Home / Romansa / Marriage Express / 1. Dasar Om Mesum!

Share

Marriage Express
Marriage Express
Author: JasAlice

1. Dasar Om Mesum!

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2021-05-09 23:24:19

“Berengsek! Berani-beraninya lo sentuh gue!”

Satu tamparan dilayangkan Indira pada Gio. Playboy di sekolah Indira yang sudah mengambil kesempatan untuk meremas salah satu bagian tubuhnya yang menggoda di bawah pinggul.

Dirinya terlalu larut dalam hentakan musik di klub. Bahkan, ingar bingar tadi yang sempat mememakakan telinga, kini berhenti dan dirinya bersama pria berengsek itu mulai menjadi objek pandangan mereka semua.

Tidak sedikit dari para pria di sekitar mereka mulai mengolok Gio yang masih memegang pipi kanannya setelah mendapatkan tamparan keras dari perempuan bertubuh semampai dengan rambut sedikit ikalnya. Bola mata dengan manik hitam itu terlalu menggoda pria lain untuk menatapnya lebih lama dan berfantasi liar saat pandangan mereka semakin turun menuju bibir ranum seksi itu.

Usianya masih terbilang muda, tapi sudah mampu menarik perhatian pria sepertinya. Tubuh indah dengan tinggi 168 senti. Cukup ideal bagi perempuan Asia.

“Aduh, bro ... sakit, ya?” ejek salah satu suara yang sudah membuat Indira dan Gio berada dalam satu lingkaran. Menjadi tontonan gratis untuk mereka.

Gio mengetatkan rahangnya saat semakin banyak para pria mengejek dirinya dan merangkum dalam satu suara jika dirinya terlalu mudah dipermalukan oleh seorang perempuan.

“Dia udah apain lo, Ra?!” panik Naomi, perempuan mungil itu mendekati sahabatnya yang masih menatap tajam Gio yang memandangnya lekat, masih memegang pipi.

Indira menunjuk dengan tatapan tajam pada Gio, mengarah pada wajah pria playboy itu dan mengatakan, “Dia sudah berani sentuh tubuh gue. Mengambil kesempatan dalam kesempitan saat kita terlalu asik mengikuti suara musik dari dj,” ungkapnya.

Kemudian, tanpa diduga, Indira melayangkan tamparan di pipi lainnya yang langsung membuat mereka semua terperangah.

“Itu karena lo menganggap mudah perempuan lain bisa terangsang sama lo! Tapi nggak akan pernah berlaku buat gue, berengsek!”

Penutupnya, Indira sudah menginjak kaki Gio membuat pria itu semakin merintih sakit dan tidak bisa berbuat apa pun. Ia mengepalkan tangannya melihat Indira berlalu, izin pada sahabatnya ke arah toilet.

‘Lo pikir diri lo siapa sampai bisa mempermalukan gue, ha? Mari kita lihat apa yang bisa lo lakukan saat nggak ada satupun orang yang bisa menonton aksi gue untuk bersikap tidak senonoh pada lo, Indira Aubrey.’

Senyum licik terpatri di wajah Gio Daniel. Pria bertubuh tinggi, pemain basket dan menjabat sebagai Kapten tapi memiliki sikap bad boy dan sangat sering berganti kekasih. Sayangnya, Indira belum bisa ia taklukan. Perempuan itu sepertinya tidak pernah menargetkan dirinya untuk menjadi kekasihnya. Karena Indira pun terkenal sebagai playgirl.

Ia suka bergonta ganti kekasih.

Perempuan itu membasuh dengan perasaan kesal wajahnya. Menatap lamat-lamat cermin wastafel di toilet perempuan dan mengetatkan rahang saat bayangan dan sentuhan tangan nakal Gio bermain di sana.

Untung ia segera sadar. Dirinya memang sangat sensitif dengan sentuhan pria. Ia masih harus melindungi diri meskipun Indira sadar ia sering melanggar perintah orangtuanya yang terlalu memaksa dirinya untuk tinggal di rumah tanpa menjadi seorang perempuan pembangkang.

Ia meringis pelan. Menyesali dalam hati saat inilah perlakuan yang harus dirinya terima. Terutama pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orangtuanya.

“Sebaiknya gue pulang lebih cepat atau orangtua gue bakal sadar anak gadisnya nggak ada di rumah,” cetusnya sudah bergidik ngeri jika Mama tersayangkan akan ‘meledak-ledak’.

“Dicubit aja sakit, apalagi dimaki,” lanjutnya tidak sanggup mendapatkan rentetan nasehat sepanjang jalan tol.

Namun, saat ia sudah berjalan keluar toilet, ia menjerit dan tubuhnya di dorong kasar ke dinding. Ia meringis sakit dan nyaris merasa remuk. Tapi, saat matanya terbuka, ia membeliak, mendapati Gio sudah mengungkung tubuhnya.

“Halo, Cantik ...”

“Sudah puas mempermalukan gue yang terlihat nggak berkutik tadi? Puas menginjak harga diri gue?” seringainya pun semakin puas mendapati Indira berontak, melepaskan diri tapi ia sudah menekan tubuh bagian depan, menahan Indira agar tidak kabur.

Ia menahan kedua tangan Indira di sisi tubuh perempuan itu.

“Lepaskan tangan gue, berengsek! Seharusnya sudah cukup gue mempermalukan lo! Nggak usah diulang lagi atau lo bakal malu!” sungutnya menatap tajam Gio yang kini tersenyum penuh arti padanya.

“Lupa jika ingar bingar itu terlalu berisik di area depan? Sedangkan kita berada di koridor toilet yang sepi.” Ia semakin suka melihat wajah pucat Indira.

“Gue mau membalaskan semua perlakuan lo pada gue, Sayang ... gue mau menuntut hak gue karena lo udah menampar kedua pipi gue hanya untuk hal sepele,” jelasnya dan Indira menjerit saat wajah Gio sudah membenam di perpotongan leher jenjangnya.

“Menyingkir dari tubuh gue, bodoh! Gue nggak sudi disentuh sama lo!” pekik Indira meronta.

Ia berusaha menggerakkan tubuhnya agar bibir itu tidak terus menerus mengendus dan sialnya sudah mencium leher jenjang Indira. Ia ketakutan. Tangannya gemetar saat tidak bisa berkutik saat ada pria melakukan hal gila yang seperti Gio perbuat padanya.

Terutama kedua lututnya ditahan. Ia tidak bisa melakukan perlawanan.

“Akh!”

Tubuh Indira segera dibalik cepat dan kedua tangannya di piting, jadi satu di belakang punggung Indira.

Indira menangis. Kedua bawah pinggulnya kembali diremas, lebih kuat dan salah satu dadanya ikut menjadi pelampiasan pria itu dari belakang.

“Tolong ... siapa pun tolongin gue ...” tangisnya pecah.

Ia dilecehkan dan ini sudah sangat keterlaluan. Tubuhnya bergetar hebat mendengar tawa sumbang Gio. Ini sia-sia saja, sampai Indira tidak henti berteriak—mencoba menyamai suara dengan ingar bingar—yang nyatanya tidak berhasil.

“Cukup dengan kegilaanmu, Anak muda,” cetus suara dan sebelum Gio terkesiap, begitupun dengan Indira yang masih menangis.

Indera pendengaran perempuan itu sudah diisi dengan suara pukulan bertubi-tubi. Gio mengerang kesakitan dan Indira berbalik ketakutan, mendapati Gio tersungkur, tidak bisa melawan tubuh yang lebih tinggi darinya, mencoba menjadi penyelamat bagi Indira Aubrey.

Pria berkulit putih dengan persentase tiga puluh persen menuruni keturunan Jepang itu menegakkan tubuhnya. Ia membersihkan kedua tangan dan menatap dengan senyum remeh pada anak muda yang tidak bisa menyamai kekutannya.

“Jika kamu berani, hadapi pria seusiamu atau pria yang memiliki kekuatan sama, bukan untuk menyakiti perempuan lemah,” ungkapnya sambil melepaskan jas hitamnya.

Indira terkesiap. Pria bertubuh tinggi dengan postur tubuh proporsional, tidak berotot besar, tapi sangat tampan itu sudah menyampirkan jas miliknya di gaun pendek Indira.

Gaun yang menampilkan bahu putihnya dengan lengan panjang. Malam ini perempuan itu tampil cantik dengan gaun berwarna maroon.

“Ayo. Aku akan mengantar kamu sampai depan lobi,” ucapnya tersenyum lembut, menuntun dengan meraih kedua bahu Indira.

Seperti terhipnotis dengan senyum dan bagaimana perlakuan lembut pria berambut hitam dengan tatanan rapi itu, Indira hanya diam dan menurut untuk pergi keluar klub lewat pintu belakang.

Embusan angin malam memainkan rambut panjangnya yang sedikit ikal. Ia mengeratkan hangatnya jas yang dipakai Indira dan aroma maskulin itu semakin membuatnya nyaman.

“Ingin singgah ke apartemenku? Mungkin lebih menarik bersama pria dewasa sepertiku dibandingkan bersama pria muda di dalam sana,” ungkap pria itu membuat tubuh Indira membeku.

Manik hitamnya membeliak, mendengar pernyataan yang terkesan santai. Bahkan, pria itu seperti mengejeknya lewat senyum manisnya.

“BERENGSEK! LO PIKIR GUE PEREMPUAN MURAHAN YANG NGGAK BISA MEMENTINGKAN LOGIKA DIBANDINGKAN RISIKO NANTINYA DI MASA DEPAN, HA?!”

Pria dewasa itu terkesiap. Ia mendapatkan tamparan keras dari Indira.

“DASAR PRIA TUA! SEENAK JIDAT LO NGOMONG SANTAI KAYAK TADI! NGGAK SUDI GUE BILANG TERIMA KASIH SAMA LO!” teriaknya sekaligus mengumpati pria bertubuh tinggi yang masih terpaku di hadapannya.

Dengan kesal, Indira melempar jas tersebut ke aspal di bawah dan menginjaknya. “Nih! Sebagai ucapan terima kasih gue sama Om mesum kayak lo!”

**

JasAlice

Selamat datang di Klub Baper-ria! Semoga suka dengan cerita Liam - Indira. Tambahkan ke rak baca dan tinggalkan review jika suka, ya!

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
JasAlice
Makasih, Mbak... selamat baca kelanjutan keluarga Ogawa...
goodnovel comment avatar
Yuni Salma
yes ketemu ceritanya liam disini,, setelah baca xavier dan jacob.. lgs terbang kesini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Marriage Express   75. Extra Chapter (5)

    Ketukan sandal, kedua tangan yang dilipat depan dadan serta sorot tajam itu membuat Liam menatap bingung istri kecilnya. Ia baru saja tiba di rumah pukul sembilan malam, sesuai perjanjian di antara dirinya dan Indira. Pria itu mendapatkan izin untuk mengikuti reuni dan pulang di saat acara belum selesai.Apa yang salah?Bahkan, selama mereka menikmati liburan bulan madu, Indira membebaskan Liam pergi datang ke reuni dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak sekali, melainkan beberapa kali dan satu hari mereka pulang ke Jakarta, Indira mengingatkan Liam.Ia sudah paham dan tidak akan membuat istrinya marah atau menangis lagi.Tapi belum sempat ia membuka pintu unit apartemen. Indira sudah berada di depannya, menunggu dengan raut wajah berbeda. Sebenarnya Liam sudah sangat ketakutan karena jika Indira marah ... maka ia harus menenangkannya. Liam pernah gagal untuk meluluhkan hati Indira ketika marah. Suasana hati istrinya kerap tidak terduga akan lulu

  • Marriage Express   74. Extra Chapter (4)

    Indira tidak pernah menduga. Sekali jatuh cinta, maka ia merasakan kebahagiaan luar biasa selalu melingkupi dirinya bersama orang terkasih. Ia mencintai Liam, menerima semua kekurangan ... kesalahan yang pernah suaminya buat. Tapi apa pun itu, mereka sudah melangkah bersama, menata pecahan yang pernah menghunus tepat di hati.Bahkan, Indira sudah membuang rasa salah tingkah tiap Liam mulai menggoda atau ingin bermesraan dengannya. Karena sejak malam itu, ia ingin menjadi perempuan yang bisa mengimbangi sikap dewasa Liam, ikut mesum dan tentunya ikut romantis!Perempuan itu sedikit mendongak saat fotografer yang mereka sewa, memberikan aba-aba. Senyumnya semringah saat Liam memeluk pinggangnya dari samping, lalu membawa bibir basah itu ke leher istrinya. Mereka sudah menghabiskan banyak pose di tempat berbeda.“Cium, dong,” pinta perempuan itu merona saat pelukan mereka terurai.“Dari tadi kamu nggak pernah cium bibir aku,” gerutu I

  • Marriage Express   73. Extra Chapter (3)

    ‘Ingat, Dira Sayang. Sekarang kamu udah tau bagaimana isi hati kamu dan ternyata ... kamu juga sangat mencintai suamimu. Jadi, lupakan semua hal yang bisa membuat kamu malu dengan keadaan sebelumnya dan jadilah perempuan yang terlihat dewasa untuk merayu pria tampan.’‘Keberhasilanmu kali pertama adalah bagian terpenting yang bisa membuat Liam terus mengenang hal mendebarkan sama kamu, Nak.’‘Jangan kecewakan suamimu yang sudah menunggu kamu selama ini. Lakukan penuh cinta dan sayang yang kamu pancarkan dengan ketulusan hati.’Indira berdebar.Perempuan cantik itu memegang bagian di mana jantungnya berdetak kuat. Ia merasakan kedua pipi memanas saat di hadapannya ... ia terlihat sedikit lebih dewasa dari usianya dan juga bagaimana ia merias diri; memperlihatkan bagian yang harus terkesan sensual.Bibir kemerahan oleh lipstik dan juga riasan yang tidak terlalu tebal. Selama tinggal dalam satu unit yang sama. Indir

  • Marriage Express   72. Extra Chapter (2)

    Tidak ada hari yang membuat mereka lelah untuk menciptakan kebersamaan yang manis. Liam dan Indira membuktikan, jika hal kecil bisa sangat berarti dan membuat komunikasi di antara keduanya terjalin kuat.Setelah pulang bekerja atau Indira yang memang kerap pulang cepat karena dalam masa ujian, mereka akan menyiapkan makan malam. Baik Indira ataupun Liam sudah saling mengerti dan memusatkan status mereka sebaik mungkin.Mereka akan menonton bersama di sore hari dan di tiap malam, Liam akan menjadi tutor bagi Indira dalam mengulas materi apa pun untuk besok harinya.Hmm, lebih tepatnya tutor tampan. Suami yang merangkap sebagai guru private sangat menyenangkan bagi Indira. Ia bisa meminta hadiah istimewa dan mendebarkan. Apalagi jika bukan sebuah ciuman panjang. Karena akhir-akhir ini Liam terlalu jual mahal.Dari mereka kembali bersama ke unit, sepertinya Indira yang memperlihatkan sisi agresif. Setiap malam pun ia sengaja memeluk Liam dan membawa satu kak

  • Marriage Express   71. Extra Chapter (1)

    “Gimana? Jawabannya udah benar semua, kan?”Indira tampak nyaman melingkarkan kedua tangannya di leher Liam, merangkul pria itu dari belakang seraya membiarkan suaminya duduk memeriksa materi yang mereka ulas bersama di meja belajar Indira.Malam sudah menunjukkan pukul sembilan. Tapi ditemani suaminya, Indira tetap semangat untuk ujian nasional di hari pertama besok. Harinya berlanjut dengan bahagia tanpa beban dan belajar ... tentu saja ia memahami dengan baik, tanpa berpikir hal pelik seperti beberapa waktu lalu.Omong-omong, suami ya? Tentu saja! Indira dengan perasaan berdebar melirik cincin di jemari tangannya. Ia mengulum senyum, menghadirkan rona merah yang begitu kentara. Pun, jemari tangan Liam di atas meja belajar Indira yang sesekali membuka lembaran materi, memperlihatkan jemari itu tetap tersemat cincin pernikahan mereka.Keduanya memberikan simbol cinta dengan cincin pernikahan yang tidak akan mereka lepas, kecuali untuk sementa

  • Marriage Express   70. Ending

    Liam tersenyum miris saat pandangannya sangat lekat memandang foto pernikahan yang ia diam-diam simpan dengan rapi di galeri. Ruang khusus dengan nama yang tertera ringkas ‘Pernikahan’, entah kenapa pernah ia pisahkan dan membuat folder sendiri.“Setelah pernikahan kita yang aku ingat hanya untuk terus sadar kalau waktu itu aku udah punya kamu. Aku nggak menjalani hari sebagai pria lajang dan ada seorang perempuan yang menjalani komitmen bersamaku.”Liam mengulas senyum manis, meskipun perih dan gemuruh dalam dadanya kian menguat seiring jemari tangan mengusap lembut layar ponsel. Foto pernikahan ia dan Indira yang terlihat banyak orang manis. Tapi Liam tahu, dalam hati Indira menatap dirinya dengan umpatan yang terlalu banyak.Ia tertawa kecil, membayangkan kemarahan Indira yang memantik bagian terdalam hatinya. Pria itu tidak pernah menemukan kesan seringan dan semanis ini saat berkomunikasi dengan seorang perempuan.Itu yang mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status