Rosa menghembuskan nafasnya kesal. Ia sudah menceritakan perihal ayah Mr Alim kepada sahabat nya. Namun keempat sahabatnya malah menyuruh Rosa melanjutkan misi. Bila perlu menikah sekalian balas jasa kata mereka.
Fstt, padahal Rosa sudah membeberkan gaji Alfa yang senilai dengan uang jajannya, namun keempat sahabatnya tetap berpegang teguh pada pendirian mereka.
"Ya, gue malah tambah salut sama Mr Alim. Secara dia yang selama ini menjadi kepala keluarga. Gue denger denger ibunya baru nikah lagi setahun yang lalu lho."
Siska bercerita heboh. Matanya melirik sosok pria yang berjanggut yang sedang duduk sendirian di temani laptopnya.
"Eh, itu Rio kan?" Lana mengikuti arah pandang Siska.
"Hmm, Calon suami gue. " Siska tersenyum memperlihatkan sosok tanpan itu. Uhh, rasanya mendebarkan melihat seorang yang kau sukai dari jarak sedekat ini.
"Ngimpi!!"
Keempat sahabatnya bersorak, mengolok Siska yang masih saja tersenyum, memangku wajahnya. Matanya berfokus menatap sosok sempurna yang begitu lama di idolakannya.
"Yee, gitu deh Siska. Kita beda tau. Muhammad Rion Hartono is perfect. Ngaca mpok. Gue ajakin ke musholla kampus aja lo pada gak mau. Eh ngefansnya sama anak LDK, ya nggak nyambung." Rosa mencibir. Mulut pedasnya melunturkan senyum Siska hingga bahu gadis itu melemas.
Rosa benar. Selama ini dia begitu mengidolakan sosok Rio, namun menginjak mushola saja tidak pernah. Menghadiri kajian? apalagi, Sholat? Setahun dua kali, yaitu hari raya idul fitri dan idul adha, bahkan kadang tidak sama sekali jika berhalangan karena tamu bulanannya. Di antara mereka berempat mungkin Rosa yang paling sering sholat. Karena keluarga Rosa begitu taat beragama, mungkin hanya Rosa saja yang masih ogah disuruh berhijab.
"Besok, gue ikut deh ke musholla." Siska tersenyum. Membayangkan wajah segar Rio yang menyambutnya, pastinya tanpan seperti Mr Alim. Yeah, meskipun tidak setinggi Mr Alim.
"Jadi gimana nih? Ros, lo lanjutin kan misinya?" Maya menimpali.
“Liat aja ntar, gue mau susun strategi." Rosa tersenyum misterius mengaduk aduk milkshake nya. Tidak tau saja niatnya yang ingin ke musholla adalah salah satu usahanya memperjuangkan Mr Alim.
“Serah deh, gue mau nonton aja." Linda menggerakkan bahunya acuh. "Btw gue ikut ke musolla besok. Jan lupa wa gue. Minggu gue suka molor."
"Gue ikut juga deh. Sekali kali gue juga kudu belajar agama." Ujar Lana. Tertinggal Maya yang tentunya ikut. Karena gadis itu tidak betah di rumahnya sendirian.
“Oke, gue yang bawa mobil. Lo pada siap siap aja. Acaranya jam sepuluh." Rosa menyerahkan selembaran yang didapatnya beberapa hari yang lalu dari seorang teman sekelasnya.
“Gue cabut duluan. Mau ada acara sama momy." Rosa berlalu, menenteng ransel usangnya, memberikan isyarat kepada dua pria berbadan kekar yang tidak lain adalah body guardnya.
Roy dan Jun, dua body guard yang sudah bekerja mengawal Rosa selama lima tahun terakhir ini.
Semenjak peristiwa penculikan yang dialaminya saat berumur 6 tahun, sang kakek menyarankan ayahnya untuk mempekerjakan body guard. Dan Rosa hanya menurut saja, dia trauma jika mengingat ingat berapa banyak orang orang yang mengincar nyawanya. Bukan tanpa alasan, tentunya disebabkan karena sang kakek yang terlanjur kaya dan memiliki musuh di mana mana.
Rosa tidak peduli dengan omongan teman-teman yang di kampus, yang mengatakan ia pamer lah, anak momy lah, manja, centil, keganjenan, sombong, tukang pamer, atau apalah yang sering di dengarnya. Kenyataannya memang kakeknya kaya, dan ia butuh bodyguard untuk melindunginya, so ada yang salah?
"Aku mau ke gramedia.” Rosa mengekori kedua bodyguardnya menuju mobilnya. “Istrinya pak Roy udah sehat belum? " sambung Rosa sembari mengencangkan sabuk pengamannya.
“Alhamdulillah udah pulang non. Katanya makasih untuk bajunya, Rendi suka." Roy tersenyum simpul, melirik nona nya yang sedang tersenyum. Beberapa minggu lalu istrinya memang terserang typus hingga ia cuti cukup lama untuk mengurus buah hatinya, Rendi _anaknya yang berumur dua tahun.
"Aku senang Rendi suka. Kapan kapan ajakin lagi dong pak, biar bisa main sama Syana dan Khalid. Pak Jun juga, sekali kali ajakin keluarganya ke sini, masa iya nggak punya waktu, udah lima tahun kerja nggak pernah berkunjung." Rosa menggerutu di akhir kalimatnya. Ia sebal, tentu saja karena pengawalnya yang bernama lengkap Ahmad Junaidi itu tidak pernah sama sekali memperkenalkan keluarga nya secara langsung, terlebih keluarga nya berada di Semarang sana.
* * *
Rosa tersenyum riang, mengucapkan salam dan tanpa ba bi bu menarik Amanda _ibu tirinya menuju dapur.
"Unaa.....una!!"
Suara cempreng menyapa telinga Rosa saat melewati ruang tamu. Di sana dua batita kembar sedang berteriak menyapanya, berusaha untuk keluar dari kungkungan sang ayah.
"Hai baby boy, baby girl, kalian tambah tembam saja." Rosa melepaskan pelukannya dari sang ibu kemudian beralih menggoda kedua adiknya yang begitu lucu.
Khalid dan Syana adiknya yang hampir menginjak usia dua tahun. Hasil pernikahan ayahnya dan Amanda.
Ayahnya, Muhammad Arka Nugroho menikah tiga tahun yang lalu dengan Amanda Halim. Saat itu ayahnya sempat meminta maaf kepada ketiga anaknya perihal keinginannya untuk menikah. Zany, Danis dan Rosa sendiri tentunya senang dengan keputusan sang ayah, apalagi seumur hidup Rosa ia tidak pernah tau seperti apa ibunya, dan Rosa begitu menyayangi ayahnya yang mampu bertahan selama 19 tahun karena begitu mencintai ibunya. Meskipun usia ayahnya terbilang matang, mungkin nyaris menjadi kakek, jika saja kedua abang Rosa menikah tentunya. Usia ayahnya 46 tahun sedangkan ibu tirinya 29 tahun. Perbedaan umur yang jauh tidak membuat ayahnya surut untuk meminang ibu tirinya yang masih berstatus gadis. Dan yeah, sekarang Rosa memiliki teman perempuan di keluarga nya selain tantenya.
“Ppa...ppaaa...Naa...!!"
Syana memainkan bonekanya sembari bergumam, entah berkata apa, sedangkan Khalid sedang berada dalam pangkuan Rosa. Pria kecil itu sedang bermain lego, hanya memutarnya tanpa paham intinya.
"Ayah, mereka tambah subur saja. Perasaan aku seminggu udah nggak mampir. Tapi Khalid berat banget." Rosa mencium pipi gembul Khalid, sementara pria tembam itu hanya tertawa menimpali,sesekali menoel pipi kakaknya.
"Mereka masih minum asi, nanti kalau Sudah cukup dua tahun baru Ayah mau berhentiin." Sang ayah menjawabnya dengan tatapan lembutnya. Semua orang tau kalau ayahnya begitu menyayangi nya. Katanya sih karena Rosa itu seperti almarhum ibunya atau sebut saja istri pertama ayahnya.
“Kak, ayoooo! Katanya mau bantuin bunda.!" Suara teriakan Amanda membuat keduanya terkikik geli. Ibunya itu begitu cerewet.
“Okay mom, I'm coming...! Bye baby twins...!"
Rosa mengecup Khalid dan Syana bergantian. Kemudian berlalu ke dapur menyusul ibunya.
"Bun, kita buat dessert ala timur tengah kan? Kemarin kakak beli enak banget tau." Rosa mulai memperhatikan bahan-bahan yang sudah ibunya siapkan.
“Hmm, Namanya Basbousa, sayang. Bahan-bahannya, tepung semolina, susu bubuk, gula halus, mentega, yoghurt, baking powder dan air tentunya. Bunda tambahkan kelapa parut sedikit, kata temen Bunda rasanya semakin gurih nanti."
Amanda mengeluarkan mixer, sedangkan Rosa mulai mencampur Bahan-bahannya.
Keduanya terlihat begitu sibuk, Rosa yang sibuk dengan kue nya sedangkan Amanda sibuk memasak rendang dan berbagai macam masakan kesukaan Zany _kakak laki-laki pertama Rosa yang akan pulang dari Paris hari ini.
"Mom, creamnya nanti atau sekarang? "
Rosa bertanya sembari mengintip ke arah kue nya yang sudah berwarna kekuningan di dalam open sana.
"Sekarang sayang, kalau nanti warnanya tidak cantik lagi. "
Rosa tersenyum, menekan tombol of, kemudian mengeluarkan kue nya yang benar-benar menggugah selera.
“Dad..da. ...daddaaaaaa....!!"
Suara lengkingan Syana membuat Rosa cekikikan, wanita itu menoleh ke arah Syana yang merangkak ke arahnya.
“Sayang, mereka lapar, sepertinya."
Sang ayah datang dengan menggendong Khalid, pria tembam itu sedang menangis sesekali menguap.
“Mbak lela...! Rendangnya di adukin tolong." Amanda memanggil salah satu Art-nya, hingga seorang wanita setengah baya datang meraih spatula di tangan Amanda.
“Cieee..! Bilang aja ayah minta di kelonin..!" Rosa terbahak melihat tingkah ayahnya yang tersenyum memeluk pinggang Amanda, sedangkan Syana sudah beralih ke gendongan ibu nya itu.
“Nooo. ...nooo. ..!!" Syana merengut, memukul lengan Khalid yang mencoba meraih ibunya.
“Gantian sayang, adek dulu. Nanti abang." Arka menengahi, mengusap lembut kepala Khalid.
"Tuuu...tuuuw!" Khalid bergumam, dengan bibirnya yang bersiap mengeluarkan tangisnya.
“Iya sayang, sabar. Ke kamar yuk, bobok!" Amanda tersenyum, mengusap bekas air mata putranya. Sedangkan Syana sudah asyik bersembunyi di balik kain nya, menyedot nutrisi nya dengan penuh semangat.
“Bun, jangan lama-lama."
Rosa sedikit berteriak, melihat punggung ayahnya yang semakin menjauh . Ia sungguh senang melihat ayahnya ada yang mengurusi ,meskipun bukan rahasia umum lagi kalau ibu tirinya itu yang menggoda ayahnya, terkesan murahan tapi ya begitulah cinta. Dan pada akhirnya ayahnya menikahi ibu tirinya itu. Rosa berharap nantinya Mr Alim luluh seperti ayahnya. Ya, semoga saja Allah mudahkan. Rosa berdo'a dalam hatinya.
…...
Ahad, pagi ini grup sexy yeoja tanpak berbeda. No dress you can see, dan itu sukses membuat beberapa mahasiswa memandangi mereka kagum. Terutama Rosa yang begitu cantik dengan gamis hijau daunnya, pasmina berwarna coklat melekat pas di kepala gadis itu. Sedangkan keempat temannya, berpakaian ala ala hijabers yang sedang ngehits di I*******m.
“Ros, lo cantik banget. Tadi Mr Alim liatin loh." Siska berbisik, sesekali melihat ke depannya.
“Masa sih? Yang mana? Gue gak liat Mr Alim." Rosa ikut berbisik. Melihat sekelilingnya, ia bernafas lega untungnya mereka duduk di shaf pojok sebelah depan kiri.
“Yang pake jaket biru dongker. " Maya berbisik. Ia melirik Rosa yang sudah sukses menganga.
Oh, betapa ganteng nya Mr Alim!!
Rosa tersenyum, rasanya ia ingin menarik Mr Alim kemudian memeluk tubuhnya yang peluk_able, dada bidangnya yang sandar_able. Ughh, Mr Alim begitu menawan dengan stylenya yang sederhana namun perfect di matanya.
“Pstt, dengerin lo pada. Jangan salfok."
Lana memperingatkan, dan keempat temanya kembali menyimak.
"Kita tidak dianjurkan memakai pakaian syuhra atau tab'dzir. Nabi shallAllahu alaihi wasallam melarang memakai pakaian syuhra, yaitu pakaian yang mengundang persepsi negatif atau menarik perhatian orang-orang atau lebih condong kepada hal-hal negatif. Contohnya teman-teman kita yang berada di Jogja seringkali membuat kaos bergambar tidak senonoh, serta kata kata yang mengganggu. Bayangkan saja bila mereka menggunakan baju itu ke masjid, orang di belakangnya melihatnya kemudian tidak fokus membaca Alfatihah karena gambar atau tulisan itu l, otomatis kita lah yang menjadi penyebabnya.
Kembali ke topik, bukan kita tidak boleh memiliki atau membeli sesuatu yg bagus. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan malah, sesuai dengan sabda beliau Shallallahu alaihi wasallam bahwasanya Allah Azzawajalla sangat menyukai bekas nikmatnya pada seseorang hamba.
Rosulallah Sallalahu alaihi wasallam memiliki wewangian dari Yaman, kain katun yang di bawa dari negri Syam, beliau memiliki tunggangan terbaik di Jazirah Arab. Artinya bukan kita tidak boleh menikmati rizki yang Allah Azzawajalla berikan. Asal rumus nya Laa ifrad waa laa tafrid, Artinya jangan terlalu berlebih lebihan dan jangan juga terlalu pelit, kita berada di tengah-tengah nya.
Contohnya, jika ada pakaian 50 ribu dengan seratus ribu maka kita pilih yang menurut kita kualitas nya bagus, ini tidak, ada yang seratus ribu, malah memilih yang seratus juta, untuk apa teman teman? Uang sebanyak itu bisa kita sumbang kan kepada saudara saudara kita, contohnya di Irian sana. Antum bangun sebuah masjid antum panen pahalanya, atau beli Al Qur’an kemudian kita bagikan, atau apapun yang bermanfaat bagi saudara-saudara kita.
Saya juga sering kali mendengar ibu ibu, para akhwat, ummahat kita yang sering berbangga dengan tas bermerknya, untuk apa ya ukhti? tas 2 milyar hanya akan dikenang jika kita sudah meninggal, mobil mewah tidak akan bisa mengantarkan kita sampai ke liang lahat, paling sebatas gerbang kuburan.
Ingatlah saudara ku, Dunia ini hanya ke-ma-san. Tanpan dan cantiknya seorang muslim, kaya dan miskinnya, muda dan tuanya tidak ada bedanya di hadapan Allah Azzawajalla kecuali ketaatannya.
Makanan yang kita makan, berapapun harganya, setelah melewati kerongkongan, kita tidak tau lagi mana yang menjadi nutrisi mana yang jadi kotoran. Kita tidak ikut andil dalam sehelai rambut kita, kita hanya menerimanya dan merawatnya.
Orang yang terkenal dengan Ketampanan serta kesolehannya, Nabi Yusuf Alaihisssalam telah meninggal. Raja yang terkenal dengan kekuasaannya, tubuh kekarnya, yang sempat mengaku tuhan, Fir'aun telah Allah musnahkan. Nabi yang yang terkenal dengan kerajaannya yang tidak tertandingi, Nabi Sulaiman Alaihisssalam telah meninggal. Dan siapa kita? Saudaraku, Nabi bukan, keluarga nabi juga bukan, sahabat, apalagi?
Oleh karena itu wahai saudaraku, jangan lupa tujuan kita di ciptakan. Mari perbanyak amal sholeh. Dunia hanyalah alat kita untuk meraih syurga. Ingatlah sabda RosulAllah sallalahu alayhi wasallam bahwasanya kita tidak lain hanyalah seorang pengembara di dunia ini, pastilah kita akan kembali ke kampung halaman kita yaitu akhirat
"Khitbah itu lamaran. Jadi gini deh, kan ta'aruf tujuan nya nikah. Nah biasanya kan ta'aruf itu tujuannya adalah berkenalan, tentunya harus di temani mahrom. Dalam proses ta'aruf itu nggak boleh pake hati, nanti baver kalau ujungnya tidak ada kecocokan. Tapi setau gue sih ulama menyarankan agar mengkhitbah terlebih dahulu baru ta'aruf. Ya ini sih buat orang yang udah kita kenal tap__"Intinya aja sih, nggak sabar gue." Lana menyela penjelasan Rosa. Ia juga tidak sebodoh itu dalam urusan perta'arufan. "Intinya ada cowok yang nge-khitbah gue dan udah di terima sama kakek." "W H A T ?! Elo yakin?" Rosa tersenyum mengiyakan suara toa Maya dan teman-temannya. Ia sudah menebak reaksi keempat sahabatnya saat dirinya mengatakan sudah di Khitbah. "Kita belum lulus Ros, ya elah jangan bilang elo nggak tahan pengen ena ena mangkanya jadi ngebet pengen nikah." Komentar Lana. Wanita itu tidak mempedulikan reaksi keempat sahabatnya minus Rosa yang menatapnya garang. "Aww, sakit!!" Lana meringi
TING! TING!Jam berdentang nyaring, menunjukkan pukul 7 pagi tepat. Terlihat dua bersaudara Danis dan Zany sedang menyesap cairan hitam di cangkirnya masing-masing sembari menonton acara berita yang sedang berlangsung di televisi. "Astagfirullah!! Dek..!" Zany nyaris menyemburkan kopinya ketika melihat sang adik yang menuruni tangga dengan wajah kucel nan lesunya di tambah ransel di punggungnya yang membuat Rosa terlihat begitu menyedihkan. "Kamu mau kuliah?" Tanya Danis begitu sang adik mendaratkan bokongnya. Sejenak ia menelisik penampilan sang adik yang lebih mirip gelandangan."Hmm..."Rosa mengangguk mengiyakan. Menuangkan susu coklat ke gelasnya tidak bersemangat. Gadis itu ikut menatap televisi dengan tatapan datarnya. Lagi lagi kisah tragis wanita yang di bunuh kekasihnya. "Abis nangis? Mata kamu bengkak lho dek," Danis menangkup pipi adiknya, memberi isyarat pada Zany agar menyembunyikan remote control televisi. Karena biasanya Rosa akan memindahkan channel ke acara Kpop.
"Asuransi pada dasarnya adalah menjamin sesuatu yang belum jelas terjadi. Sedangkan pengertian Ghoror adalah merugikan salah satu pihak atau transaksi yang tidak jelas produknya, waktunya, tempatnya, jenisnya dan harganya. Sedangkan dalam islam konsekuensi hukum transaksi antara lain; tidak boleh ada kebohongan, kedzoliman, ghoror dan manipulasi. Semuanya harus jelas. Bagaimana mungkin seorang mengatakan asuransi halal sedangkan di dalamnya ada kedzoliman. Seperti memakan harta seorang dengan batil. Coba fikirkan di antara 100 % pengguna asuransi yang klaim hanya 36 % atau selebihnya. Ada bahkan yang menggunakan asuransi 5 tahun tidak pernah rawat inap di rumah sakit. Oleh karena itu perusahaan asuransi memiliki keuntungan terbesar. Saya tidak menjelekkan suatu perusahaan, tapi hanya menjelaskan hukum syar'i. Gini deh, kalau masih belum mengerti. Misalnya seseorang mengasuransikan mobilnya, dia sudah membayar premi sekitar setahun dengan total 10 juta. Suatu saat mobil itu tabrakan,
Antara Pencipta dan Mahluk.Antara Langit dan Bumi.Antara Jin dan Manusia.Antara Bulan dan Bintang.Antara Kamu dan jodohku. Oh kasih.Aku tahu diriku tak pantas di cinta.Melirik pun kau menolak.Menyapa pun kau seolah tak ikhlas.Merindukanmu yang jauh di sana.Aku yang berlumur durja.Tak pantas mencintaimu yang begitu sempurna.Laksana Semut merindukan Bulan . Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan.Merindukanmu yang begitu dingin. Bak salju yang begitu indah.Kau putih namun membuatku sakit.Kau putih namun membuatku membeku.Tolong aku.Tolong hapus rasa ini.Tolong.Tolong jangan muncul lagi di ingatanku.Kenapa di antara milyaran pria hanya engkau yang ku damba.Kenapa di antara sekian pria hanya engkau yang membuatku terpana.Ketaatanmu....Pribadimu.....Wajahmu....Prinsipmu...Oh kasih...Aku tahu diriku tak pantas bermimpi...Namun salah kah aku mencintaimu? Salahkah aku jika berdo'a di sepertiga malam hanya untuk meminta hatimu pada sang Pencipta?Salahkah aku...In
Rembulan datang menyinari gelapnya malam, cahayanya beradu dengan kerlap kerlip lampu perkotaan yang ramai. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita keluar dari mobil berplat B1662J . Keempatnya berjalan menuju resepsionis yang langsung menyapa mereka dengan senyumnya. "Ruang VVIP melati nomer 5 di mana ya mbak? " Tanya wanita berhijab abu abu setelah salamnya terjawab. "Lantai paling atas, belok kiri." Jelas sang resepsionis ramah. "Oh ya, terima kasih mbak." Mereka segera bertolak menuju lift yang tidak jauh dari tempatnya. "Rosa beneran siksa kak Fitriani?" Tanya wanita itu akhirnya. Sendari tadi sebenarnya ia tidak sabar untuk bertanya. Mengingat sang kakak _Alfa yang berada di dekat mereka. "Cuma di tampar saja. Tapi nggak sakit kok cuma kebas saja , merah saja enggak." Fitriani tertawa menyentuh pipinya. Menurutnya Rosa itu lucu. Ia mengikuti langkah panjang kedua pria di depannya keluar dari lift. "Kok aku dengar cerita yang enggak enggak sih?" Alifa menggerutu, saat
Zany melirik Rolexnya bosan. Sudah 30 menit ia menunggu sang adik yang tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Ia sendari tadi menjadi sasaran empuk mahasiswi yang berlalu lalang, beberapa di antaranya terang-terangan menyapanya bahkan mengajaknya foto bareng. Sebagai cucu orang terkaya ke enam mungkin dirinya yang paling tenar di antara deretan pewaris orang terkaya di Indonesia. Mengingat sepak terjangnya dalam dunia bisnis dan sosialnya terhadap masyarakat luas tentu membuat namanya harum. Ia memang sering kali wara wiri di televisi tanah air sebagai narasumber dan terkadang hadir di beberapa acara bergensi lainnya."Mas Zany, saya lapar." Gadis berhijab di belakangnya bersuara. Setelah sekian lama menatap ponselnya akhirnya gadis aneh itu bersuara. "Tunggu sebentar, saya ke dalam. Makan rotinya." Zany melemparkan sebungkus roti kepada Ii'in. "Minum obat kamu setelah itu. Saya pergi." Zany melenggeng, menutup pintu mobilnya, melirik sekilas pada Asisten spesialnya yang tenga