Share

Part 11 Keresahan Gama 2

Setelah pertengkaran malam itu, sebulan kemudian Dea dan Antika pulang. Hubungan jarak jauh yang dingin. Hingga suatu hari, Dea memutuskan untuk bercerai.

Gama yang egois tidak mau merendahkan diri dan memohon agar Dea mau bertahan dengannya. Dea masih berharap kalau Gama akan berjuang untuk rumah tangga mereka, nyatanya Gama diam dengan sikap keras kepalanya.

Dea yang masih cinta, lebih mempertahankan harga diri daripada merayu pada lelaki yang tak lagi peduli. Mengorbankan perasaan meski sangat tersiksa.

Hubungan mereka berjarak. Gama yang kecewa enggan membangun komunikasi, selain tetap memenuhi tanggungjawab memberikan nafkah pada putrinya.

Pada akhirnya Gama yang stres dan kalut, memutuskan pulang ke Indonesia. Bertemu pula dengan Saga yang membuatnya tambah cemburu karena perhatian beberapa orang terdekatnya beralih pada putra buleknya itu.

Ancamannya yang ingin menggoda Melati hanya ancaman belaka. Mana pernah dia mendekati perempuan kecintaan Saga itu. Selain usil dengan membuat teror saat Saga memboceng seorang perempuan suatu malam.

Lalu kemarahan sang mama dan nasehat dari Bu Ariana, menyadarkan Gama untuk kembali menjadi ayah yang bisa menjalin komunikasi dengan putri kecilnya.

Tidak hanya dengan Antika. Hubungan dengan Dea juga membaik. Sering menghabiskan liburan dan akhir pekan bersama.

Kemudian ia kenal Alita dari Dea. Perempuan itu mendekatinya. Di tengah rasa kesepian, dia masuk dalam kehidupan gadis itu. Keceriaan dan sikap agresif Alita sempat melenakannya. Tapi kenapa sekarang ia terusik dan tidak terima saat ada laki-laki lain mendekati De. Panggilan kesayangan untuk seorang Deandra.

Gama memandang sekilas ponsel yang berpendar di atas meja. Pasti Alita yang mengirimkan pesan. Sebab sejak tadi, ia tidak membalas satu pesan pun dari tunangannya itu.

Malam makin larut. Gama masih terjebak dengan perasaan gelisahnya. Bayangan kebersamaan dengan Deandra berkeliaran tanpa ampun. Pernikahan mereka yang megah dengan adat Jawa, bulan madu dan malam penuh warna di Bali. Ingat bagaimana Dea tidak bisa berjalan dengan baik pagi harinya. Hampir seminggu mereka berbulan madu di Pulau Dewata. Semua begitu indah tapi amat menyiksanya sekarang.

"Aku hamil!" Suara merdu itu terdengar di awal pagi saat Dea keluar dari kamar mandi. Memberikan surprise saat ia baru membuka mata. Ucapan yang membuat Gama melompat turun dari ranjang dan langsung memeluk istrinya. Memeluk erat tanpa kata-kata. Sebab Gama tidak tahu bagaimana mengungkapkan kebahagiaannya.

Sebulan setelah menikah, Dea langsung hamil anak pertama mereka. Merupakan sebuah kado untuk wisuda S2 Gama bulan depannya.

Sembilan bulan kemudian mereka kehilangan.

Tidak sampai tiga bulan, Dea hamil lagi. Harus bed rest total karena mabuk parah. Bahkan sampai beberapa kali opname karena kondisi Dea yang lemah. Gama harus menggendongnya jika Dea ingin ke kamar mandi.

Dan Antika lahir seminggu sebelum tanggal perkiraan dokter.

Gama menarik napas panjang. Melonggarkan sesaknya dada saat mengingat semua itu. Kenapa dia begitu egois, kenapa keras kepala. Kenapa tidak bisa menghargai cinta Deandra yang begitu besar untuknya. Kenapa ia tidak pernah memperjuangkannya, seperti ia berjuang untuk mendapatkan Dea dan akhirnya menikahinya dulu.

Sekarang baru merasakan tertikam, saat ada lelaki lain yang jatuh cinta pada mantan wanitanya.

Gama menjatuhkan diri di kursi putar. Mengangkat kedua kakinya ke atas meja. Menghabiskan malam di ruang kerja, rumah dua tingkat yang hanya ditempatinya sendirian.

***L***

[Aku sudah di depan, De.] Dea membaca pesan dari Gama.

Jam enam tadi Gama memang mengirimkan pesan kalau pagi ini ingin mengantarkan Antika ke sekolah. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi membuat Dea heran karena sudah lama Gama tidak pernah menemui putrinya sepagi ini.

[Tunggu sebentar. Antik masih memakai kaus kaki.] Balas Dea.

"Sayang, pagi ini kamu berangkat sekolah di antar papa, ya." Dea bicara pada putrinya.

Antika mengangguk.

Setelah rapi, Dea mengantarkan sang anak turun ke bawah. "Mbak Sri, tolong antarkan Dea ke depan, ya. Papanya nunggu di luar pagar," pinta Dea pada Mbak Sri yang tengah membereskan meja makan.

"Njih, Mbak. Ayo, Nona Antik!" Wanita itu menggandeng lengan kecil Antika dan mengantarnya keluar pagar.

Gama yang bersandar di body mobil tampak kecewa, ternyata bukan Dea yang mengantarkan sang anak. Namun ia tetap tersenyum pada gadis kecilnya. Lalu membukakan pintu mobil untuk Antika.

"Makasih, Mbak Sri."

"Njih, Mas."

Mbak Sri kembali masuk ke dalam rumah, setelah mobil Gama bergerak pergi.

"Antik, sarapan apa tadi?"

"Nasi goreng. Mama yang bikin."

"Enak, dong?"

"Enak. Antik suka nasi goreng buatan mama. Oh ya, kapan papa ngajak Antik dan mama jalan-jalan lagi. Antik pengen beli es krim di HEHA."

"Nanti papa kabari ya. Papa masih sibuk dalam minggu ini."

"Iya, Pa."

Gama mengalihkan perhatian pada ponselnya yang ada di dashboard. Diraihnya benda pipih yang berpendar. Alita menelepon.

"Halo."

"Mas, bisa jemput aku nggak?"

"Mobilmu kenapa?"

"Nggak tahu, kayaknya ada masalah lagi ini."

"Naik taksi saja. Aku sudah dalam perjalanan mengantarkan Antik ke sekolah."

"Aku tunggu!"

"Nggak bisa, Lita. Aku harus segera berangkat ke kantor. Kamu naik taksi saja."

"Sorenya bisa jemput?"

"Aku nggak janji. Sudah kubilang kalau aku sibuk dalam minggu ini."

Telepon ditutup oleh Alita. Kecewa pastinya. Baru kali ini gadis itu memintanya mengantar dan menjemputnya di kantor. Apa karena Dea sudah tahu tentang hubungan mereka, jadi dia lebih berani.

"Siapa yang nelepon, Pa?" tanya Antika penasaran.

"Teman papa, Sayang," jawab Gama sambil tersenyum.

"Mama baru?"

Gama kaget dengan pertanyaan putrinya. Kenapa Antika bisa bertanya seperti itu.

"Siapa yang ngasih tahu Antik tentang mama baru?"

"Antik hanya dengar dari teman Antik. Papa dan mamanya nggak tinggal bersama. Lalu papanya bawa mama baru untuknya. Terus Antik tanyakan ke mama, kenapa papa dan mama nggak tinggal bersama seperti orang tua dari teman-teman Antik di sekolah."

"Mama jawab apa?"

"Kata mama, nanti kalau Antik sudah besar, Antik akan tahu alasannya. Pasti papa akan bawa mama baru seperti papanya teman Antik, kan?"

Gama tidak bisa bicara. Mata bening Antika menuntut ia untuk segera memberikan jawaban.

"Iya, kan, Pa?"

* * *

Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
kasian Antik.... hug fr Antik
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
setujuuuuuu
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
sengaja nih Alita minta antar jemput ke kantornya. mau pamer gitu sama Dea. tpi sayang Anda belum beruntung. hihihi
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status