Ada satu hal yang baru-baru ini disadari oleh Hail. Ia tidak lagi menunggu-nunggu Meriel seperti dulu. Pikirannya tidak lagi hanya terpaku pada bagaimana merebut hati Meriel agar sang istri mencintainya, supaya Meriel meninggalkan selingkuhan itu. Bukannya tidak sama sekali memikirkan hal tersebut, hanya saja ... kini tidak seperah dulu lagi.
Celakanya adalah itu bukan kabar baik sama sekali. Malah buruk. Kenapa? Kenapa pikiran Hail tidak dipenuhi oleh Meriel lagi? Ia tahu bahwa hatinya masih milik Meriel. Hail paham betul akan perasaannya yang tergila-gila dengan gadis semanis gulali tersebut. Jadi, coba jawab kenapa saat ini otak Hail malah sering tertuju pada Ranesha. Kenapa Hail merasakan amarah yang lebih membara ketika melihat Ranehsa dengan lelaki lain ketimbang saat istrinya—Meriel—selingkuh dan bahkan tidur dengan Aron?
Apa? Apa artinya semua ini?
“This is weird.” Hail memijat pe
“Katakan!” Aron berjongkok, meraup wajah mungil Meriel hanya dengan satu tangan. Mata birunya yang segelap langit malam, menatap penuh kebencian pada wanita di hadapannya sekarang.“Katakan dengan jujur Meriel, apa kau menghubungi suamimu, hah? Apa kau mencintainya sekarang?” interogasi pemuda berhidung runcing dan memiliki garis wajah yang tegas itu. Ia tidak segan-segan mencengkram kuat kedua sisi wajah milik kekasihnya sendiri.Air bening sudah bergulir lancar dari netra berkilauan sang kekasih. Wanita itu hanya dapat meringkuk ketakutan saat didorong sampai jatuh dari tempat tidur oleh Aron. Tubuhnya yang seakan berada dalam genggaman makhluk buas tersebut hanya dapat gemetaran.Jangankan untuk bicara, bahkan untuk bernapas saja Meriel sudah mulai kesulitan. Seolah-olah oksigen sudah enggan padanya. Semua petaka ini berawal ketika Aron mendapati dirinya tengah membuka percakapan pesan di ponse
Pukul 07.00, Sarapan di kediaman keluarga Seibert. Ada total enam enggota keluarga. Caspian Seibert selaku pemimpin, Ranesha Seibert selaku putri semata wayangnya, Patricia Seibert selaku adik kandung Caspian, Ronald Seibert selaku suami dari Patricia, serta anak dari kedua orang itu yakni Zale Seibert dan Olyvia Seibert.Sarapan yang dulunya selama turun temurun bukanlah sebuah kewajiban, karena suatu alasan—Ranesha—kini menjadi salah satu hal wajib yang harus dihadiri semua anggota keluarga kecuali ada urusan sangat mendesak atau sakit.“Saya sebenarnya punya sesuatu yang akan membuat Kakak—ah, tidak. Bukan hanya Kakak, tapi semua orang di rumah akan terkesan kalau mendengar ini.”Sendok berisi secuil makanan yang akan memasuki mulut Zale terhenti. Tangannya seolah menjadi beku ketika ia kembali mengingat perkataan Ranesha kamarin. Sebenarnya, apa yang ingin perempuan sialan itu k
Ini adalah cerita beberapa tahun yang lalu, ketika Ranesha kecil mengalami tragedi yang besar. Katanya, anak kecil memiliki sistem yang ajaib untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit, yakni dengan memisahkan kenangan buruk menyakitkan tersebut, dengan dirinya sendiri. Namun, bagaimana jika sistem itu gagal berjalan dengan baik?Karena hal ini, Caspian mengambil keputusan yang membuat Ranesha yang dulu dan Ranesha yang sekarang, tidak tahu kebenaran apa yang ada di sana. Hal seperti apa persisnya yang terjadi pada tragedi tersebut. Yaitu saat kecelakaan maut—tunggal—mobil BMW hitam legam yang ditumpangi oleh Helena Seibert, Ranesha Seibert, dan Damian Seibert.“Maafkan kami, Tuan. Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”Mungkin … kata-kata tersebut hanya akan muncul di sinetron atau sebuah drama yang klasik. Mana pernah Caspian membayangkan kalau kalimat konyol itu akan ia terima
“Pak, saya mencintai Anda. Jadi, mau dibawa ke mana hubungan kita ini?” Ranesha pada sosok pantulan dirinya sendiri di depan cermin.“Ah, mana bisa begitu!” Ia menggeleng keras sambil memukul kepalanya, malu sendiri.“Bagaimana, kalau begini?” Ranesha menegapkan tubuh, membusungkan dadanya dengan segaja. “Pak, saya tahu Anda hanya tertarik dengan tubuh saya, tapi Anda harus bayar dengan ….”Kalimat Ranesha tidak sampai selesai karena mendadak bayangan sosok Hail yang telanjang dada dengan tubuh yang basah karena keringat seolah sangat nyata, muncul pada cermin di hadapannya. Roti sobek milik Hail bahkan tampak bisa dia sentuh saat ini.“Waa! Tidak! Tidak!” Ranesha memukul cermin besar yang memantulkan seluruh tubunya itu. “Kenapa malah jadi aku yang mesum?” rutuk gadis ini dengan semu merah di wajah cantiknya. 
Dia mengikat rambutnya kali ini? Kenapa? Jadi tambah lucu, ah … sangat menggemaskan. Hail membatin sambil memperhatikan sang sekretaris yang sedang menjelaskan jadwal pekerjaan mereka yang hampir selalu penuh itu.“Besok kita ada pertemuan dengan aktor dari Baruna.” Ranesha menutup kalimatnya dengan menunduk malu. Ia terlihat sangat menggoda berkali-kali lipat saat ini, duduk kaku di pangkuan Hail.“Ini sangat tidak adil.” Ranesha memegangi dada bidang Hail dengan bibir mengerucut dan wajah sebal yang ketara.Apa dia sengaja memancing Hail? Dasar wanita penggoda. “Apanya?” Hail menyelipkan jari-jari pada tangan Ranesha, menautkan tangan mereka erat.“Hanya saya saja yang gugup. Hanya dada saya saja yang bergemuruh karena jantung yang sangat berisik. Anda tidak terlihat begitu, seolah semua ini tidak ada artinya. Yah, kita memang sedang bermain
Mungkin bagi sebagian orang, cinta pada pandangan pertama adalah hal yang tidak akan bertahan lama. Namun, tidak bagi Lily. Sejak pertama kali mejumpai pemuda itu, sejak pertama kali melihat senyuman yang terang itu, sejak pertama kali menyentuh tangan yang hangat itu, Lily sampai sekarang masih tenggelam dalam rasa cinta yang menggelora.“Namun, dia mencintai mencintai Nona Muda.” Lily menatap layar ponselnya nanar. Berharap gawai tersebut memunculkan notif kesukaannya.“Tidak. Tidak mungkin dia menghubungiku untuk basa-basi. Dia hanya menghubungiku untuk menanyakan perihal Nona Muda Ranesha,” ucap Lily lagi. Entah tengah mengeluh atau sedang menyadarkan dirinya sendiri, yang jellas, suara perempuan ini terdengar cukup lirih.“Oh?”Benda pipih di tangannya tiba-tiba menyala, memunculkan nama yang Lily tunggu-tunggu sedari tadi. Pesan dari pria yang ia cintai diam-
“Cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai orang yang banyak dicintai oleh orang lain, ditambah orang itu sangat ramah pada semua orang dan … dia juga sudah memiliki orang lain di dalam hatinya.” Margaret mendesah berat, mengatakan kalimat tadi dengan begitu lirih. Dadanya terasa sesak.“Kalau begini namanya, sudah jatuh, ketimban tangga, sekalian dengan rumah-rumahnya, kan?” simpulnya sambil tertawa hambar.Jadi, rencana Margaret hanyalah sebuah rencana sederhana. Ia ingin agar mereka bertiga bertemu dan saling mengungkapkan perasaan mereka masing-masing. Tentu Juan akan mengatakan kalau dia mencintai Ranesha, tapi akan lain halnya dengan Margaret dan Lily, bukan?“Entah ini akan berjalan lancar atau bagaiamana, aku hanya ingin melepaskan apa yang aku rasakan di dalam sini saja. Mungkin akan terasa lebih ringan nantinya setelah diungkapkan,” cicit Margaret yang seolah teng
Tubuh Ranesha ambruk, tangan kurusnya mencengkram seprai tempat tidur di samping kuat. Kepala gadis ini mulai dipenuhi ingatan-ingatan pada masa lalu yang tertinggal, atau lebih tepatnya telah dihapuskan."Sa-sakit ... maaf ...," racau Ranesha tidak karuan. Dadanya terasa hancur seolah diremukkan dengan himpitan timah yang meleleh. Mata dengan iris hazelnut indah itu kini memerah, semakin panas seolah cairan yang keluar dari dua bola di sana adalah darah berapi."Tidak ... maaf ... sungguh, maafkan aku. Aku yang jahat ... a-aku yang ... aku yang pembunuh!" jeritnya sambil memegangi kepala, meremas dan memukulnya secara brutal. Ranesha tidak berhenti meneriakkan kalau dirinya adalah seorang pembunuh dan dia meminta maaf akan hal tersebut.Serangan-serangan potongan adegan singkat dari masa lalu menghantam memori otak dan memukul telak jiwa yang sudah retak. Ranesha tidak akan kuat, beban ini terlalu berat.