Share

Akhirnya Terjadi

Sera menghela napas setelah masuk ke ruang kerja Xander. Ia melihat suaminya itu tidur di kursi dengan laptop di meja yang masih menyala.

Sebelumnya Sera ke kamar Tania dan tidak mendapati Xander di sana. Ternyata suaminya ada di sini.

Sera mendekat. Mengusap rambut Xander yang perlahan membuat lelaki itu membuka matanya. 

"Kenapa kau tidur di sini?" Sera menyisir rambut Xander dengan jemarinya. Merapikannya. "Cepatlah mandi. Kau ada meeting jam tujuh bukan?"

Xander menatap wajah Sera. Mengusap pipinya sejenak, lalu bangkit dari kursi untuk kembali ke kamarnya. Bersiap-siap untuk ke kantor.

Sera ikut pergi ke kamar saat pintu kamar yang ditempati Tania terbuka. Melihat Sera, wanita itu langsung menghampirinya.

"Aku sudah menunggu Tuan Xander tadi malam. Tapi dia tidak datang-datang. Jadi aku ketiduran. Maaf," ucap Tania dengan kepala menunduk. Wanita itu memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum Sera marah, karena ia yang tidak menjalankan tugasnya. Meski sebenarnya ada rasa lega, karena apa yang ditakutkannya tidak terjadi malam tadi.

"Tidak apa-apa." Lagipula Xander yang tidak datang. Jadi ini bukan salah Tania. "Aku akan pergi berbelanja. Apa kau mau ikut?"

"Boleh, Nyonya?"

"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil saja aku Sera. Mengerti?"

Tania pun mengangguk.

"Baiklah. Bersiap-siaplah. Kita akan pergi setelah ini."

Tania langsung kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sedangkan Sera membantu mengurus keperluan Xander sebelum berangkat bekerja.

Mereka pergi setelah Sera menunggu Xander berangkat ke kantor. Dengan diantarkan supir, Sera dan Tania singgah di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di New York.

"Kenapa di sini sepi sekali?" Tania bertanya sembari menatap sekitarnya yang tampak sepi. Tidak ada orang berbelanja sama sekali. Hanya terdapat beberapa orang dengan seragam yang sama. Kemungkinan pegawai tempat ini.

"Aku meminta Xander untuk mengosongkan mall ini. Agar kita lebih bisa leluasa berbelanja."

Sudah bisa menebak bagaimana respon Tania? Wanita itu jelas merasa terkejut. Sungguh enaknya menjadi orang kaya. Mereka bisa melakukan apapun. Membeli pesawat saja bisa. Apalah dirinya yang hanya butiran debu.

"Kau ingin membeli apa?" 

"Aku? Aku hanya ingin melihat-lihat saja." Tujuan Tania ikut dengan Sera memang hanya ingin melihat seperti apa mall itu. Seumur-umur hanya pasar dengan jalanannya yang becek yang pernah didatanginya.

"Beritahu aku jika kau ingin membeli sesuatu," ucap Sera sebelum mengajak Tania memutari mall untuk mencari barang yang dibutuhkannya.

Namun, di saat Sera sudah selesai membeli barang yang dibutuhkannya, Tania masih belum mengatakan satu barang pun yang ingin dibelinya. Jadi, Sera sendiri yang berinisiatif membelikannya. Ia membelikan baju, tas, sepatu, dan barang-barang keperluan wanita lainnya.

"Kau ingin ke sana?" tanya Sera, karena Tania yang hanya berdiri di samping mobil. Sedangkan dirinya sendiri sudah masuk mobil. Pandangan mengarah pada toko di depan mall.

Tania mengangguk cepat. 

"Kami akan berjalan ke sana. Tunggulah kami di sini saja," ucap Sera pada supir sebelum mengajak Tania ke toko hewan peliharaan yang letaknya dekat dengan mall.

"Kau ingin membeli apa?"

"Yang itu, yang itu." Tania menunjuk anjing kecil berwarna putih yang terlihat sangat lucu. 

"Berikan anjing itu." Sera menyuruh pegawai toko untuk memberikan anjing yang dinginkan Tania.

Tania memeluk hewan peliharaan barunya dengan kedua tangan. Merasa sangat senang. "Apakah tidak apa-apa memelihara hewan di rumahmu?" tanyanya kemudian pada Sera. 

"Sebenarnya...Xander tidak begitu menyukai anjing."

*****

"Untuk di bagian ini akan dibuat gaya balkon brise-soleil dengan jendela dari lantai ke langit-langit yang menawarkan pemandangan panorama air."

Xander mengangguk-angguk. Matanya fokus menatap rancangan bangunan hotel yang dijelaskan oleh tim bagian desain. Setelah pembangunan resort di Venice yang hampir selesai dikerjakan, Xander mengerjakan proyek baru kembali. Yaitu pembangunan hotel 77 lantai di Dubai.

"Jadi bagaimana menurut Tuan?"

"Aku tidak ada masalah dengan rancangan itu. Mungkin hanya di beberapa bagian saja yang menurutku kurang," jawab Xander.

"Tuan Xander bisa mengatakan kekurangannya. Nanti tim kami akan berusaha memperbaikinya."

Xander memberitahu apa yang dirasanya kurang. Sedang pegawai yang lain ikut menanggapi perkataannya.

Ketika lelaki dari tim desain itu kembali menjelaskan di depan, terdapat pesan masuk di ponsel Xander. Ia itu membukanya.

Sebuah pesan dari Sera. Istrinya mengirimkan foto dirinya dengan bibir yang dimajukan sambil menggendong seekor anjing berwarna putih. Terlihat menggemaskan. Xander terkekeh pelan.

"Apakah ada yang salah, Tuan?"

Xander mendongak setelah mematikan ponselnya. "Tidak ada. Teruskan."

Xander melihat jam di pergelangan tangannya. Meeting baru berjalan satu jam dan ia sudah ingin cepat-cepat pulang untuk menemui Sera. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja pelan sembari mendengarkan presentasi.

Meeting itu terus berjalan hingga selesai dalam waktu kurang lebih tiga jam. Xander langsung berdiri. Berjalan keluar sebelum yang lain untuk kemudian langsung pulang.

"Sera di mana?" Xander bertanya setelah turun dari mobil yang sudah terparkir manis di halaman mansion.

"Nyonya dan Nona Tania belum kembali dari berbelanja, Tuan. Mereka–" ucapan pelayan terhenti saat sebuah mobil memasuki gerbang. "Itu mobilnya Tuan sudah kembali."

Hanya Tania yang keluar dari mobil dengan seekor anjing digendongannya. Sedangkan Sera entah ke mana. 

"Di mana Sera?" tanya Xander pada Tania.

"Pergi ke rumah orang tuanya," jawab Tania, yang membuat Xander mengerutkan kening. 

*****

"Cari tahu siapa orangnya dan berikan padaku segera. Dia pikir dia siapa hingga berani melakukan perbuatan seperti ini," ucap Xander dengan nada kesalnya. Berbicara pada asisten pribadinya di telepon.

Ada pegawai yang berani memalsukan laporan biaya proyek pembangunan hotel. Jumlah dananya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Apa pikirnya Xander bisa dibodohi semudah itu? 

"Orang-orang seperti itu–" Xander menghentikan langkah karena seekor anjing yang menghalangi jalannya. Dahinya berkerut tidak suka. Ketika ia melangkah ke kiri, anjing itu mengikutinya. Melangkah ke kanan, dan anjing itu kembali mengikutinya. Seakan memang sengaja tidak membiarkannya untuk lewat.

Xander berdecak kesal. Ia langsung menggeser tubuh anjing itu dengan kakinya agar tidak menghalangi jalannya.

"Tuan!" Tania muncul dan langsung berlari menghampiri anjingnya yang menampilkan wajah minta dikasihani. "Kau menyakiti anjingku," gumamnya sambil mengelus kepala anjingnya.

"Perhatikan anjingmu. Aku akan mendepaknya dari sini jika dia membuat masalah," ucapnya, lalu kembali berjalan sambil menempelkan ponselnya di telinga. 

Tania memeluk anjingnya dengan sayang. Ia baru saja memiliki hewan peliharaan. Jadi jangan sampai membuat masalah, karena Xander akan mendepak anjingnya dari rumahnya. 

"Molly!" Anjingnya tiba-tiba lepas dan berlari mengikuti Xander. Tania segera mengejarnya. Baru juga diberitahu, anjingnya sudah membuat masalah saja.

Xander menggeram. Menatap anjing jelek yang memutari kakinya. Lalu beralih pada si pemiliknya. Menatapnya tajam. 

Tania meringis. "Maaf," ucapnya. Langsung mengambil anjingnya dan membawanya pergi.

"Kau ini masih saja mendekati dia. Dia itu mudah marah tahu. Kau akan langsung didepak olehnya jika membuatnya marah." Tania berkata pada anjingnya sambil berjalan keluar mansion. Tidak sadar jika ucapannya masih cukup keras hingga Xander masih bisa mendengarnya meski samar.

Xander tertawa sumbang. Beraninya wanita itu mengatainya. Langkah kakinya entah kenapa malah mengikuti wanita itu keluar. Ia berdiri di ambang pintu. Memperhatikan Tania yang berlarian di halaman mengejar anjing.

Xander mendengus. "Dasar bocah," gumamnya yang diikuti tarikan samar di sudut bibirnya.

*****

"Kau di mana?" tanya Xander langsung begitu panggilan teleponnya dijawab oleh Sera. 

["Aku di rumah orang tuaku,"] jawab Sera dari seberang telepon.

"Masih di sana?" Sera bilang dia akan segera pulang. Tapi sampai malam tiba, istrinya belum juga kembali.

["Iya."]

"Kalau begitu tunggulah. Aku akan menjemputmu," ucap Xander sembari berjalan keluar kamar.

["X, tidak perlu. Sepertinya aku akan menginap di rumah orang tuaku malam ini."]

Xander yang menuruni undakan tangga, menghentikan langkahnya. "Tidak boleh. Aku tidak mengizinkan."

["Tapi, X–"]

"Aku tidak mau tidur sendirian, Sera. Mengertilah."

Di seberang telepon Sera malah tertawa. Merasa lucu dengan jawaban Xander yang terdengar seperti rengekan. Orang-orang mungkin akan menertawakannya jika tahu si tegas Xander bisa bersifat seperti ini.

["Kau tidak akan tidur sendirian. Ada Tania bukan?"]

Ekspresi Xander berubah datar. Sekarang ia tahu apa yang ingin Sera lakukan. "Kau sengaja." Bukan sebuah pertanyaan yang diucapkannya. Tapi pernyataan. Sera sudah merencanakan ini.

["Kau tidak akan melakukannya jika aku ada di sana. Jadi manfaatkan kesempatan ini. Bersenang-senanglah, X. Aku mencintaimu."]

Dan sambungan pun terputus. Sera mematikannya sebelum Xander sempat berbicara.

Xander menarik napas dalam dan menghembuskannya. Baiklah. Jika itu keinginan Sera, mari kita lakukan. Ia ingin ini cepat selesai dan berakhir.

Xander berbalik. Kembali naik ke atas, menuju kamar Tania. Bertepatan dengan wanita itu yang membuka pintu.

"Apa yang Tuan lakukan–" Tania tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Xander tiba-tiba mendorongnya masuk kembali. Kemudian mengunci pintunya dari dalam. 

*****

Xander menatap wajah Tania yang masih tertidur. Ada bekas air mata di pipi wanita itu. Membuat rasa bersalah tiba-tiba muncul. Tapi demi Sera, ia akan melakukan apapun. 

Xander membernarkan selimut Tania yang merosot. Setelah itu berjalan keluar kamar.

Bunyi pintu yang tertutup membuat wanita yang terbaring di ranjang itu membuka mata. Tania terisak pelan. Tangannya mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status