Share

Her

Atha terbengong-bengong melihat Difan datang dengan senyum sumringah bak ibu-ibu yang baru dapat arisan. Memberikan makanan dengan cuma-cuma bahkan menawarkan diri untuk memasakkan mie instannya. Dia menatap mienya curiga. Apakah senyuman Difan menandakan adanya zat beracun sejenis sianida di makanan tersebut. Mungkin saja kerena masalahnya dengan sang ayah dan statusnya yang sering gonta- ganti pasangan membuat Difan frustasi sehingga ingin meracuni Atha. Memang tidak nyambung. Tapi, yang namanya frustrasi siapa yang tahu.

Setelah memastikam makanan sejuta umatnya aman untuk dimakan,Atha mulai menyantap helai-helai mie instan yang menguarkan aroma nikmat sambil menatap Difan yang masih saja tersenyum.

"Kau kenapa, Fan? "Tanya Atha yang tidak tahan melihat Difan senyam-senyum sok manis. Membuat matanya perih saja.

"Mas tahu tadi aku bertemu gadis yang kutemui pas di kampus. Dia meminjamiku payung supaya aku bisa pulang. Ohhh indahnya dunia ini." Ucap Difan dengan satu kali tarikan nafas tanpa jeda.

Atha hanya menatapnya dengan pandangan bloon. Dasar bocah labil. Seingatnya baru satu jam lalu lelaki baru datang itu mengeluh mengenai hidupnya dan sekarang tiba-tiba sumringah begini.

"Dasar aneh." Tukas Atha sambil mengalihkan perhatian pada berkas laporan yang ditulis oleh seorang Mahasiswa Praktik bernama Hasan

"Ya Allah..mas dia muanissss..." tambahnya tak menghiraukan komentar pedas Atha barusan.

"Mas. Mas cepat periksa mas. Periksa aku." Atha mengatap ngeri pada Difan yang mengacung-acungkan lengannya kepada sang dokter." Periksa mas. Mungkin aku diabetes setelah melihat wajah manisnya. Kyaaaa!" Difan berteriak ala cewek k-popers yang bertemu idolanya.

Atha menggulung laporan yang tengah dia baca sebelun kemudian memukulkannya ke kepala Difan sampai yang lebih muda terdiam. Memeriksa suhu tubuh Difan melalui punggung tangannya, kemudian membandingkannya dengan ketiak sendiri.

"Wah sama, Fan." Ucap Atha kemudian tertawa terbahak-bahak melihat wajah bete Difan.

"Huh...Mas itu SMS, ya. Susah melihat orang senang."

***

Malam sudah sangat larut ketika Atha sampai di rumah. Salahkan Difan yang memberinya satu pekerjaan tambahan sebagai sopir pribadi. Membuatnya harus membuang setengah jam waktu istirahatnya untuk mengantar sang 'adik' pulang.

Tangannya baru saja akan memutar knop pintu tapi, benda itu sudah terbuka sendiri. Seorang wanita menyambutnya dari dalam. Menampakkan senyum yang dipaksakan dan kedua mata yang sepertinya nyaris tidak bisa terbuka akibat kantuk mendera.

Atha melirik jam tangannya. 12.56 malam. Wah..dia kagum bahwa Alya masih terjaga menunggunya.

"Mas Atha sudah makan." Tanya Alya seraya menyingkir dari depan pintu. Memberi Atha cukup ruang untuk masuk.

"S-sudah. "Jawab lelaki tinggi itu agak gugub. Entah karena apa dia merasa gugub begitu. Mungkin masih tidak terbiasa dengan keberadaan Alya di rumahnya. Walau Atha masih mencintai sang mantan, dia tetep lah seorang Lelaki yang memiliki nafsu. Melihat wanita bertubuh mungil dengan dibalut piyama yang kebesara, dan rambut sebahu yang tampak amat lembut, Atha tentu bersyahwat untuk menggaulinya. Tapi entah mengapa dirinya selalu menahan diri untuk tidak menyentuh wanita tersebut.

"Oh...sayang sekali." Gumam Alya pelan sambil menutup pintu dan menguncinya." Padahal aku sudah memasak untuk Mas Atha." Dia tersenyum lagi. Menguap. Lalu mengerjab-kerjabkan kedua mata yang berat." Mas Atha mau mandi dengan air hangat. Biar kusiapkan." Alya beranjak ke arah kamar mandi tapi, Atha dengan cekatan menahan tangannya. Kemudian langsung melepaskannya lagi.

"Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu tidur saja. Besok kan harus kuliah." Ucap Atha dengan cepat. Dia tidak ingin Alya berusaha terlalu keras untuk menjadi istrinya, karena Atha sendiri masih belum bisa mencintai wanita yang dulu sering bermain ke rumah orang tua sang dokter tersebut. Sikap baiknya hanya akan membuat rasa bersalah Atha semakin lebar.

sementara Alya hanya tersenyum lembut.Baik sekali ya mas Atha itu. Sekali pun mereka menikah dengan terpaksa. Bagi sang suami tentunya, Alya sangat bahagia atas pernikahan ini. Tapi, lelaki itu memperlakukannya dengan sangat baik.

"Kalau begitu aku tidur dulu ya." Alya menguap lagi. Mengucapkan istighfar lalu beranjak ke kamar.

****

Usai membersihkan diri Atha memasuki kamarnya. Mendapati Alya yang sudah tertidur. Atha memandangi wajah yang tampak tenang tersebut tanpa berani menyentuhnya. Perlahan mengambil sebuah bantal yang tak dipakai dan kembali keluar dari ruangan 3 kali 4 meter tersebut.

Sudah hampir dua bulan dia menikahi Alya tapi, Atha tidak sekalipun tidur satu ranjang dengan wanita bersurai hitam ikal tersebut. Dia selalu tidur di ruang tamu atau di kamar tamu.

Herannya, Alya tidak sekalipun protes tentang kelakuan sang suami. Mungkin Alya memakluminya. Lagipula sebelum menikah Atha sudah mengatakan bahwa dia belum mencintai Alya.

***

Alya menatap papan tulis putih yang telah berhias beberapa kata di atasnya. Memutar mata pada dosen cantik yang menjelaskan tentang sejarah inggris dan segala seluk beluk keinggrisan. Harus diakui bahwa dosen baru itu lebih mudah dimengerti daripada Mr. Erik. Kata-katanya mudah luwes dan komunikatif. Tidak seperti dosen lamanya yang terasa kaku saat mengajar.

Kelas yang berlangsung hampir dua jam itu berakhir saat jam makan siang menjelang. Perut yang sudah mengadakan orkestra membuat Alya segera mengajak Nafia untuk pergi ke kafetaria.

***

Sesampainya di kantin, mereka bertemu sapa dengan anggota organisasi Himpunan mahasiswa, Ketuanya lebih tepat tengah membawa nampan berisi satu mangkuk bakso dan satu gelas teh hangat. Nafia bergidik ngeri, siapa yang makan bakso ditemani teh panas di siang yang lumayan terik ini. Siapa lagi kalau bukan Hasan Stya Mahesa, mahasiswa tingkat akhir yang sekarang sedang menjalani praktikum di rumah sakit ternama di Surabaya.

"Hasan!" panggil Alya dengan suara cempreng yang tidak hanya menarik perhatian si empunya nama, melainkan hampir seluruh penghuni kafetaria itu.

Hasan menatap wanita yang hanya setinggi dadanya itu sebentar sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju bangku pojok yang sepi. Alya segera menyusul sang sahabat sejak SMA itu. Dengan seenak hati duduk tepat di hadapan pemuda dengan baju kaos hitam dibalut Jas anggota HMJ.

"Nanti bisa kumpul,San?" tanya Alya seraya menyerobot satu buat bulatan bakso kecil dari dalam mangkuk bergambar ayam jago. Hasan yang melihat kelakuan sahabatnya itu menyipitkan mata dengan tajam dan menarik mangkuk tersebut agar jauh dari jangkauan yang lebih muda.

"Nanti aku jaga di Rumah sakit." balas Hasan kali ini dengan wajah dingin. Mengambil garbu yang ada di tangan Alya untuk menyatap makan siangnya.

"Mas Hasan sibuk sekali, nggak mau kencan saja dengan ku?" Nafia yang duduk di samping Alya berucap sambil mengedipkan satu mata, menggoda lelaki tinggi tersebut.

"Mending aku kencan bareng stetoskop," jawab Hasan seraya menarik satu sudut bibirnya mendapati wajah kecewa Nafia yang di dramatitasi.

Ketiganya kini terdiam seraya menanti pesanan Alya dan Nafia yang tak kunjung datang. Menyelami pikiran masing-masing. Nafia hanya menikmati wajah rupawan lelaki yang tengah menyantap makan siang, sementara Alya asyik berkutat dengan ponselnya. Berharap ada pesan dari sang suami yang memang sangat jarang sekali mengirimkan pesan.

"Eh, Kamu tahu tidak tentang Dosen baru kita?" celetuk Nafia secara tiba-tiba menarik perhatian kedua sahabat yang lain.

"Kenapa?" tanya Alya dengan wajah serius, kali ini ponsel pintar dia taruh di atas meja. Pandangan nya fokus pada Nafia yang tengah memulai acara bergosip ria.

" Beliau itu mualaf lo, "

Alya ber-oh-ria mengetahui fakta baru tersebut. Sementara Hasan tidak bergeming. Dia asyik saja dalam proses mengisi perut yang keroncongan.

" Kalian tahu, Beliau pindah agama demi kekasihnya lo. " Tambah wanita bermata coklat gelap itu penuh semangat. Apalagi saat mendapati wajah kagum Alya, dirinya jadi merasa yang paling pintar saat ini.

"Terus saja mengoceh, urusi nilaimu dari pada bergosip!" Ucap Hasan seraya berdiri lalu memukul pelan kepala Nafia.

" Hasan!!" Pekik Nafia kesal karena acara bergosipnya diganggu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status