Bagian 50"Siapa dia, Sandra?" tanya Mas Ilyas padaku sesaat setelah aku tiba di rumah.Mas Romi sengaja mengantarku pulang dan kami mengendarai mobil masing-masing. Padahal aku sudah menolaknya, tetapi Mas Romi bersikeras ingin mengantarku. Mas Romi langsung menjawab pertanyaan Mas Ilyas dengan mengatakan kalau ia sahabatku. Sepertinya Mas Ilyas cemburu, tapi aku tidak peduli.Mas Ilyas mengajakku untuk mengobrol berdua, bicara empat mata, tapi aku menolak. Aku tahu, pasti ia akan merayuku agar mau balikan lagi dengannya. Aku tidak akan memberinya celah untuk mendekatiku lagi. Cukup sudah.Sebelumnya, aku sudah menyuruhnya memilih dan mengambil keputusan. Namun, apa jawabannya? Ia tetap ngotot ingin menikahi Nia. Dan sekarang ia ingin merayuku kembali? Tidak akan bisa!"Sandra, tolonglah, berikan kesempatan Mas untuk bicara denganmu.""Bicara di sini aja, Mas! Katakan saja apa yang ingin kamu katakan!""Enggak di sini, Sandra. Di sini ada orang lain. Mas hanya ingin bicara berdua de
Bagian 51Sandra adalah sahabatku sejak kecil. Kami bertemu pertama kali di tempat pembuangan sampah. Saat itu, aku dan Ibu bertemu Sandra dan juga ibunya. Kami sama-sama memulung barang bekas untuk dijual kembali. Setelah itu, ibuku dan ibunya Sandra semakin akrab. Bahkan ibunya Sandra mengajak kami untuk tinggal di samping gubuk mereka karena kasihan pada kami yang tidak memiliki tempat tinggal. Ibuku menerima tawaran dari ibunya Sandra dengan senang hati. Kami pun membangun rumah yang terbuat dari kardus di samping rumah Sandra. Yang punya lahan itu baik sekali, beliau mengizinkan kami untuk menempati lahannya yang masih kosong. Tapi kami harus siap untuk pindah jika sewaktu-waktu sang pemilik lahan menyuruh pindah.Dari SD, SMP, sampai SMA, aku dan Sandra selalu sama-sama. Sandra sangat pintar, ia selalu menjadi juara kelas. Aku justru memanfaatkannya untuk mengerjakan semua tugas sekolah. Jika Sandra menolak, aku akan mengancamnya. Sandra pasti akan menuruti semua keinginanku
Bagian 52Tidak kusangka jika Mas Rian akan bersikap seperti ini padaku. Padahal selama ini Mas Rian tidak pernah sekalipun memperlakukanku seperti ini. Berkata kasar saja tidak pernah.Aku tidak boleh menyerah, aku harus berusaha lebih keras lagi. Mas Rian sangat mencintaiku, jadi wajar ia bersikap seperti ini. Mungkin ia masih marah atas kesalahan yang telah kuperbuat padanya."Mas, maafin aku, aku nyesel, Mas. Tolong berikan kesempatan kedua untukku!" Aku terus memohon padanya, berharap Mas Rian akan berubah pikiran."Bahkan sampai detik ini, kamu belum juga menjatuhkan talak padaku. Berarti kamu masih sayang padaku kan, Mas?""Dugaanmu salah, Nia. Justru aku ingin membuatmu menderita, makanya sampai detik ini aku belum juga menjatuhkan talak untukmu.""Bohong! Aku tahu Mas sangat mencintaiku. Kamu berbohong kan, Mas!""Terserah, aku tidak peduli! Menyingkirlah dari hadapanku," bentaknya. Ya ampun, sifatnya berubah drastis. Yang dulunya baik dan romantis, kini telah berubah kasar d
Bagian 53"Oh, jadi ini alasanmu menolak untuk balikan denganku, Mas? Jadi, ini wanita pujaan hatimu? Wanita ini yang sudah menggantikan posisiku di hatimu, iya?Aku tidak menyangka jika ternyata seleramu serendah itu, Mas," ucapku kepada Mas Rian.Sandra terlihat kesal padaku saat aku mengucapkan kalimat itu. Ia menatapku dengan tatapan tidak suka. Tapi aku tidak peduli."Apa? Kalian berdua mencintai Sandra? Tidak, kalian tidak boleh mencintai Sandra. Lebih baik buang jauh-jauh perasaan itu karena hanya aku yang pantas buat Sandra. Sampai detik ini, Sandra masih menjadi istriku dan aku tidak akan pernah menceraikannya," tegas Mas Ilyas.Setelah apa yang dilakukan wanita itu padanya, Mas Ilyas ternyata masih menginginkan Sandra. Tidak! Mas Ilyas tidak boleh kembali lagi kepada Sandra. Aku tidak rela."Mas Ilyas, Hentikan. Lepaskan Sandra. Kembalilah padaku. Aku janji enggak akan ninggalin kamu lagi, Mas." Aku meraih tangan Mas Ilyas tapi Mas Ilyas langsung menepisnya."Setelah Rian me
Bagian 54"Aw, sakit! Apa-apaan kamu, Ilyas? Apa yang kamu lakukan?" bentak Mas Rian sambil memegangi wajahnya yang mungkin terasa sakit. "Kamu pantas mendapatkan itu karena kamu sudah ikut campur terlalu jauh dalam urusan rumah tanggaku, Rian. Mungkin kamu lupa bahwa aku masih menjadi suami Sandra yang sah. Satu hal lagi, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan Sandra. Ingat itu!" "Dan kau juga!" Mas Ilyas mengarahkan jari telunjuknya ke arah Mas Romi, "Jangan coba-coba mendekati istriku. Aku sudah tahu bahwa kamu lah yang membantu Sandra untuk membalik nama semua aset yang kami miliki. Kamu licik! Pasti kamu ada maksud lain mendekati Sandra. Jangan pikir aku tidak tahu niat busukmu itu. Jauhi Sandra jika tidak ingin berhadapan denganku." Mas Ilyas mengancam Mas Romi."Anda telah salah menilaiku. Aku tidak seburuk yang ada dipikiran anda. Aku tulus mencintainya apa adanya dan aku tidak mengharapkan apa-apa darinya. Bahkan jika harus berhadapan denganmu sekalipun, aku tidak takut,"
Bagian 55POV Sandra Di sinilah aku sekarang. Mengunjungi makam ibu dan juga mama mertua. Ibu dan mama mertua memang dimakamkan di tempat pemakaman yang sama, makam mereka berdua pun berdampingan.Aku duduk di atas tanah, di antara makam Ibu dan mama mertua, lalu memandangi makam mereka secara bergantian.Saat menatap batu nisannya, kembali aku teringat pada wajah Ibu dan juga wajah mama mertua. Sungguh aku sangat merindukan kedua wanita yang sangat kusayangi tersebut. Tapi sayangnya, aku hanya bisa memendam rindu ini. Hanya untaian doa yang bisa kukirimkan. Semoga Ibu dan mama mertua bahagia di alam sana."Maafkan Sandra, Bu, Ma, Sandra telah gagal mempertahankan rumah tangga Sandra dengan Mas Ilyas. Sandra tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas Ilyas."Air mata mengalir begitu saja dari kelopak mata tanpa bisa dibendung saat mengucapkan kalimat itu. Fisikku memang kuat, tapi tidak dengan hatiku. Hatiku begitu sakit dan terluka. Sekuat tenaga mencoba untuk tetap tegar, tapi k
Bagian 56Sesampainya di tempat parkiran, aku terkejut melihat Mas Romi yang sedang berdiri di samping mobilku."Mas Romi? Ngapain kamu di sini?" tanyaku sesaat setelah menghampirinya."Nungguin kamu, jawabnya santai."Nungguin aku? Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menungguku. Kamu tahu dari mana kalau aku sedang berada di tempat ini?" tanyaku penuh selidik. "Si Mbok yang memberitahu bahwa kamu sedang ziarah saat aku mendatangi rumahmu."Ah, aku lupa mengatakan kepada si Mbok agar jangan memberitahukan keberadaanku kepada siapapun."Sandra, kamu lupa ya? Tempo hari 'kan kamu yang menghubungiku untuk meminta bantuanku. Masih muda kok' sudah pikun," ledeknya sambil menertawakanku. Menyebalkan!Memang benar aku menghubungi Mas Romi tempo hari untuk meminta bantuannya. Pasalnya, aku akan menjual rumah yang sekarang kutempati. Aku ingin menghapuskan semua kenangan dengan Mas Ilyas. Aku berharap semoga dengan menjual rumah itu, bisa melupakan semua kenangan bersama Mas Ilyas. Aku ingin mo
Bagian 57Bel berbunyi, aku pun segera membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu, aku terkejut karena Nia masih berada di depan rumahku. Padahal aku sudah terang-terangan mengusirnya. Kukira yang datang adalah Mas Romi, karena tadi sudah berjanji akan datang bersama calon pembeli rumah ini. Ternyata yang datang justru Mas Rian. Entah kenapa, aku sedang tidak ingin bertemu dengan Mas Rian. Aku juga tidak tahu apa penyebabnya. Yang jelas, aku tidak ingin ditemui oleh lelaki manapun kecuali jika itu menyangkut hal penting."Ngapain kamu datang kemari, Mas?""Mas ada perlu denganmu, Sandra. Lagian sudah lama Mas tidak datang kemari. Kenapa? Sepertinya kamu tidak suka dengan kehadiran Mas?" Mas Rian malah balik bertanya padaku. "Hanya Sandra kah yang penting bagimu, Mas? sahut Nia, ia sepertinya kesal karena mantan suaminya itu mengunjungiku."Tentu! Lagian untuk apa kamu menanyakan hal itu? Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, jadi kamu tidak usah ikut