Bagian 48Sudah hampir dua puluh menit mengikuti mobil Mas Romi, tapi mobilnya belum berhenti juga. Sudah banyak warung dan juga restoran yang dilewati, tapi Mas Romi masih tetap melanjutkan perjalanan. Aku mengambil ponsel, kemudian menekan nomornya untuk menanyakan rumah makan atau restoran mana sebenarnya yang akan kami tuju. Tapi Mas Romi tidak menjawab panggilanku. Tiba-tiba, mobil Mas Romi berbelok ke kiri, memasuki kawasan perumahan yang belum pernah kudatangi sebelumya.Aku mengernyitkan kening, bukankah kami mau sarapan? Kenapa malah memasuki kawasan ini? Apa mungkin di kawasan ini ada rumah makan atau restoran yang merupakan tempat favoritnya Mas Romi? Berbagai pertanyaan menari-nari di dalem benakku. Dari tadi aku hanya bisa menduga-duga saja.Sampai pada akhirnya mobil Mas Romi berhenti di depan sebuah rumah minimalis dengan perpaduan cat putih dengan hijau. Halaman rumah ditumbuhi bunga-bunga yang beraneka ragam, membuat mataku takjub melihatnya.Mas Romi turun dari mo
Bagian 49"Apa maksud dari semua ini, Mas? Terus terang, aku tidak suka dengan semua ini," protesku kepada Mas Romi. Setelah selesai sarapan, Mas Romi kemudian mengajakku duduk di taman belakang rumahnya dan aku pun mengeluarkan semua uneg-unegku."Maaf ya, Sandra. Aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin menuruti permintaan Mira, hanya ingin menyenangkan hatinya saja," jawabnya. Mas Romi terlihat merasa bersalah padaku."Dengan memberi Mira harapan palsu, begitu? Bukankah akan sakit baginya kalau dia tau yang sebenarnya? Bahwa kita tidak memiliki hubungan apa-apa?""Hanya ini satu-satunya cara agar Mira tidak sedih lagi, Sandra. Mira selalu meminta agar aku menikah. Mira ingin sekali memiliki ibu. Aku tidak ingin melihatnya sedih karena terus-menerus merindukan ibunya. Makanya aku nekat melakukan hal ini.""Memangnya kemana istrimu, Mas? Kenapa Mas melibatkanku dalam hal ini?"Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya Mas Romi melibatkanku dalam hal ini. "Istri?" Mas Romi malah terta
Bagian 50"Siapa dia, Sandra?" tanya Mas Ilyas padaku sesaat setelah aku tiba di rumah.Mas Romi sengaja mengantarku pulang dan kami mengendarai mobil masing-masing. Padahal aku sudah menolaknya, tetapi Mas Romi bersikeras ingin mengantarku. Mas Romi langsung menjawab pertanyaan Mas Ilyas dengan mengatakan kalau ia sahabatku. Sepertinya Mas Ilyas cemburu, tapi aku tidak peduli.Mas Ilyas mengajakku untuk mengobrol berdua, bicara empat mata, tapi aku menolak. Aku tahu, pasti ia akan merayuku agar mau balikan lagi dengannya. Aku tidak akan memberinya celah untuk mendekatiku lagi. Cukup sudah.Sebelumnya, aku sudah menyuruhnya memilih dan mengambil keputusan. Namun, apa jawabannya? Ia tetap ngotot ingin menikahi Nia. Dan sekarang ia ingin merayuku kembali? Tidak akan bisa!"Sandra, tolonglah, berikan kesempatan Mas untuk bicara denganmu.""Bicara di sini aja, Mas! Katakan saja apa yang ingin kamu katakan!""Enggak di sini, Sandra. Di sini ada orang lain. Mas hanya ingin bicara berdua de
Bagian 51Sandra adalah sahabatku sejak kecil. Kami bertemu pertama kali di tempat pembuangan sampah. Saat itu, aku dan Ibu bertemu Sandra dan juga ibunya. Kami sama-sama memulung barang bekas untuk dijual kembali. Setelah itu, ibuku dan ibunya Sandra semakin akrab. Bahkan ibunya Sandra mengajak kami untuk tinggal di samping gubuk mereka karena kasihan pada kami yang tidak memiliki tempat tinggal. Ibuku menerima tawaran dari ibunya Sandra dengan senang hati. Kami pun membangun rumah yang terbuat dari kardus di samping rumah Sandra. Yang punya lahan itu baik sekali, beliau mengizinkan kami untuk menempati lahannya yang masih kosong. Tapi kami harus siap untuk pindah jika sewaktu-waktu sang pemilik lahan menyuruh pindah.Dari SD, SMP, sampai SMA, aku dan Sandra selalu sama-sama. Sandra sangat pintar, ia selalu menjadi juara kelas. Aku justru memanfaatkannya untuk mengerjakan semua tugas sekolah. Jika Sandra menolak, aku akan mengancamnya. Sandra pasti akan menuruti semua keinginanku
Bagian 52Tidak kusangka jika Mas Rian akan bersikap seperti ini padaku. Padahal selama ini Mas Rian tidak pernah sekalipun memperlakukanku seperti ini. Berkata kasar saja tidak pernah.Aku tidak boleh menyerah, aku harus berusaha lebih keras lagi. Mas Rian sangat mencintaiku, jadi wajar ia bersikap seperti ini. Mungkin ia masih marah atas kesalahan yang telah kuperbuat padanya."Mas, maafin aku, aku nyesel, Mas. Tolong berikan kesempatan kedua untukku!" Aku terus memohon padanya, berharap Mas Rian akan berubah pikiran."Bahkan sampai detik ini, kamu belum juga menjatuhkan talak padaku. Berarti kamu masih sayang padaku kan, Mas?""Dugaanmu salah, Nia. Justru aku ingin membuatmu menderita, makanya sampai detik ini aku belum juga menjatuhkan talak untukmu.""Bohong! Aku tahu Mas sangat mencintaiku. Kamu berbohong kan, Mas!""Terserah, aku tidak peduli! Menyingkirlah dari hadapanku," bentaknya. Ya ampun, sifatnya berubah drastis. Yang dulunya baik dan romantis, kini telah berubah kasar d
Bagian 53"Oh, jadi ini alasanmu menolak untuk balikan denganku, Mas? Jadi, ini wanita pujaan hatimu? Wanita ini yang sudah menggantikan posisiku di hatimu, iya?Aku tidak menyangka jika ternyata seleramu serendah itu, Mas," ucapku kepada Mas Rian.Sandra terlihat kesal padaku saat aku mengucapkan kalimat itu. Ia menatapku dengan tatapan tidak suka. Tapi aku tidak peduli."Apa? Kalian berdua mencintai Sandra? Tidak, kalian tidak boleh mencintai Sandra. Lebih baik buang jauh-jauh perasaan itu karena hanya aku yang pantas buat Sandra. Sampai detik ini, Sandra masih menjadi istriku dan aku tidak akan pernah menceraikannya," tegas Mas Ilyas.Setelah apa yang dilakukan wanita itu padanya, Mas Ilyas ternyata masih menginginkan Sandra. Tidak! Mas Ilyas tidak boleh kembali lagi kepada Sandra. Aku tidak rela."Mas Ilyas, Hentikan. Lepaskan Sandra. Kembalilah padaku. Aku janji enggak akan ninggalin kamu lagi, Mas." Aku meraih tangan Mas Ilyas tapi Mas Ilyas langsung menepisnya."Setelah Rian me
Bagian 54"Aw, sakit! Apa-apaan kamu, Ilyas? Apa yang kamu lakukan?" bentak Mas Rian sambil memegangi wajahnya yang mungkin terasa sakit. "Kamu pantas mendapatkan itu karena kamu sudah ikut campur terlalu jauh dalam urusan rumah tanggaku, Rian. Mungkin kamu lupa bahwa aku masih menjadi suami Sandra yang sah. Satu hal lagi, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan Sandra. Ingat itu!" "Dan kau juga!" Mas Ilyas mengarahkan jari telunjuknya ke arah Mas Romi, "Jangan coba-coba mendekati istriku. Aku sudah tahu bahwa kamu lah yang membantu Sandra untuk membalik nama semua aset yang kami miliki. Kamu licik! Pasti kamu ada maksud lain mendekati Sandra. Jangan pikir aku tidak tahu niat busukmu itu. Jauhi Sandra jika tidak ingin berhadapan denganku." Mas Ilyas mengancam Mas Romi."Anda telah salah menilaiku. Aku tidak seburuk yang ada dipikiran anda. Aku tulus mencintainya apa adanya dan aku tidak mengharapkan apa-apa darinya. Bahkan jika harus berhadapan denganmu sekalipun, aku tidak takut,"
Bagian 55POV Sandra Di sinilah aku sekarang. Mengunjungi makam ibu dan juga mama mertua. Ibu dan mama mertua memang dimakamkan di tempat pemakaman yang sama, makam mereka berdua pun berdampingan.Aku duduk di atas tanah, di antara makam Ibu dan mama mertua, lalu memandangi makam mereka secara bergantian.Saat menatap batu nisannya, kembali aku teringat pada wajah Ibu dan juga wajah mama mertua. Sungguh aku sangat merindukan kedua wanita yang sangat kusayangi tersebut. Tapi sayangnya, aku hanya bisa memendam rindu ini. Hanya untaian doa yang bisa kukirimkan. Semoga Ibu dan mama mertua bahagia di alam sana."Maafkan Sandra, Bu, Ma, Sandra telah gagal mempertahankan rumah tangga Sandra dengan Mas Ilyas. Sandra tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas Ilyas."Air mata mengalir begitu saja dari kelopak mata tanpa bisa dibendung saat mengucapkan kalimat itu. Fisikku memang kuat, tapi tidak dengan hatiku. Hatiku begitu sakit dan terluka. Sekuat tenaga mencoba untuk tetap tegar, tapi k