Beranda / Romansa / Me After You / Aku Tidak Bisa

Share

Aku Tidak Bisa

Penulis: Si Nicegirl
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-06 01:19:14

Dengan hati-hati Belinda memindahkan lengan seorang pria yang tengah merangkul pinggangnya. Gerakannya terhenti saat terdengar gumaman pelan pria itu, sebelum kembali memindahkan lengannya setelah napas lembut pria itu yang kembali teratur.

Berhasil memindahkan lengan pria itu, Belinda beringsut menjauh ke sisi tempat tidur lalu menurunkan kedua kakinya hingga ia berhasil berdiri tanpa membuat Victorino terbangun, ia meraih jubah kamar yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri, dan meringis pelan saat merasakan nyeri di pangkal pahanya tiap kali ia melangkahkan kakinya.

Bagaimana tidak, ini kali pertamanya ia melakukan hubungan intim. Selama ini ia berhasil menjaga dirinya dengan sangat baik, dan tidak mau melakukan hubungan intim tanpa adanyya ikatan pernikahan.

Bahkan ia mengaku menderita penyakit AIDS saat Hose berusaha memperkosanya di kantor. Tentu saja pria itu tidak percaya begitu saja hingga Belinda harus meminta salah satu temannya untuk membuat hasil diagnosa palsu dan menyerahkannya pada Hose.

Tapi ia harus membayar mahal atas kebohongannya itu. Bukan hanya akan dipecat, Belinda juga harus mau melakukan apa yang Hose perintahkan untuknya atau Hose akan menjebloskannya ke dalam penjara karena ia telah menyembunyikan informasi kesehatannya tentang penyakit yang mematikan itu pada perusahaan.

"Baiklah saya tidak akan menjebloskanmu ke dalam penjara, tapi kamu harus melakukan perintah saya!" seru Hose saat itu.

"Perintah apa yang anda maksud, Señor?" tanya Belinda.

"Kamu harus berhasil berhubungan intim dengan salah satu rekan saya," jawab Hose.

"Tapi, rekan anda itu akan tertular virus mematikan yang saya derita ini, Señor."

"Itu memang yang menjadi tujuan utama saya, bodoh! Membuat pria angkuh itu hancur sehancur-hancurnya! Laakukan saja jjanag banyak tanya!"

"Tapi ... "

"Ingat, Belinda! Kalau kamu masuk penjara bagaimana dengan Mamámu? Apa kamu tega melihatnya menanggung semua hutang yang Papámu tinggalkan untuk kalian? Tapi kalau kamu mau membantuku, kamu bukan hanya akan terbebas dari penjara itu, tapi juga mampu menarik keluar keluargamu dari lilitan hutang yang bahkan kamu bekerja seumur hidup padakupun tidak akan dapat melunasinya!" potong Hose tajam.

"Apa maksud anda, Señor?"

Menariknya keluar dari lilitan hutang? Apa Señor Hose berniat menjualku pada pria hidung belang seperti yang akan dilakukan sahabat papá padaku kalau aku tidak dapat melunasi seluruh hutang-hutang itu? Belinda bertanya-tanya di dalam hatinya.

Ya, ayahnya yang pergi begitu saja dengan meningggalkan setumpuk hutang padanya dan juga mamánya, tidak hanya membuat kesehatan mamánya memburuk, tapi juga tiada hari yang Belinda lewati tanpa hinaan dan makian dari seorang pria yang dulunya menjadi sahabat dekat papánya, yang selalu datang untuk menagih hutang papánya pada pria itu.

Entah apa yang dilakukan papánya hingga bisa berhutang sebanyak itu, tapi saat ini Belinda hanya diberikan waktu selama satu minggu saja untuk melunasi semuanya, atau pria itu akan menjualnya secara bergiliran ke rekan bisnisnya.

"Saya akan memberimu seratus ribu euro kalau kamu berhasil melakukannya dengan pria itu! Bukankah total hutangmu di bawah itu? Kamu bisa langsung melunasinya dengan uang itu!" seru Hose.

"Anda meminta saya menjual diri saya, Señor?" tanya Belinda dan Hose tergelak, tawanya yang kencang memenuhi ruang kerjanya itu.

"Seharusnya kamu bersyukur dengan tubuhmu yang menyimpan telah virus mematikan itu, kamu masih bisa menghasilkan uang sebesar itu! Pria normal manapun pasti tidak akan mau menyentuhmu!" jawab Hose.

Melihat Belinda yang masih saja terlihat menimbang-nimbang penawaran itu, Hose kembali melanjutkan,

"Sekarang pikirkan Mamámu. Dengan penyakit mematikanmu itu, apa yang akan terjadi padanya kalau kamu mati tanpa bisa melunasi semua hutang-hutang itu? Mungkin saja sahabat baik papámu akan menyiksanya seidkit demi sedikit hingga mati."

Napas Belinda tercekat dengan kedua mata yang membola,

"Si ... Siapa pria yang akan bersamaku itu?" tanyanya tidak dapat menyembunyikan ketakutan di dalam nada suaranya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa dia! Tugasmu hanya memastikan kalau kalian benar-benar melakukannya. Dan saya akan menempatkan kamera di kamar itu sebagai bukti saya tidak mengeluarkan uang sebanyak itu dengan sia-sia."

Dan kini, ia telah berhasil melakukannya. Entah berapa kali mereka melakukannya semalam, hingga Belinda merasakan remuk di bagian intimnya itu, serta rasa nyeri yang menyertainya.

Sambil mengenakan jubah kamarnya, Belinda melangkah pelan ke arah kotak tempat kamera disembunyikan,

"Aku mau ganti baju dulu!" serunya sambil menutup bagian depan kotak yang mengarah langsung ke tempat tidur.

Setelah itu ia melangkah ke arah lemari dan mengeluarkan sprei baru dari dalamnya. Tanpa sepengetahuan Hose, ia meminta salah satu pelayan memasukkan sprei dan selimut pengganti itu ke dalam kamar pria itu, untuk mengganti sprei dan selimut yang bernoda darah itu dengan yang baru ini.

Perlahan Belinda memiringkan pria itu untuk menarik lepas sprei di bawah pria itu, lalu memiringkannya lagi saat melepas sisi satunya lagi hingga ia berhasil melepas sprei itu. Ia melakukan hal yang sama saat memasang sprei yang baru, kini tidak akan ada yang tahu kalau ternyata Belinda masih perawan.

Karena kalau sampai Hose tahu, bossnya itu pasti tidak akan membayarnya, karena tujuannya mengeluarkan uang sebanyak itu tidak ada hasilnya. Bagaimana Belinda bisa menularkan penyakit mematikan itu kalau ia masih perawan.

Setelah berhasil memasang selimut yang baru dan menutupi tubuh telanjang pria itu, Belinda melipat kembali sprei dan selimut bernoda darah itu dan meletakkannya ke dalam lemari, pelayan yang ia bayar tadi akan mengambil sprei dan selimut itu nantinya, setelah Victorino pergi.

Puas dengan hasil kerjanya, Belinda kembali melangkah ke arah tempat tidur, ia menatap sendu pria itu. Pria yang sangat tampan dengan garis wajah yang tegas, yang tidak mengetahui rencana jahat Hose padanya.

Telapak tangan Belinda yang akan mengusap pipi pria itu tertahan di udara, ia takut jika ia menyentuh wajah pria itu malah akan membuat pria itu terbangun.

"Maafkan aku, aku terpaksa melakukan ini ... Tapi, ada baiknya juga aku yang melakukannya, bukan wanita yang benar-benar menderita penyakit itu. Biarkan saja Hose mengiramu terinfeksi Virus itu, dengan begitu pria itu tidak akan melakukan hal gila lainnya padamu," gumamnya lirih.

"Aku harap, kita tidak pernah bertemu lagi," lanjutnya sebelum melangkah ke arah kotak tadi dan kembali membukanya.

Belinda berdiri di samping kamera tersembunyi itu agar Hose tidak dapat melihatnya yang ternyata tidak mengganti pakaian seperti alasannya menutup kamera tadi,

"Seperti yang mungkin telah anda saksikan tadi, kalau aku telah melakukan tugasku dengan baik. Saya tunggu anda di kantor, Señor!" serunya sebelum melangkah keluar kamar hanya dengan mengenakan jubah kamarnya saja.

Belinda mengambil pakaian dalamnya yang berada tidak jauh dari pintu keluar dan dengan cepat mengenakannya kembali dan menutupnya dengan jubah kamarnya.

Ia tersentak kaget saat membuka pintu dan mendapati beberapa pengawal pria itu yang sudah berada di ruang keluarga presidential suites itu, yang salah satunya langsung menghampirinya,

"Apa Señor masih tidur?" tanyanya.

"Ya, mungkin dia kelelahan, begitu juga denganku! Entah kenapa aku membiarkan pria sialan itu merayuku!! Aku harus pergi sekarang!" jawab Belinda dan dengan tergesa-gesa melanjutkan kembali langkahnya hingga ia baru bisa bernapas lega setelah berhasil keluar dari kamar itu.

"Belle ... "

Belinda tersentak kaget dari lamunannya, Dari cuplikan ingatan yang tiba-tiba saja berputar di benaknya, 'Siapa pria itu? Apa yang telah kami lakukan?' batinnya pun bertanya-tanya. Namun remasan lembut telaoak tangan Henry di bahunya kembali membuyarkan lamunan Belinda.

"A ... Apa?" tanyanya.

Henry tersenyum kecut sebelum merespon, “Kenapa tidak menjawabku? Apa kamu tidak merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan?”

“Aku … ”

Henry menekan bibir Belinda dengan jari telunjuknya, tatapannya terlihat melembut saat berkata,

“Sst, tidak perlu menjawabnya. Aku tahu kamu pun pasti sama tidak sabarnya denganku.”

Getaran aneh menjalari tubuh Belinda saat jemari pria itu mengusap lembut bibirnya, kedua mata pria itu terlihat fokus pada bibirnya.

Belinda memejamkan matanya saat Henry mendekatkan wajahnya untuk menggantikan jarinya dengan bibirnya, tapi saat ia merasakan hembusan napas hangat Henry di wajahnya, seketika itu sekelibat wajah samar terpampang nyata di depannya dan ia pun segera mendorong Henry agar menjauh darinya.

“Ma … maaf aku tidak bisa!” pekiknya dengan panik.

Untuk sesaat Henry terpaku di tempatnya, Belinda selalu bereaksi seperti itu tiap kali ia hendak menciumnya. Mungkin trauma wanita itu belum sepenuhnya menghilang, dan Henry harus bersabar karenanya.

Ia mengusap lembut pipi Belinda, senyum memikatnya kembali terukir di wajah tampannya yang tak bercdela itu,

“Tidak apa-apa, Cintaku. Semua memang butuh proses dan aku akan dengan sabar menanti kamu siap menerimaku sepenuhnya.”

“Perdóname … ” desah Belinda.

“No, aku yang seharusnya minta maaf, bukan kamu, Cintaku. Maaf karena aku telah membuatmu takut tadi.”

“Aku tidak takut, Henry. Aku hanya … Entahlah aku sendiri bingung,” sanggah Belinda.

Kenapa wajah samar itu selalu muncul tiap kali Henry ingin menciumnya? Bahkan sering mendatangi mimpi-mimpi Belinda, yang membuatnya terbangun dengan napas yang memburu dan keringat membanjiri sekujur tubuhnya.

“Sst, sudah tidak apa-apa. Lain kali aku akan meminta izinmu terlebih dahulu sebelum menciummu,” kekeh Henry.

Astaga, pria itu baik sekali. Kenapa jauh di lubuk hatinya Belinda menolak kehadiran tunangannya itu? Ia menyadari kalau bukan pria itu yang telah mengisi hatinya, karena hatinya masih terasa kosong, hampa, seolah-olah ada yang hilang dari dalam dirinya.

Layaknya sebuah puzle, ada satu bagian yang menghilang, bagian yang dapat melengkapi puzle itu hingga terlihat sempurna, dan Belinda tidak mengetahui bagian apa yang menghilang dari dalam dirinya itu.

Senyum Henry sangatlah menular, hingga akhirnya senyum itu juga terukir di wajah Belinda sebelum wanita itu merentangkan kedua tangannya dan mereka pun berpelukan dengan erat.

“Terima kasih karena telah sabar dengan sikapku yang aneh ini."

“Apapun tentangmu, aku akan selalu bersabar, Cintaku.”

Sementara itu di Spanyol, seorang pria menatap penuh Palazzonya yang habis terbakar, yang hanya menyisakan dinding yang terbuat dari batu itu.

Tidak ada kesedihan juga penyesalan yang terlihat di wajah tampannya walaupun aset turun-temurunnya itu telah hancur, pria itu malah tersenyum puas meski matanya terlihat kosong seolah tidak ada lagi kehidupan di dalamnya.

“Aku telah memusnahkan mereka semua, Belle. Aku telah membuat mereka semua membayar kejahatan yang telah mereka lakukan padamu dan juga putra kita, Felipe. Andai saja kamu bisa menyaksikan ini … ” lirihnya.

“Aku menghancurkan tempat yang telah membuatmu menderita, yang membuatmu terluka. Aku akan membiarkan Palazzo itu terkubur bersamaan dengan terkuburnya masa lalu kita yang kelam, terkuburnya dendam dan amarah yang menyesatkan.”

Pria itu menghapus air mata di sudut matanya sebelum melanjutkan,

“Bersamaan dengan ingatanmu tentangku yang menghilang, aku akan memulai semuanya dari awal lagi. Aku akan memulai kisah indah yang baru, dan aku akan pastikan tidak akan ada lagi penderitaan di dalamnya. Aku sangat mencintaimu, Belle. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu kembali meski keberadaanku telah terhapus sepenuhnya dari memorimu,” tegasnya.

“Kita akan hidup bahagia, Kamu aku dan putra kita, Felipe. Aku tahu proses menuju kebahagiaan itu tidak akan semudah membalik telapak tangan. Tapi aku yakin, meski aku telah kehilangan cintamu, cintaku saja sudah cukup besar untuk kita memulai kehidupan yang baru lagi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Me After You   Babymoon

    “Kenapa jalannya lelet sekali, Rino?” keluh Belinda dengan tidak sabar saat ia dan Victorino menaiki tangga menuju kamar mereka. “Kamu harus mulai berhati-hati sekarang ini, My Lady. Karena ada yang sedang berkembang di dalam rahimmu itu, anak kita.” Belinda pun emmutar kedua bola matanya, “Astaga, tidak harus seperti itu juga, Rino. Aku tetap berhati-hati tanpa harus jalan sepelan siput.” “Er!” Rino memanggil asisten pribadinya, “Ya, Don Victorino?” “Apa pembuatan lift sudah dimulai?” tanya Victorino. “Lift?” ulang Belinda. “Sī. Aku tidak mau kamu kelelahan karena harus turun naik tangga setiap harinya.” “Ya Tuhan, Rino. Jangan berlebihan seperti itu!” “Tidak ada yang berlebihan untuk keselamatan Istri dan juga anak-anakku. Jadi, bagaimana Er?” “Besok pengerjaannya baru akan dimulai, Don Victorino.” “Bagus!” “Rino, rumah pasti berantakkan sekali selama pengerjaan itu. Tidak bagus untuk Felippe yamg pastinya akan terlalu banyak menghirup debu nantinya.” “Itu makanya kita

  • Me After You   Hamil Tiga Minggu

    “Ya, dokter Lian benar. Istri anda memang sedang mengandung, Don Victorino. Saat ini usia kandungannya sudah berjalan tiga minggu.” Beritahu dokter kandungan yang tengah menggerakkan transducer di perut Belinda, yang diubah menjadi sebuah gambar di layar monitor. Baik Belinda maupun Victorino dan Lilian, mereka sama-sama memandangi monitor yang menampakkan bagian dalam rahim Belinda tanpa berkedip. Hanya Victor saja yang berdiri di luar pintu, karena Victorino tidak mengizinkan adiknya itu untuk masuk.“Mana anakku?” tanya Victorino dengan tidak sabar. Matanya menyipit tajam saat melihat monitor itu dengan teliti namun tidak juga menemukan janin yang ia cari.“Astaga, sabar Rino. Baru tiga minggu dan baru terlihat kantung kehamilan saja. Bukan begitu, Dok?” “Anda betul, Nona Belinda. Kalian lihat ini.” Dokter itu melingkari bagian yang akan ia jelaskan pada Belinda, Victorino dan juga Lilian. Meski sebenarnya Lilian telah mengetahui letak kantong kehamilan Belinda mengingat ia sendi

  • Me After You   Belinda Hamil

    “Bagaimana kondisi Mamá, Lian?” tanya Belinda setelah Lilian selesai melakukan pemeriksaan rutin pada mama Juana.“Kesehatannya semakin membaik. Sepertinya treatment pengobatan yang kami lakukan berhasil untuknya, Belle,” jawab Lilian.Belinda menghela napas lega. Sejak tadi ia seolah berhenti bernapas karena terlalu mengkhawatirkan kesehatan mama Juana.“Karena Mamá sudah kembali ke Madrid, itu yang membuat Mamá lebih cepat pulih, Mi Hija,” celetuk mamá Juana.Belinda melangkah mendekat, lalu duduk di sisi tempat tidur untuk mengusap lembut puncak kepala mama Juana,“Aku tahu itu, Má. Itu makanya aku dan Rino mengajakmu kembali ke kota ini.”“Terima kasih, Mi Hijo. Mamá selalu merasa ada Papámu di kota ini. Mamá merasa semakin dekat dengannya.”“Má. Ingat masih ada aku dan Felipe. Jangan temui Papá dulu, aku masih membutuhkan Mamá,” pinta Belinda.Meski kini ia telah aman berada di dalam lindungan Victorino. Tapi ia juga masih tetap membutuhkan kasih sayang mama Juana. Ia belum memba

  • Me After You   Jangan Pernah Bahas Lagi

    Setelah memastikan Felipe benar-benar terlelap, Belinda menaikkan selimut Felipe hingga batas dagunya sebelum melangkah keluar dari dalam kamar putranya itu menuju kamarnya sendiri untuk menemui Victorino. “Rino, kamu di mana?” tanya Belinda saat suaminya itu tidak terlihat di kamar tidur, pun demikian dengan kamar mandi. Ia baru akan keluar dari kamar mereka ketika sudut matanya menangkap tirai yang bergerak tertiup aangin malam, yang menandakan kalau pintu balkon sedikit terbuka.Victorino pasti sedang berada di luar sana.Dengan Langkah cepat Belinda menuju balkon dan mendapati Victorino yang tengah merenung sambil berpegangan dengan pembatas balkon kamar mereka,“Kamu tidak dengar aku memanggilmu barusan?” tanya Belinda sambil memeluk dan menyandarkan pipinya di punggung suaminya itu.“Benarkah?” Suara Victorino yang terdengar parau membuat Belinda mengangkat lagi kepalanya, dengan lembut ia memjutar tubuh Victorino agar dapat menatap lekat-lekat kedua mata gelapnya,“¿Qué pasa?

  • Me After You   Akhirnya Felipe Manggil Papá

    “Kamu tidak apa-apa, Mi Hijo? Kamu pusing?” tanya Victorino.Kekhawatiran dan keharuan membaur menjadi satu. Khawatir karena anaknya baru saja berada di ambang maut, dan haru karena itulah kali pertamanya Felipe memanggilnya dengan sebutan Papá.“Papá aku takut! Mamá!” “Sst, tenanglah Mi Hijo, kamu aman sekarang. Er, siapkan mobil!” Dengan sigap Erasmo segera menghubungi supir mereka untuk membawa Felipe ke rumah sakit. Pasti itulah tujuan Victorino memintanya menyiapkan mobil.“Felipe, ada Mamá juga di Sini, Sayang. Jangan takut lagi ya,” Belinda turut serta menenangkan Felipe.“Kakiku sakit …” rintih Felipe.Kini Victorino pun mengerti kenapa Felipe bisa tenggelam, padahal ia tahu betul kalau putranya itu pandai berenang.“Itu namanya kram, Mi Hijo. Papá akan membawamu ke rumah sakit, kamu tahan sebentar ya.”“Sekarang sudah tidak sakit lagi, Pá. Aku tidak mau ke rumah sakit.”Sontak saja hal itu membuat Victorino menghentikan langkahnya untuk memberikan tatapan penuh pada putrany

  • Me After You   Papá!

    Keesokan paginya sesuai dengan janji Victorino, pria itu mengajak Belinda dan Felippe berlibur ke salah satu tempat wisata paling hits di Spanyol.Sebuah Pulau dengan luas lima ratus tujuh puluh dua meter persegi di kawasan Mediterania yang memiliki garis pantai sepanjang dua ratus sepuluh kilometer. Pulau yang terdapat banyak objek wisata dengan pantainya yang cantik.Saat ini mereka sedang mengunjungi sebuah pantai yang disepanjang garis pantainya memiliki pasir berwarna pink akibat dari pecahan koral. Gradasi warna air lautnya pun terlihat jelas dari berbagai arah, terdapat juga beberapa watersport di sana, yang ingin sekali Victorino dan Felipe datangi.Mengabaikan beberapa turis yang sedang berjemur dan sebagian ada yang toples, sambil bergandengan tangan Belinda dan Victorino menyusuri tepian pantai itu. Sesekali mereka berhenti hanya untuk melihat Felipe yang sedang asik bermain dengan Erasmo dan Cecil.“Apa kamu tidak merasa curiga dengan hubungan mereka?” tanya Belinda.“Er

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status