkata seakan membathin.

“Aku sudah terjebak dalam nasib burukku.” Sambungnya nampak pasrah.

Kasandra benar-benar merasa iba melihat Dendi. Ia menyesal telah berburuk sangka pada lelaki yang ternyata sangat mencintainya itu.

“Hidupku selanjutnya bagaikan burung didalam sangkar.”

“ Usahaku diambil alih saudara-saudara Andini karena semua modal usaha itu berasal dari mereka.”

“Aku tidak bisa kemana-mana karena tidak memiki satu sen pun uang dalam dompetku.” Dendi melanjutkan cerita pilunya.

“Aku sudah tidak tahan dengan semua penderitaan ini lalu aku menceritakan semua pada keluargaku.”

“ Mereka sangat terkejut begitu mengetahui apa yang terjadi padaku. “

“Selama ini mereka menyangka aku berbahagia karena sudah memiliki seorang anak dengan Andini.” Sambung Dendi panjang lebar.

“Aku juga menyangka begitu .”  Sahut Kasandra yang kini hanyut dalam lara hatinya.

“Lalu mengapa kamu sampai kemari?” Tanya Kasandra

“Ayahku memberikan sedikit uang, dan uang itu aku gunakan untuk kabur kesini.”

“Ooooh..”Kasandra membelalakkan matanya.

“Devano mengundangku dihari pernikahan kalian.”

“ Lalu aku sampai kesini. Dan ternyata kita bertemu disini” Sambung Dendi sambil menggelengkan kepalanya dengan mimik wajah sedih.

“Oooh Tuhan..” Jerit Kasandra dalam hati.

“Kamu tahu Kasandra..?”

“Apa Den..?”

“Aku merasa bagaikan sebuah halilintar menyambarku saat pertama kali Devano memperkenalkanmu sebagai istrinya.”

“Aku menemukanmu begitu cepat dari apa yang aku perkirakan.”

“Dan aku bertemu denganmu dalam situasi yang tidak aku inginkan.” Papar Dendi lirih menahan kesedihan hatinya.

“Padahal.....” lanjutnya.

“Tujuanku ke Jakarta ini adalah mencarimu. Aku ingin kita memulai lagi dari awal hubungan kita.”

Kini Kasandra benar-benar tidak bisa lagi menahan perasaannya. Ia menangis tergugu dan menghambur kepelukan lelaki yang sangat ia cintai itu.

“Deeen.. Oooh Deen..!!” Rintihnya pilu sambil terus mengeratkan pelukan dileher Dendi.

Air matanya tumpah ruah membasahi kaos oblong yang dipakai Dendi malam itu. Dendi tak mau membalas pelukan Kasandra. Ia hanya menangis tergugu meratapi malangnya cinta mereka. Ia tidak ingin mengkhianati Devano sahabatnya yang sangat baik kepadanya. Setelah agak lama terjebak dalam kepiluan, Dendi menuntun tangan Kasandra untuk meninggalkan taman itu. Ia tidak ingin melihat wanita yang ia cintai semakin larut dalam kesedihan.

“Jangan menangis !!” Katanya mencoba tegar.

Lalu ia antarkan Kasandra  menuju kekamarnya. Sesampai disisi pembaringan Dendi membopong tubuh Kasandra yang masih menangis sedih.

“Istirahatlah !!” Katanya dengan kesah pilu setelah membaringkan tubuh Kasandra dikasur empuk itu. Lalu iapun bergegas berlalu pergi menuju kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat. Disana ia teruskan lenguhan pilu hatinya yang terasa main terkoyak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status