Share

Part 6 Move On, Dea 1

last update Last Updated: 2023-10-04 20:17:21

MASIH TENTANGMU

- Move On, Dea

"Antik sudah pulang apa belum?" tanya Gama memandang ke arah Dea.

"Aku belum tahu. Sejak pagi aku takziah. Mungkin malam nanti, Antik baru di antar oleh Mas Rizal. Maaf, Mas. Aku pulang dulu."

"Tunggu!" tahan Gama saat Dea hendak melangkah.

"Bisa kita bicara sebentar."

Apa yang hendak dibicarakan oleh Gama? Apa akan memberitahu tentang hubungannya dengan Alita? Degup jantung Dea terasa nyeri.

"Bicara apa?"

"Aku dan Alita ...."

"Aku sudah tahu," sahut Dea cepat sambil bersitatap dengan Gama. Lantas lebih dulu mengalihkan perhatian pada tempat lain.

"Apa yang kamu tahu?"

"Kalian sudah bertunangan dan akan menikah." Oh, rasanya sangat sakit mengatakannya.

Hening. Yang terdengar hanya gemerisik dedaunan yang bergesekan karena tertiup angin.

Sebenarnya Gama tidak ingin membicarakan hal itu. Tapi Dea pasti melihat mobilnya yang dipakai oleh Alita tadi.

Gama menghela nafas panjang sambil memandang nisan kecil, di mana anak pertamanya telah tenang di sana. Tempat yang rajin ia sambangi. Walaupun ia sempat mengabaikan Antika beberapa waktu setelah pulang dari Amerika. Namun tak pernah absen untuk datang pada putranya. Kepergiannya waktu itu menimbulkan luka parah dalam jiwanya. Aryandra.

Keduanya masih saling diam hingga gerimis turun. Gama menatap wajah sendu Deandra. Apa yang dia sembunyikan? Apa karena dia sudah tahu hubungannya dengan Alita, makanya mulai menghindar darinya. Kenapa? Apa Dea masih menyimpan rasa untuknya?

"Aku pulang dulu, Mas. Semoga kamu bahagia dalam pernikahanmu dengan Alita." Dea tersenyum meski kalimatnya terdengar kaku. Ia melangkah pergi meninggalkan Gama yang masih berdiri di tempatnya.

Sambil melangkah, Dea merasa lega. Dia tidak menunjukkan sikap kampungan di hadapan Gama. Meski hatinya seperti gerimis yang turun sore itu. Sedikit pun ia juga tidak menoleh lagi ke belakang. Semua harus berakhir detik ini. Gama sudah mengakui dan apa yang harus ia harapkan lagi.

Dea meraih tisu untuk mengelap air mata. Isaknya tak terbendung. Namun buru-buru ia menyalakan mesin mobil dan harus pergi dari sana sebelum Gama ke luar.

Gerimis telah menjadi hujan deras ketika Dea meninggalkan pemakaman. Meninggalkan insan masa lalunya yang tengah kehujanan di belakang sana.

"Mama," sambut Antika yang berdiri di ambang pintu, saat Dea keluar dari garasi.

"Hai, Sayang. Anak mama sudah pulang." Didekapnya gadis kecil itu beberapa saat. Lantas bersama-sama masuk ke dalam rumah.

Sang mama muncul dari dalam sambil membawakan sosis solo di piring. "Kok baru pulang? Apa baru selesai pemakaman?" tanya Bu Wetty sambil meletakkan piring di meja ruang keluarga.

"Ya, Ma. Tadi aku juga pergi ke makam Arya." Dea duduk di sofa dan melepaskan kacamatanya. Sedangkan Antika duduk menonton kartun di karpet depan televisi.

Bu Wetty melihat sembabnya mata sang anak, tapi ia mengira Dea menangis karena habis takziah. Dea pernah cerita kalau bosnya ini sangat baik. Mungkin juga menangis karena ingat putranya. Wanita itu tidak tahu, Dea menangis karena hal lain.

"Jam berapa Antik di antar Mas Rizal, Ma?"

"Udah jam dua tadi. Pulang langsung tidur. Antik baru bangun itu. Terus mama suruh mandi. Kamu juga buruan mandi sana. Waktu salat asar keburu habis nanti."

Dea langsung bangkit dari duduknya. Naik ke kamarnya di lantai dua. Hari ini puncak dari rasa duka laranya. Sebab meski tidak secara blak-blakan, Gama sudah memberitahunya. Besok pagi saat ia membuka mata, harus dengan suasana baru. Walaupun pasti akan bertambah sulit.

Bagaimana tidak, ia akan berhadapan dengan Alita setiap hari di kantor. Hubungan pertemanan mereka pasti akan berubah drastis.

Hubungannya dengan Alita tentu saja tidak akan seperti sebelumnya. Pasti akan ada jarak yang kentara di antara mereka. Dan hal itu akan menimbulkan kecurigaan teman-teman kerja. Sebab mereka memang dekat sebelum ini.

Kali ini Dea tidak menangis di kamar mandi. Tapi terisak-isak di atas sajadahnya. Ia tumpahkan segala luka sore ini. Semuanya dan harus selesai saat itu juga. Mengharapkan Sang Maha Pencipta mencabut segala perasaannya untuk Gama. Memohon kekuatan agar bisa melewati semuanya dengan kelapangan dada.

Ia akan mampu melewati fase ini. Membiarkan segalanya berjalan seperti biasa, mengalir begitu saja. Tak perlu lagi ia banyak bicara, banyak kata untuk membahas tentang Gama dan Alita. Ia harus menjadi ibu yang bahagia untuk putrinya. Memang butuh waktu untuk bisa berproses seperti itu.

Dea bangkit dari atas sajadah. Melepaskan mukena dan melipat seperti biasanya. Kemudian berdiri di samping jendela kamar, menyaksikan hujan yang tumpah di luar sana.

Jika belum sampai rumah, mungkin Gama basah kuyup di sana. Sebab pergi dengan motor sport yang tadi dilihatnya. Kalau ia tahu itu motor Gama, tentu Dea tidak akan nekat masuk dan bertemu di makam anak mereka. Bukankah cara agar tidak terluka adalah menghindari sumbernya. Sumber yang menyebabkan kecewa.

Diraihnya ponsel kemudian menekan tombol power. Ia tidak akan menerima telepon dari siapapun malam ini.

***L***

Dea baru saja merebahkan diri di atas pembaringan dan ingin membacakan buku cerita untuk Antika. Tapi pintu kamar diketuk dan terdengar suara Mbak Sri di luar. "Mbak Dea."

"Ya, Mbak Sri. Ada apa?"

"Ada Mas Gama."

Degup jantung yang sudah mulai tenang, kini kembali bergemuruh. Sebenarnya dia ingin mengajak putrinya tidur lebih awal.

"Papa, Ma." Antika lebih dulu bangun dan turun dari ranjang dan segera membuka pintu. Gadis kecil itu sangat bersemangat tiap kali papanya datang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu masih suka perjuangkan. memangnya si gama itu cenayang, apalagi dulu kamu yg minta cerai
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
nyesek bacanya...yang kuat y Dea.
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
Gama benerannudah ga ada perasaan apa² sama Dea kayaknya... makanya ayo move on Dea
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 145 Hidup Baru 2

    Paginya, Alita berkemas-kemas dibantu oleh Naufal. Sesekali mereka saling pandang dan melempar senyum. Rambut Alita terurai sebawah bahu dan masih setengah basah."Akhir pekan ini, kita lihat rumah di Grand Permata," kata Naufal menghampiri istrinya dan membantu mengunci travel bag."Kamu sudah tahu Grand Permata, kan?""Iya, aku pernah lewat sana.""Kamu suka nggak tempat itu?""Suka.""Ada juga di Singosari Residen. Tapi kejauhan kalau ke kantor. Di sana pemandangannya juga menarik. Bagaimana?""Aku ngikut saja. Mana yang terbaik buat kita.""Oke. Nanti kita lihat dua-duanya. Jadi kamu bisa membuat pilihan. Kalau di Singosari Residen memang lebih tenang tempatnya. Adem karena di kelilingi perbukitan. Cuman agak jauh dari kantor. Sebelum mendapatkan rumah, kita tinggal di kosanku sambil cari kontrakan rumah untuk sementara.""Ya." Alita tersenyum. Kemudian mengecek laci, memperhatikan gantungan baju, dan masuk ke kamar mandi untuk memastikan tidak ada barang mereka yang tertinggal.T

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 144 Hidup Baru 1

    MASIH TENTANGMU- Hidup BaruJam dua ketika tamu sudah mulai senggang. Alita menghampiri Dea dan Melati yang duduk ngobrol, terpisah dari rombongan Pak Norman."Makasih banget kalian menyempatkan datang dari Jogja ke Surabaya," ucapnya sambil duduk di kursi depan dua wanita itu. Agak susah duduk karena memakai jarik yang sangat sempit. Makanya Dea membantu memegangi tangan Alita agar tidak terjengkang."Sama-sama," jawab Dea dan Melati hampir bersamaan."Setelah ini kamu dan suamimu tinggal di Malang?" tanya Melati."Iya. Kami berdua kerja di sana.""Kamu sudah lama pulang ke Surabaya?" tanya Melati lagi Dijawab anggukan kepala oleh Alita. Melati malah tidak tahu banyak tentang Alita, semenjak pakdhenya Alita masuk penjara. Apalagi setelah putus pertunangan dari Gama, Alita tidak pernah lagi datang ke kafenya. Dea sendiri tidak pernah membahas pertemuannya dengan Alita pada siapa-siapa. Kecuali pada sang suami, itu pun baru seminggu yang lalu. "Bentar aku mau ke toilet," pamit Melat

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 143 The Wedding 2

    Jogjakarta, dua minggu kemudian."Undangan dari siapa, Mas?" Dea meraih undangan yang baru diletakkan oleh Gama di hadapannya. Dia membaca nama yang tertera. Tidak ada foto calon pengantin dalam undangan itu."Dari Alita?" Dea kaget. "Ya. Saga yang ngasih tadi. Seminggu lagi Lita nikah di Surabaya. Kata Saga, Naufal itu teman kuliah mereka dulu.""Calonnya dari Surabaya juga?"Gama mengangguk, tapi dia heran melihat wajah sang istri tampak bingung dan berulang kali memperhatikan undangan mewah kombinasi warna putih dan kuning keemasan di tangannya. "Sayang, kenapa?"Dea meletakkan undangan di atas meja riasnya."Mas, waktu aku hamil delapan bulan dan tinggal di apartemen. Sebenarnya aku bertemu dengan Alita yang tinggal di apartemen itu juga."Ganti Gama yang terkejut. "Beneran?"Dea mengangguk."Kenapa nggak cerita sama mas?""Karena Mas pasti langsung mengajakku pindah dan nggak boleh lagi bertemu dengan Lita. Waktu itu dia sudah berubah baik. Dia minta maaf padaku sambil nangis.

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 142 The Wedding 1

    MASIH TENTANGMU- The Wedding Pagi yang cerah, suasana yang indah. Rumah Pak Handoyo begitu meriah. Senyum suami istri itu sangat sumringah. Menyambut tamu dari keluarga Naufal dan dari beberapa kerabat mereka sendiri yang di undang ke rumah. Tak ada yang ditutupi lagi kalau pernikahan Alita dengan Tony sudah selesai empat bulan yang lalu.Mereka mengerti dan tidak pernah bertanya secara detail.Tentang keguguran itu pun kerabat tidak ada yang tahu. ART saja yang tahu, tapi mereka juga tutup mulut. Tidak ada yang jadi 'lambe turah'. Sebab sadar karena di sana hanya bekerja dan digaji tidak murah. Pak Handoyo dan Bu Lany juga sangat baik sebagai majikan.Alita memakai gamis warna khaki dengan hiasan bordir di bagian kerah dan kancing depan. Memakai jilbab polos warna senada. Naufal memakai kemeja warna abu-abu. Acara dadakan yang membuat mereka tidak sempat menyelaraskan outfit untuk lamaran. Juga tidak ada backdrop. Namun tidak mengurangi kegembiraan hari itu.Orang tua Alita dan ke

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 141 Janji yang Ditepati 2

    Pagi-pagi sekali Gama bersama keluarganya sudah sampai di rumah Pak Norman. Ia juga sudah check out dari vila. Pagi ini bersama keluarga kecil Saga, mereka akan kembali ke Jogja. Liburan telah selesai dan besok waktunya kembali ke kantor.Pak Norman menciumi bocah-bocah satu per satu. Alangkah bahagianya. Di hari tua bisa memiliki cucu sebanyak itu. Termasuk anak-anak Gama direngkuh tak ubahnya seperti cucu sendiri. Gama adalah bagian dari Ariani. Perempuan yang memiliki tempat tersendiri di hatinya.Bu Rista dan Kartini juga menyempatkan menggendong si kembar yang sangat lucu. Juga si bayi Akhandra yang mencuri perhatiannya. Tiga hari ini menjadi momen yang sangat indah. Mereka berkumpul bersama dan membuat rumah besarnya sangat ramai."Kami pamit, Om, Tante." Gama mencium tangan Pak Norman dan Bu Rista. Diikuti oleh Dea. Juga berpamitan pada Akbar dan Tini.Saga dan Melati melakukan hal yang sama. Hingga mereka berpisah di halaman rumah. Dua mobil meninggalkan pekarangan disertai la

  • Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah)   Part 140 Janji yang Ditepati 1

    MASIH TENTANGMU- Janji yang Ditepati"Itu Saga." Naufal melihat teman lamanya."Iya. Tapi kita pergi saja." Alita berbalik dan melangkah cepat. Naufal pun menjajari langkahnya. Mereka menuruni eskalator dan Alita tak lagi menoleh ke belakang.Bukan hal mudah bertemu mereka lagi. Mungkin menjauh juga tidak mempengaruhi apapun. Dirinya bukan siapa-siapa dan bisa jadi sudah dilupakan. Justru kalau tiba-tiba ia muncul, mungkin akan merusak suasana. Sebab di sana pun juga ada Akbar bersama istrinya. Mereka sedang bahagia menikmati kebersamaan.Rupanya Gama juga membawa istri dan anaknya menyambut pergantian tahun di Malang. Keluarga Saga tinggal di Lawang. Mungkin mereka tadi tengah jalan-jalan. Kenapa bumi ini terasa sempit."Kita keluar saja dari Trans*art kalau gitu." Naufal memutuskan karena melihat Alita yang tidak nyaman dan terlihat cemas.Ia bisa memahaminya. Tentu bertemu mereka lagi adalah sesuatu yang tidak mudah setelah banyak peristiwa tertoreh dalam hubungan mereka."Kita m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status