"Berkali-kali Don Victorino menegaskan kalau tidak ada gunanya lagi ia hidup. Karena satu-satunya wanita yang telah ia cintai telah meninggalkannya, bersama dengan Felipe yang ikut anda juga ke London. Dan lebih dari satu kali kalau Don Victorino berharap ia benar-benar terinfeksi virus mematikan itu, agar ia lebih dulu mati sebelum membalaskan dendamnya pada anda, Lady Belle. Don Victorino sangat menyesali perbuatan buruknya itu pada anda." Wanita yang paling ia cintai? Jadi Victorino telah mencintainya? Victorino telah jatuh cinta padanya? Benarkah itu semua? Pertanyaan demi pertanyaan seperti itu terus saja mengulang di dalam benak Belinda selama Cecil menjelaskannya. Namun saat mendengar Victorino berharap ia telah lebih dulu mati sebelum berhasil membalaskan dendamnya pada Belinda, telah membuat entah kenapa hati Belinda terasa sakit. Dadanya terasa sesak. Kalau Victorino mati lebih dulu, yang ada Belinda yang akan merasa bersalah pada pria itu, karena ia tidak berani mengataka
"Jadi, apa penyebab kebakaran itu? Dan kenapa bisa banyak jatuh korban yang kebanyakan dari mereka adalah para pelayan Palazzo itu. Setahu saya, banyak pengawal dan juga knight di sana, apa tidak ada satu pun dari mereka yang membantu para pelayan itu?" "Don Victorino sendirilah yang membakarnya, Lady Belle. Tujuannya untuk melenyapkan semua pelayan yang pernah menyakiti anda dan juga Tuan Muda Felipe." Dan sekali lagi, dada Belinda terasa sesak saat mendengar jawaban Cecil itu. Semua karenanya? Benarkah itu semua? "Kenapa?" tanyanya dengan lirih. "Menurut penjelasan Erasmo. Setelah kepergian anda, Don Victorino seperti tidak memiliki tujuan hidup lagi hingga memiliki ide gila seperti itu untuk melenyapkan semua pelayan yang terlibat dalam kejahatannya pada anda. Lady Belle. Dan ya, semua korban di dalam kebakaran itu adalah orang-orang yang pernah menyakiti anda." "Don Victorino membalasnya untuk anda dengan mengorbankan Palazzonya itu. Bukan berarti Don Victorino masih mengingin
"Kamu tahu tidak pernah ada pertunangan di antara aku dengan henry. Tapi kamu sama denganyang lainnya yang lebih memilih diam daripada memberitahukan kebenarannya padaku. Kenapa? Kenapa kalian semua membohongiku? Siapa yang bisa aku percaya sekarang?" Masih tetap meremas telapak tangan Belinda, Cecil kembali berlutut di depan Ladynya itu, "Aku hanyalah seorang pelayan, Lady Belle, Aku tidak berani mengatakannya pada anda tanpa mendapatkan konsekuensi akan dipecat setelahnya. Saya ada di sini untuk menjaga anda, untuk selalu setia pada anda." "Oh ya? Tapi setahu aku keluargamu adalah salah satu pelayan setia keluarga Rino secara turun-temurun." "Ya itu benar. Tapi saat ini aku menempatkan kesetiaanku pada anda, Lady Belle. Sumpah Demi Tuhan, aku akan selalu setia pada anda," tegas Cecil. "Tapi kamu kan bisa tetap mengatakannya, toh aku juga tidak akan membocorkan siapa yang telah memberitahukan kebenarannya padaku." "Kalau anda menyadarinya, Lady Belle. Lebih dari satu kali saya
Victorino terus mendengar percakapan Belinda dan Cecil dengan seksama. Ia tidak dapat melihat suasana di kamar Belinda karena kamera depan ponsel itu hanya mengarah ke langit-langit kamar sementara kamera belakangnya gelap, yang menandakan Belinda meletakkan ponselnya itu di atas meja kamarnya. Selama mendengarkan percakapan itu, emosi Victorino terus selalu berubah-ubah, kadang haru, sedih namun lebih banyak gemasnya. Ya, gemas pada Belinda yang tetap memilih untuk tetap menikah dengan Henry, meski wanita itu telah mengetahui kalau Victorino telah jatuh cinta padanya, juga mengetahui betapa terpuruk dan menyesalnya Victorino akibat dari dendamnya itu. "Aku tetap akan menikah dengan Henry ... " Terdengar desahan lirih Belinda seolah ia telah terpaksa menerima keputusan itu. Seolah ia tidak memiliki jalan lain lagi selain mengikuti keinginan Duke William padanya. "Kenapa wanita itu keras kepala sekali sih, Er! Sudah jelas dia tidak mencintai Henry, tapi kenapa tetap bersikeras ingi
"Don Victorino lihat ini!" seruan Erasmo membuat Victorino kembali teralih pada tablet yang sudah berada di tangan asisten pribadinya itu. Yang entah sejak kapan ponsel Belinda berada di tangan Cecil, hingga kamera belakang ponsel itu mengarah pada Belinda yang sedang menghapus air matanya dan menenangkan dirinya itu. Sepertinya Cecil meletakkan ponsel Belinda di kantong atas seragamnya dengan kamera yang mengarah ke depannya. Belinda terduduk di lantai, dengan air mata yang terus mengalir ke pipinya. Sementara punggungnya bergetar karena isakannya. Wanita itu begitu sedih, begitu terpukul atas kepergian papánya hanya karena ambisi seseorang. Jemari Victorino membuat gerakan menghapus air mata Belinda di layar tabletnya, seolah tengah mengusap pipi wanita yang paling ia cintai itu, yang sangat ingin ia lakukan saat ini. Kalau Victorino dapat membangkitkan kembali orang yang sudah mati hanya demi bisa menghukumnya lagi dan lagi, ia akan melakukannya pada Lorenzo, karena telah menyeb
Victorino melihat Belinda yang menjauhkan diri dari Felipe sejauh jangkauan tangannya agar dapat melihat putranya itu, "Kata siapa mereka menjauhkanmu hanya karena masalah itu? Apa salah satu dari mereka yang mengatakannya?" tanyanya. "Tidak ada satupun dari mereka yang mengatakannya langsung padaku. Tapi ... Ada salah satu teman wanitaku yang mengatakannya padaku, kalau mereka takut berbuat salah padaku, karena GG terkenal menyeramkan di negara ini, Má." "Ah, jadi karena itu? Kamu tahu sendiri kan GG hanya terlihat tegas saja, namun hatinya baik, ya kan?" Felipe terdiam. Seolah tidak setuju dengan apa yang Belinda ucapkan itu. Hingga kahirnya Belinda kembali berbicara, "Kamu tidak menyukai GG?" "Terlalu banyak aturan di tempat ini, Má. Aku seperti tinggal di zaman Victoria saja," keluh Felipe. Anak seusia Felipe sudah dapat membandingkan zaman modern seperti sekarang ini dengan zaman Victoria, mungkin karena putranya itu telah banyak membaca buku hingga pemikirannya menjadi jau
Jantung Victorino berdetak cepat saat putranya itu melangkah mendekat dengan mata yang tak lepas dari kamera seolah tengah menatap Victorino, "Kamu masih di sana, Tío Rino? Jangan pernah mengintip Mamá saat Mamá sedang berganti pakaian! Atau aku akan membuat perhitungan padamu!" ancamnya sebelum merebut ponsel Belinda dari Cecil dan mematikan ponsel itu. "Sial! kenapa anak itu bisa tahu?" geram Victorino sambil menatap tajam Erasmo. "Bukan saya yang memberitahunya, Don Victorino," sangkalnya sebelum tuduhan Victorino tertuju padanya. "Lalu siapa? Cecil?" Sesuai dengan dugaan Erasmo kalau Victorino pasti akan mengira cecil lah yang telah membocorkannya pada Felipe. Namun ia yakin seratus persen kalau Cecil tidak akan pernah melakukan itu. "Saya juga yakin kalau cecil tidak akan berani membocorkan ini pada siapapun, Don Victorino." "Hanya kita bertiga saja yang mengetahui hal ini! Yang pastinya bukan saya yang memberitahu Felipe, hanya tersisa kalian berdua. Dan yang saat ini bera
"Kalian hanya akan pergi berdua saja? Apa GG mengizinkannya?" tanya mama Juana saat Belinda dan Felipe telah siap berangkat ke toko buku untuk mencari buku yang Felipe inginkan. "GG sedang tidak ada di rumah. GG sedang pergi dengan Henry untuk mengurus izin pernikahan kami," jawab Belinda dengan santai. Mendengar Belinda mengucapkan pesta pernikahannya dengan Henry sesantai itu, mama Juana kembali meyakinkan putrinya itu, "Apa kamu yakin Belle, kamu akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak kamu cintai itu?" "Kenapa tidak? Toh Henry telah bersikap baik padaku, dan juga pada Felipe." "Itu saja tidak akan cukup untuk memulai hidup baru kamu dengannya, Belle. Jangan sampai nanti kamu menyesal karena kamu mau menerima pernikahan ini dengan begitu mudahnya, kamu tidak berani untuk menolak keinginan GG kamu itu." "Kenapa aku harus menolaknya, Má? Sementara Henry adalah tunanganku. Katakan, kenapa aku harus menolaknya?" Belinda sengaja memancing kejujuran mama Juana. Apakah akan