Share

3. PMS + Awas

Dengan kamu yang sudah mengisi hatiku, itu sudah cukup.

Terimakasih untukmu, karena telah mengisi hatiku. Walau kamu disampingku hanya sebentar tapi kau akan selalu membekas. Dan itu sudah cukup bagiku. Sekali lagi terimakasih cinta.

~May I Go -Hansaehi

"Sorry sir..... kami akan menutup cafe kami 10 menit lagi ini bill nya." Ucap pelayan kafe menegurku sekaligus memecahkan balon lamunanku

"Oh, sure. Ini.. " ucapku memberi uang sesuai dengan yang tertera di bill

"Thank you, sir. Happy holiday" ucapnya sambil tersenyum

Aku balas tersenyum padanya sebentar dan mulai beranjak pergi.

Apartemenku hanya berjarak 500 meter dari tempat ini, jadi aku memilih jalan kaki untuk kembali. Saat kakiku melangkah aku kembali berpikir.

Dirinya sudah mengisi hatiku bahkan hingga titik terdalamnya, hingga aku sendiri tidak mampu untuk menjangkaunya lagi untuk mengeluarkannya. Tapi aku sendiri juga tidak ingin melepaskannya atau membuangnya dari titik terdalam itu sendiri. Aku menyimpannya baik-baik, diam-diam menjadikan ia ratu disana.

Membuatkan singgahsana untuknya dengan selalu mengingat memori yang telah kami buat bersama, menjadikan semuanya menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Gila, ejek batinku. Terserah, toh kamu juga menikmatinya, balasku. Batinku berdecak tak sanggup melawan. Oh dan aku mulai berpikir aku benar-benar gila karena aku berbicara dengan batinku sendiri. 

Aku tinggal sendirian di apartemen. Aku lebih memilih mengasingkan diri dari keluargaku yang tinggalnya hanya berjarak 10 km dari apartemenku. Lebih mudah mengingatnya di sini karena di sini aku bebas memutar memoriku akan dirinya. 

Berbicara tentang keluargaku aku memiliki keluarga yang paling sempurna diduniaa,, itu menurutku . Aku memiliki 2 orang saudara laki-laki yang nakal, brutal, tapi selalu ngangenin kadang aku mengunjungi rumah sesekali tapi itu sangat jarang karena menurutku itu percuma saja. Saat berada di rumah pikiranku lebih sering tertuju padanya, bukan hanya di rumah sih.. tapi sepertinya dia sudah mendominasi otakku dimanapun dan kapanpun sampai-sampai aku merasa bersalah pada mereka karena membuat mereka khawatir padaku, jadi aku lebih memilih apartemen sebagai tempat pelarianku. Ayahku adalah sosok ayah yang tegas,tetapi penyayang dan penyabar, bahkan lebih sabar dari ibuku yang kurang - sedikit -agak pemarah. Dengan ayahku,  amarah ibuku akan luluh dengan tutur ayahku yang penuh kasih sayang. Dari situ aku belajar bagaimana saat menghadapi amarahnya, apalagi saat dia sedang PMS. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya, pikiranku kembali melanglang buana kembali pada masa lalu kami.

Hari itu di pagi hari yang indah di musim hujan yang mulai datang di pagi hari, menyirami bumi dengan rintik-rintik kecilnya dan di temani kicauan burung. Dan di detik-detik bel akan berbunyi, Ia masuk ke kelas dengan muka cemberut. Ia menoleh dan mata kami saling bertaut. Cepat-cepat ia melangkah mendekat padaku yang sedang duduk di bangku sambil memainkan game yang cukup di gandrungi saat itu. Semakin dekat langkahnya padaku, raut wajahnya semakin cemberut.

"Kok sudah datang?" Ucapnya memberengut.

"Ya aku berangkat pagi." Ucapku singkat tanpa menatap wajahnya karena aku kembali fokus dengan game yang kumainkan

Dia menghentakkan kakinya sambil mencebik. Suara hentakan kakinya sangat keras seperti suara gajah yang akan mengguncangkan bumi. Tapi aku menghiraukannya karena terlampau fokus pada permainanku yang sebentar lagi akan menang.

"Kok nggak jemput?" "YEAAYY!!! I'M A WINNERR!!!" teriakku bahagia dengan senyum mengembang dan raut wajah penuh binar bahagia bersamaan dengan ucapannya sampai-sampai aku tak mendengar ucapannya sebelumnya.

Aku baru sadar dari euforia bahagiaku saat mendapat senggolan dari teman sebangku ku. Aku bertanya "kenapa?" Dan dia hanya menunjuk dengan dagunya ke arah depanku. 

Aku menoleh ke depan dan terkejut mendapati wajah pacar kesayanganku yang berubah keruh-sekeruh air bekas cucian- aku menunjukkan cengiranku padanya. Tapi dia malah melengos dan berjalan cepat ke arah bangkunya. 

Aku keluar dari bangku ku dan menghampirinya. Ia sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja dan bahunya bergetar. 'Apa ia menangis?' -pikirku. 

Aku mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang lalu berkata "kenapa sayang?" 

Tapi reaksinya tidak bisa kuduga. Tangisnya bertambah keras, tapi kabar  baiknya untukku ia sudah tidak menyembunyikan wajahnya.Tapii.. kabar buruk datang untuknya, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan ini, tapi aku sangat yakin ini sangat penting untuknya. Wajahnya yang penuh dengan air mata, dengan airliner yang luntur kurasa bukan hal yang diinginkannya, terbukti saat dia mendongakkan wajahnya saat itu dan aku dapat mendengar suara keterkejutan teman-temanku yang melihatnya, jadi ia cepat-cepat menundukkan lagi kepalanya dengan tangis yang semakin bertambah tambah keras. Dan karena aku yakin dia tidak akan suka jika video kali ini akan di sebar di akun medsos sekolah jadi aku segera menyeru agar seluruh isi kelas untuk keluar. "OKE GUYSS! GW MAU MINTA WAKTU PRIVASI SAMA YAYANGNYA GW, SO MET KELUAAARR!!!" ucapku berteriak dan berhasil membuat semua murid keluar kelas semua, menyisakan aku dengannya. 'Gw gituloh!'-batinku berseru penuh kemenangan. 

Dan setelah tidak ada kamera yang merekam kami. Aku duduk disamping dia yang masih menangis dan menyandarkan kepalanya ke dada ku yang sandarable dan memulai percakapan. "Kenapa nangis sayangnya akuh? Siapa yang jahatin kamu? Sini kasih tahu aku biar aku hajar sampe mampus?" 

Dia terkikik kecil dan menggelengkan kepalanya dan berucap lirih "jangaan.."

"Loh kok jangan?" Tanyaku heran.

Dia memandangku dan mengerjap imut. Tetap imut bagiku walau dengan muka kucel dan maskara yang berantakan. Tapi kata-kata yang di keluarkan dari bibir manisnya setelah itu membuatku murka "Tapi aku sayang sama orangnya" ucapnya.

Aku sudah siap menumpahkan amarahku, tapi ia lebih dulu membungkamku dengan sebuah kecupan di pipi. 

Amarahku menguap. Aku tercenung, itu kecupan pertama kami. Kesadaranku datang saat ia menyentil jidatku dengan begitu keras sampai-sampai aku meringis. "Aduuuhh" 

"Ish! Tau gak orang yang ku sayang malah ninggalin aku tadi pagi, gak jemput aku. Padahal aku udah nunggu lama di depan pagar rumah sampe kaki aku kesemutan dan hampiir aja telat. Coba kalo gak ada abang aku yang nganterin pasti aku telat nyampeknya" Ceritanya panjang lebar. Sekarang aku mengerti siapa orang yang dimaksudnya.

"Tapi kan kamu bilang gak usah jemput pagi ini." Kataku memberi penjelasan

"Ya itu kan waktu aku lagi ngambek tadi malam!!! Kamu sih gak mau nemenin aku ke salon!"

"Ya tapi kan-"

"Iiiih!! Pokoknya ini semua salah kamu!!" selanya.

"Kok-" aku menghentikan ucapanku sendiri kali ini karena melihat matanya sudah berkaca-kaca.

"Hufftt" menghembuskan nafas sebentar, lalu melanjutkan "Iya, aku yang salah"

"Kok kayak gak ikhlas gitu muka nya?" Ucapnya cemberut

"Ikhlas kok" ucapku sambil tersenyum lebar-lebar sampai mataku menyipit.

Dia tertawa kesenangan tapi tiba-tiba tawanya berhenti.

"AWAAASSSS!!!!!" 

Aku tidak mengerti kenapa ia berteriak, yang ku tahu setelah itu mataku terpejam karena kilauan lampu beribu  blitz. Tak tahu apa yang terjadi, terakhir ku lihat banyak orang mengerumuniku, dan perlahan semua menjadi gelap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status