Kepulangan Alvon dan Cyra malam ini di kejutkan oleh kehadiran mobil sang mama yang sudah terparkir indah di dalam garasi.
"Loh, di dalam ada mama Al?" Tanya Cyra.
"Mungkin iya, tumben si mama."
Alvon membukakan pintu mobil untuk Cyra dan segera menggandeng wanita itu masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum." Ujar kedua nya.
"Wa'alaikumsalam. Akhirnya kalian pulang juga."
Benar. Itu suara Revani. Namun, Revani tidak sendiri melainkan dengan seorang gadis kecil berumur tiga tahun yang berada di gendongan nya.
"Loh, Fasha!" Pekik Alvon begitu senang akan kehadiran sang keponakan.
Gadis cantik bernama Fasha itu pun tak kalah antusias melihat sosok Alvon. Dengan senyuman lebar yang menghiasi bibir mungilnya, Fasha merentangkan kedua tangannya di depan Alvon mengisyaratkan supaya Alvon untuk segera menggendong nya.
Tent
Mobil yang dikendarai oleh Alvon melaju meninggalkan pekarangan rumah mewah nya untuk menuju ke kantor.Usai sampai di kantor, Alvon segera keluar dari mobil dan bergegas masuk kedalam.Sesekali Alvon hanya menampilkan senyum tipisnya menanggapi beberapa karyawan yang menyapa nya."Alvon!"Alvon menghela nafas panjang. Suara itu lagi."Selamat pagi!" Lucia bergelayut manja di lengan kekar Alvon. Alvon menyingkirkan tangan Lucia sedikit kasar."Tidak usah mengganggu ku, bisa?"Lucia menggeleng cepat, "Tidak bisa." Ujar nya santai."Ck, berhenti mengganggu ku!"Selepas mengucapkan itu Alvon kembali melanjutkan langkah nya. Namun, Lucia segera mencekal lengan nya yang lagi-lagi dihempaskan secara kasar oleh Alvon."Apa perlu aku panggilkan security?"Lucia membuka mulutny
Revani keluar dari mobil nya dengan berderai air mata. Mendengar kabar dari pembantu Cyra tadi membuat Revani segera melesat mendatangi kantor suaminya.Usai sampai didepan ruangan sang suami, dengan terburu-buru Revani langsung membuka pintu ruangan.Pergerakan Revani seketika terhenti. Betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok yang ia khawatir kan tengah mengobrol dengan papa nya sendiri."Alvon? Kamu tidak apa-apa nak?" Airmata Revani kembali menetes, diusap nya lembut kedua bahu Alvon oleh nya."Mama." Kaget Alvon."Mama kenapa menangis? Ada apa mah?" Tanya Tian pada istri nya itu.Di situ, Revani mulai menceritakan semua nya. Dari mulai pembantu Cyra yang memberitahu bahwa Alvon kecelakaan, sampai dirinya bisa berada disini."Kecelakaan?" Tanya Alvon dan Tian bersamaan."Astaga mah, sejak tadi pun Alvon bersama papa disini.
DOR!Suara tembakan seketika terdengar membuat Alvon dan yang lain terkejut bukan main."Jangan bergerak!"Alvon dan Lucia refleks mengangkat tangan nya ke udara, seraya membalikkan tubuh secara bersamaan ke belakang.Polisi. Lucia melotot terkejut. Bukan kah ia sudah mengatakan pada Alvon untuk tidak memberitahu atau bahkan membawa polisi? Sial!Mata Lucia memicing dimana tempat Cyra di ikat. Matanya menangkap pisau yang tadi dipegang oleh anak buah nya kini tergeletak di lantai. Ia beralih menatap beberapa anak buah nya yang ternyata sudah di tahan oleh polisi.Lucia melirik polisi itu yang hendak berjalan kearahnya. Mengambil ancang-ancang, lantas Lucia segera berlari mengambil pisau itu dan menempatkan di leher Cyra."CYRA!" Pekik Alvon terkejut. Kekhawatiran jelas terlihat diwajah lelaki itu."SELANGKAH KALIAN MENDEK
"BOHONG! DOKTER ITU PASTI BOHONG! Hiks, hiks...""Sttt, Cyra.." Alvon kembali menjatuhkan airmata nya. Ia menarik tubuh mungil itu kedalam dekapan, mengusap rambut dan punggung nya yang bergetar secara bergantian.Sungguh, melihat keadaan Cyra seperti ini sama saja membuatnya merasa benar-benar bersalah di masalalu. Seandainya waktu itu ia tidak melakukan kesalahan yang membuat Cyra hamil, pasti Cyra tidak akan seperti ini.Alvon merasa dirinya berdosa besar telah menyakiti sosok polos nan baik seperti Cyra. Disaat dirinya membentak, marah, atau bahkan memukul, Cyra tetap saja perhatian padanya."Al.." Cyra melepas pelukan. Sesegera mungkin Alvon menghapus airmata nya. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Cyra. Ia tidak ingin terlihat rapuh dihadapan Cyra. Karna bagaimana pun, ia harus tetap tegar demi Cyra."Iya sayang? Kenapa hm?"Alvon memegang lembut
09.00 a.m"Ra, bagaimana pun caranya kamu harus tetap ikhlas. Jangan keseringan menangis, perhatikan juga kondisi kamu." Mindy, wanita itu menatap iba kearah Cyra yang sejak tadi terdiam di samping nya. Sementara diatas sofa, Alvon, Rezka, dan juga Roy hanya menyaksikan kedua wanita itu berbincang dibrankar."Sulit Dy, sulit sekali bagi aku mengikhlaskan semua ini."Mindy lantas mengusap bahu Cyra sambil mengulas senyum tipis, "Tidak ada yang sulit selama kamu mau berusaha untuk ikhlas. Kamu dan Alvon masih punya kesempatan untuk memiliki anak lagi Ra, jangan menyerah.""Tapi-""Alvon juga sedih melihat kondisi kamu yang seperti ini. Melamun, tidak mau makan, dan terus berdiam diri."Mendengar itu, sontak saja Cyra langsung mengalihkan pandangannya pada Alvon yang ternyata tengah menatapnya.Benar. Tatapan lelaki it
Selama tiga hari Cyra berada dirumah setelah kepulangannya dari rumah sakit, yang Cyra lakukan hanya lah melamun dan melamun.Akhir-akhir ini Cyra lebih sering berdiam diri di dalam kamar. Berulang kali Alvon selalu memergoki nya sedang melamun di balkon, bahkan menangis ditempat tidur.Lihat. Seperti saat ini. Alvon mendapati Cyra yang sedang berdiri memunggunginya diatas balkon. Alvon lantas melempar asal jas nya, sebelum akhirnya melangkah mendekati Cyra.Sementara Cyra tersentak kaget saat kedua tangan kekar melingkar di pinggang nya. Ia tahu. Ini pasti Alvon."Kenapa masih diluar? Ini sudah malam." Alvon menjatuhkan kepala nya pada bahu Cyra. Hidung mancung nya menghirup dalam aroma leher wanita nya itu."Jangan terlalu sering melamun, nanti kamu gila. Mau?” Ujar Alvon lagi, namun mampu membuat Cyra refleks memukul tangannya yang melingkar dipinggang."Ko
Senyuman itu terukir jelas di bibir Alvon saat matanya menangkap sosok Cyra yang tengah asik berbincang dengan gadis kecil yang berada di pangkuannya. Fasha.Memang, ketika tadi Alvon mengajak Cyra untuk keluar, Cyra malah mengatakan bahwa dirinya ingin bertemu dengan Fasha. Alhasil Alvon pun menuruti kemauan Cyra. Lihat saja, setelah bertemu dengan Fasha senyuman itu kembali terlihat diwajah cantik istrinya."Om, sini!"Fasha melambaikan tangannya kearah Alvon yang tengah berdiri sambil memegang segelas kopi hitam yang baru saja dibuatnya didapur.Alvon lantas tersenyum melihat Fasha dan Cyra yang juga meliriknya. Ia segera melangkahkan kaki menghampiri kedua perempuan itu dan mengecup pelipis Cyra sebelum akhirnya duduk disamping wanita itu."Kenapa hm?" Tanya Alvon pada Fasha."Hanya ate yang di cium?" Kedua sudut bibir Fasha melengkung ke bawah. Gadis kecil itu
"Astaga Alvon!"Cyra refleks menutup matanya setelah melihat sosok jangkung di hadapannya tengah mengenakan celana dalam. Astaga, celana dalam!Sang empu malah terkikik melihat reaksi sang istri kemudian melanjutkan mengenakan celana bahan selututnya serta kaus hitam yang sebelumnya sudah ia siapkan."Maaf sayang." Alvon berjalan menghampiri Cyra yang masih berdiri diambang pintu sambil mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil."Jangan kesini!""Aku sudah pakai celana, lihat lah."Cyra mengintip Alvon lewat celah jemari-jemari tangan kiri nya. Dan benar, lelaki itu sudah berpakaian lengkap."Kamu pasti sengaja, iya kan?" Cyra memukul pelan lengan Alvon. Alvon terkekeh, mengecup pelipis Cyra kemudian berkata."Tidak sayang.""Tidak salah lagi." Cyra mencebik sebal, kemudian memberikan coklat hangat yang baru s