Share

2. Dijebak?!

Author: Ana HR
last update Last Updated: 2025-06-13 18:04:32

"Gue udah berhenti kerja sih," curhat Mely tampak lesu.

Devita ikut bersimpati. "Kok bisa?"

"Yah, gue ngundurin diri karena kesalahpahaman. Sebenarnya mungkin aja, sih gue bisa membela diri. Tapi, bakalan susah juga kayaknya. Makanya gue ambil jalan pintas buat berhenti aja." Mely memejamkan matanya sesaat. Ia melirik Devita yang tampak tenang mendengarkan. "Dunia kerja gak seasyik yang gue kira, lo tahu gak sih kayaknya dunia kerja itu jauh lebih keras. Dan gue rasa ada sebagian orang yang memanfaatkan posisinya yang lebih tinggi untuk menjatuhkan yang lebih rendah."

Devita menepuk bahu Mely. "Jangan sedih lagi."

Mely tersenyum. "Yah, lagian gue bentar lagi nikah, sih. Walau sebenarnya gue bisa aja cari kerjaan lagi. Tapi, gue masih trauma, sih. Lagian ortu juga gak maksa gue kerja."

"Nah, syukurlah."

"Vi, gak disuguhin minum, nih? Haus tahu dari tadi gue ngomong panjang," kata Mely sambil terkekeh.

Devita mendengus. Lantas berdiri. "Bentar gue ambilin dulu."

"Oke, eh ... bentar Vi."

Devita berbalik memasang tampang malas. Gini nih kalau udah balik ke sifat aslinya. Memang mengesalkan. "Apa?"

"Buatin gue es, yah. Sirup juga boleh," pinta Mely tanpa malu.

"Oke."

Beberapa detik setelah Devita masuk, muncul pop up chat di layar HP Haura yang kebetulan di taruh di atas meja. Awalnya Mely tak penasaran karena ia sibuk memainkan HP. Jadi, ia tak tahu itu pesan apa. Ia hanya mendengar suaranya saja. Namun, ketika ketiga kalinya berbunyi, Mely akhirnya tertarik. Ia penasaran.

Alby

[Jadinya kapan kita ketemu?]

Mely hampir menggebrak meja saking terkejutnya. Ia mengambil HP Devita. Beruntungnya HP Devita tidak memakai sandi atau pola. Jadilah, Mely tak kesulitan.

Alby

Online

Alby : [Serius?!]

Alby : [Yaudah hayu! Kebetulan gue juga lagi nyari pasangan, nih]

Alby : [Jadinya kapan kita ketemu?]

Mely menutup mulutnya. Sungguh, ia sangat shock melihat chat itu. Awalnya Mely kira Devita tidak akan memakai sarannya untuk mengunduh aplikasi dating app pencari pasangan itu. Tapi, rupanya Devita mendengarkan? Amazing.

"Gila, sih. Harus gue bantu, nih." Mely mesem-mesem sendiri.

Alby

Online

Devita : [Oke]

Devita : [Jam berapa? Dimana?]

Alby : [Restoran AZ, jam 10 pagi]

Alby : [Bisa?]

Devita : [Okeh]

Devita : [Sharelock]

Alby : Send a location

Alby : [Oh, iya foto lo? Biar nanti gue gak susah nyarinya]

Me : Send a photo

Mely tersenyum. Perempuan itu buru-buru menghapus jejak pesannya. Namun, untuk lokasi, Mely meneruskan pesan itu, lalu mengirimkan ke nomornya.

"Sip, berjalan dengan sempurna," gumam Mely.

Mely meletakkan kembali HP Devita setelah membereskan semuanya.

Tak berapa lama Devita membawa teko dan dua buah gelas di nampan. Mely dibuat cengo. "Buset, lo kira yang minum banyakan? Cuma gue sama lo doang padahal. Pantesan lo bikinnya lama."

Devita meletakkan nampan di meja. Ia duduk. Menatap Mely dengan pandangan kesal. "Jangan protes." Devita tersenyum tipis. "Lo kira gue lupa, yah? Padahal lo 'kan sering dikatain gentongnya air pas SMA gara-gara suka minum banyak banget."

Mely mendesis. "Masa lalu itu."

"Sekarang masih sama juga 'kan?" goda Devita menaikturunkan alisnya.

Mely meminum minumannya. Melirik Devita sebentar. "Iye masih sama," balas Mely pasrah.

Devita duduk. "Mel, gue gak sengaja ngajak orang dichat nikah? Gimana dong?" Devita mengulum bibirnya gugup.

Mely pura-pura terkejut. "Buset, kapan?"

"Kemarin 'kan gue unduh aplikasi yang lo rekomen. Nah, gue nyoba 'kan. Dan bodohnya gue langsung ngajak dia nikah? Gue malu banget sampe sekarang. Makanya gue gak bales chat dia lagi," terang Devita.

"Yaudah, sih gak sengaja juga 'kan. Gak usah dibales."

"Apa gue hapus aplikasinya aja, ya?"

Mely mendadak panik. Namun, ia berusaha untuk tidak menunjukkan kepanikannya. "Jangan, siapa tahu nanti lo butuh."

"Ah, oke."

"Eh, iya besok mau temenin gue beli baju gak? Itung-itung refreshing-lah. Kayaknya akhir-akhir ini lo banyak pikiran, deh." Mely mulai membuat sebuah alasan untuk menjebak Devita.

"Oke, jam berapa? Dimana?" tanya Devita antusias. Pasalnya Devita memang suka sekali kalau diajak jalan-jalan.

"Entar gue chat."

"Traktir dong," pinta Devita.

"Gimana, nanti, deh."

💐💐💐

Devita cukup terkejut begitu sampai di depan sebuah bangunan bertuliskan restoran AZ. Ia takjub melihat bagaimana desain bangunan yang sepertinya terlihat mewah. Dari luarnya saja sudah seperti ini apalagi dalamnya. Jangan sampai ia pingsan saking takjubnya.

Devita berulang kali menengok lokasi yang Mely berikan. Tapi, memang benar tempatnya di sini. Devita masuk. Ia celingukan mencari di mana keberadaan Mely.

"Kemana tuh bocah?" batin Devita.

Devita menelpon Mely. Namun, perempuan itu tak menganggkatnya. Apa dia belum sampai? Devita memutuskan untuk duduk saja di sembarang tempat yang kosong.

Baru saja asik melamun, Devita dikejutkan dengan suara seseorang. "Devita?"

Devita menoleh. Menatap laki-laki dengan setelan kemeja rapi. Siapa dia? Kenapa dia bisa tahu namanya?

"Kok wajahnya kayak pernah lihat, yah?" batin Devita.

"Gue udah nunggu dari tadi loh."

Devita mengernyit. "Bentar-bentar. Lo ... nunggu ... gue? Gak salah?" Tempo bicara Devita sedikit melambat karena kebingungan.

"Iyah."

Devita melongo. "Lo siapa? Gue gak kenal," desis Devita terang-terangan menunjukkan wajah tak suka.

Alby mengeluarkan HP-nya. Ia menunjukkan riwayat chat dengan Devita kemarin. Melihat itu wajah Devita mendadak beku.

"Tunggu dulu, gue 'kan gak pernah balas chat dia. Terus siapa dong yang balas chat itu," batin Devita heran.

Devita terpikirkan satu nama. Mely.

"Wah, kurang asem tuh orang ngejebak gue. Pantesan aja kemarin gue disuruh gak boleh hapus aplikasi itu," gerutu Devita dalam hati.

"Itu bukan gue, itu temen gue iseng bales," ucap Devita cepat.

"Udah terlanjur datang ke sini. Jadi, sekalian aja bicarain soal pernikahan kita." Alby mengambil tempat duduk di depan Devita.

Beberapa menit kemudian. Makanan dan minuman sampai. Setelahnya suasana jadi semakin canggung.

"Jadi, mau konsep pernikahannya gimana? Ah, ya gue harus ke rumah lo dulu buat minta restu yah," oceh Alby sembari mengaduk-aduk minumannya.

"Tapi itu cuma bercanda, hehe. Salah ketik."

"Ngawur!" sahut Alby sembari menyidekapkan tangannya.

"Bodo amat, dah! Gue balik."

"Wah lo mempermainkan gue, nih," kata Alby dengan ekspresi sok sedihnya.

Devita mendelik. "Budeg ya. Gue bilang kan yang ngebales chat lo temen gue. Udahlah ya gue balik. Anggap aja kita gak pernah chattan bahkan ketemu. Gue gak seputus asa itu nyari pasangan."

Alby berdiri. Laki-laki itu mengangguk. "Kalau kita sampe ketemu lagi. Gue bakalan nuntut lagi soal ajakan pernikahan dari lo ini."

"Gak akan!" seru Devita kesal. Setelahnya langsung melengos pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas, Nikah, Yuk!   19. Gara-Gara Mantan

    "Selamat ya ... atas pernikahannya bestie," kata Devita ketika perempuan itu bersalaman dengan Mely di atas pelaminan ditemani oleh Alby tentunya. "Thanks bestiee." Sesaat keduanya berpelukan. Mely berbisik pelan di samping telinga Devita ketika keduanya masih berpelukan. "Ada mantan lo tahu."Seketika Devita melepaskan pelukannya. "Serius lo?!" Perempuan itu menatap Mely nyaris seperti melotot. Membuat Mely menepuk keras bahu sahabatnya agar tahu situasi. Sebab ekspresi perempuan itu mengundang rasa penasaran beberapa orang termasuk Alby. Mely tertawa pelan. Bukannya menjawab pertanyaan dari Devita, perempuan itu justru mendorong sahabatnya ke arah Alby. "Bawa istri lo deh sebelum dia bikin keributan." Alhasil Alby menarik Devita menjauh. Meski perempuan itu sempat berontak dan nyaris tersandung gara-gara tak mengikuti ritme langkah kaki suaminya. "Ngomongin apa?" tanya Alby dengan tatapan menyelidik setelah keduanya berhenti disudut tempat duduk yang agak sepi. "Gak ada, bia

  • Mas, Nikah, Yuk!   18. Katanya Gak Ngambek

    "AC-nya kecilin, Ta," kata Alby laki-laki itu tampak membungkus tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Devita sedang memegang remote AC sambil berdiri di sisi kasur. Bukannya mendengarkan, perempuan itu justru menaikkan suhu AC. Alby keluar dari selimut. Laki-laki itu melangkah menghampiri sang istri. Hendak mengambil remote AC. Tetapi, sayangnya Devita sudah lebih dulu menyadari kehadiran sang suami. Sehingga ia bisa dengan cepat menghindar. "Ta! Kecilin." "Gak mau. Gerah tau." Alby berlari mendekati Devita. Perempuan itu dengan cepat menghindar. Ia bahkan berlarian sampai melintasi atas kasur, atas kursi, lompat bahkan membelokkan arah agar tak tertangkap. Sedangkan Alby tampak greget sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengejar langkah pendek istrinya. Tangan besarnya berhasil menangkap Devita. Ya, lebih tepatnya memeluk perut istrinya dari belakang. Membuat Devita memberontak. Berusaha untuk menyembunyikan remote AC itu. Sampai tangannya ia rentangkan ke atas berha

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

  • Mas, Nikah, Yuk!   14. Playboy Insyaf

    "Gue gak expect sebenernya sama lo yang tiba-tiba nikah sama cewek dari dating app. Gue kira malah lo cuma mau kayak biasanya," kata Cakra sembari menyesap kopinya. Mereka saat ini sedang berada di warung tempat biasa nongkrong. Alby menatap langit yang berubah senja. Tawanya mengudara. "Pada awalnya gue gak dengerin kata-kata lo yang nyuruh tobat dan bener-bener serius sama satu cewek. Tapi, pas lo saranin dating app, gue coba dan langsung klik sama satu cewek. Gue sih iseng ya pada awalnya karena tiba-tiba Devita ngajak nikah." Cakra nyaris menyemburkan kopinya. Laki-laki berkaus hitam itu menatap Alby serius. "Asli? Jadi, Devita duluan yang ngajak?" Alby mengangguk. "Iya, giliran pas ketemu langsung baru deh jatuh cinta." Cakra mencibir. "Bukan baru jatuh cinta namanya. Itu mah cinta lama bersemi kembali." Lagi, Alby tertawa. "Ya, dari situ gue bener-bener lakuin segala cara buat gak ngelepasin dia dan kayaknya takdir berpihak sama gue. Apalagi pas gue tahu temennya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status