Suara dering beserta getaran ponsel yang beradu dengan meja berhasil memecah keheningan yang tercipta di antara pasangan suami istri yang sedang terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Tersadar akan jarak yang begitu dekat, membuat keduanya refleks saling menjauh. Yang satu menarik kursi tempat duduknya semula, lalu meminum minuman yang dibawakan oleh pelayan tadi.
Sementara yang lainnya segera meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja untuk menjawab panggilan dari seseorang yang menghubunginya.
Annisa berdehem pelan sebelum menggeser icon berwarna hijau untuk menetralkan suasana hatinya yang sedari tadi menjadi tidak karuan akibat ulah sang suami.
"Halo, asalamualaikum," sapanya kepada seseorang yang ada di seberang panggilan.
"Ya, ada apa Papa menghubungiku?" tanyanya.
Rupanya Reza lah orang yang sedang berbicara dengan Annisa melalui sambungan telepon. Awalnya, Zidane tidak tertarik mencari tahu apa yang sedang istri dan mertuany
"Syukurlah kalau begitu. Papa lega mendengarnya," ucap Reza sambil mengangguk-anggukkan kepala.Tak lama kemudian pria paruh baya itu beranjak berdiri sambil membenarkan jas yang dikenakannya."Sarah, Maudy, mari kita pulang sekarang!" titah Reza pada istri dan anak tirinya yang langsung disambut riang oleh kedua wanita berbeda usia itu. Mereka memang sudah tidak betah berlama-lama diam di rumah kumuh dan sempit itu."Jadi, Papa ke sini hanya untuk ini saja?" tanya Annisa, tak percaya. Senyum simpul terukir di bibir tipisnya. Setelah itu, dia pun ikut beranjak dari duduknya diikuti oleh Zidane."Terima kasih karena Papa sudah mau berkunjung ke rumah kami," ucap Zidane sopan, yang dibalas anggukkan ringan oleh Reza.Pria paruh baya itu menepuk dan sedikit mencengkram sebelah pundak menantunya sambil menatapnya dalam."Kamu sudah siap untuk besok?" tanyanya.Zidane tersenyum tipis, kemudian mengangguk yakin."InsyaAllah, saya sia
Seluruh jajaran dewan direksi perusahaan sudah berkumpul di dalam ruang meeting. Sesuai informasi yang mereka dengar beberapa hari yang lalu bahwa hari ini akan diumumkan pergantian CEO lama dengan yang baru."Kamu sudah siap?" tanya Annisa kepada Zidane.Gadis berhijab itu menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu ruang meeting. Memastikan bahwa suaminya sudah benar-benar bersiap, baik fisik atau pun mental.Zidane membalas tatapan istrinya dengan senyum manis merekah di bibirnya."Aku sudah siap, Nona."Annisa mengangguk, puas. Dia menghela napas panjang sebelum memegang gagang pintu untuk membukanya."Tunggu, Nona!""Apa?" tanya Annisa heran."Apa sekarang aku sudah terlihat pantas bersanding denganmu?" Zidane merapikan dasi dan jas yang dikenakannya.Mata Annisa menyipit, menatap tajam wajah suaminya yang akhir-akhir ini selalu bersikap menyebalkan."Ya, dan walau tidak berpenampilan seperti ini, kau teta
[Kamu di mana, Nona?][Aku sedang di perjalanan menuju ke kantor. Ada apa?]Zidane tersenyum begitu membaca pesan balasan dari Annisa. Dengan cepat dia mengetikkan pesan untuk istrinya lagi.[Sudah jam istirahat. Mau makan siang bersama denganku, Nona?][Baiklah. Kita bertemu di restoran dekat kantor.]Lagi-lagi, Zidane tersenyum membaca balasan pesan dari istrinya. Dia langsung mematikan laptop yang masih menyala dan memasukkan ponsel ke dalan saku jas, kemudian bergegas pergi menuju ke restoran untuk menemui Annisa.Derap langkah Zidane tak lepas dari perhatian para karyawan yang masih ada di kubikel-nya. Mereka terpesona dengan ketampanan wajah CEO baru yang masih sangat muda."Lihat, lihat. Ternyata benar kata teman-teman, CEO kita masih muda dan sangat tampan," ucap salah satu gadis berambut sebahu kepada teman yang ada di sebelah kubikel-nya."Iya, dia memang sangat tampan dan mempesona," ucap gadis lainnya sambil menatap
Setelah makan siang, Zidane kembali ke kantor bersama Annisa. Kehadiran mereka yang datang bersama-sama menyita perhatian para karyawan yang sudah berada di kubikel-nya masing-masing.Berbagai macam tatapan tersirat di mata para karyawan itu, mengekspresikan pikiran mereka. Ada yang terpesona dengan keserasian atasannya itu, ada juga yang iri dan cemburu, juga pikiran-pikiran lainnya.Meski bisikan-bisikan tersebut terdengar di telinga Zidane dan Annisa, tetapi mereka tak mengacuhkannya."Terima kasih sudah mengantarkan hingga ke ruanganku," ucap Annisa.Seulas senyum manis terukir di bibirnya."Sama-sama, Nona. Aku akan melakukan ini setiap harinya," jawab Zidane."Selesai bekerja, kita pulang sama-sama." Zidane menyambung perkataannya.Annisa mengangguk mengiakan. Kemudian, tanpa aba-aba pria tampan itu mengusap puncak kepala yang berbalut hijab itu dengan lembut."Aku pergi dulu," pamitnya.Annisa tak menjawab. Dia te
"Jadi, ini rumah baru kita?""Ya. Bagaimana menurutmu?" Zidane balik bertanya kepada Annisa.Dia menatap wajah istrinya dari samping sambil tersenyum tipis."Aku suka," jawab Annisa.Gadis itu berjalan mendahului Zidane untuk memeriksa bangunan berukuran minimalis yang akan menjadi rumah barunya.Ya, setidaknya ini lebih layak dari pada tempat tinggalnya yang lama. Walau namanya apartemen, tetapi lebih pas disebut rumah kontrakan kecil.Rumah itu memang tidak sebesar rumah Reza yang mewah. Bangunan ini lebih kecil, memiliki satu kamar utama yang ada di lantai dua dan satu kamar tamu di lantai bawah, dapur, dan ruang tamu, dan ruang TV.Saat gadis itu sedang melihat-kihat seluruh ruangan, tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu.Dari mana suaminya mendapatkan banyak uang untuk membeli rumah?Annisa menoleh ke belakang, ke arah Zidane yang berdiri di belakangnya."Zidane, kamu mendapatkan uang dari mana untuk membe
Sarah melirik Maudy dengan tatapan penuh peringatan, sehingga langsung membuat gadis itu bungkam walau dalam hatinya terus menggerutu kesal. "Maksud Maudy itu baik loh, Pa. Mungkin dia hanya mencoba untuk mengingatkan agar Papa tidak mudah percaya kepada orang baru," ujar Sarah dengan penuh hati-hati. "Bagaimana kalau ternyata suami Annisa itu orang jahat yang sedang memanfaatkan Annisa untuk mendapatkan harta?" tanya Sarah lagi. "Nah, itu. Itu maksudku, Pa," sahut Maudy cepat. Reza mendesah kasar. Dia mengambil gelas dan meminum minumannya hingga tadas, kemudian mengelap mulutnya dengan tisyu karena dia baru saja selesai makan. Manik seperti elang itu menatap dua wanita yang sedang makan bersamanya dengan sorot yang sulit diartikan. "Kenapa Papa gak pilih aku atau kak Annisa saja yang menggantikan posisi Papa? Kenapa harus orang lain?" tanya Maudy. Dia masih belum puas dan belum bisa menerima keputusan papanya atas jabatan Zid
"Sepertinya aku harus memeriksakan jantungku ke dokter," ucap Annisa pada seseorang di seberang teleponnya."Kamu kenapa, Nisa? Apa kamu sedang sakit?""Entahlah! Akhir-akhir ini jantungku selalu berdegup kencang seperti ingin terlepas saja. Aku rasa, jantungku bermasalah," sahut Annisa.Nayla tak langsung menjawab perkataan Annisa. Ada jeda selama beberapa detik, sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu."Boleh aku tahu saat sedang seperti apa jantungmu berdegup kencang?"Annisa berpikir sejenak. "Seperti kemarin saat aku berdekatan dengan Zidane, tiba-tiba saja jantungku bereaksi berlebihan. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan jantungku," keluhnya.Tiba-tiba saja terdengar suara tawa dari seberang teleponnya setelah mendengar apa yang baru saja dia keluhkan."Kenapa kamu malah tertawa?" gerutu Annisa kesal."Kamu ini lucu sekali, Nisa," ucap Nayla sambil terbahak.Annisa mengerny
Derap langkah kaki berjalan mendekati meja Annisa dan Rizky. Iris berwarna cokelat itu menatap tajam dua orang yang tak asing di penglihatannya.Menyadari kehadiran Zidane, Annisa dan Rizky pun beranjak dari duduknya, menyambut kedatangan orang yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka."Pak Zidane," sapa Rizky sambil menunduk hormat.Zidane tak menyahut, sorot matanya menyiratkan secercah kecemburuan terhadap sang istri, tetapi dia berusaha untuk mengendalikannya."Zidane, kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Annisa."Aku kembali ke kantor dan mencarimu, tapi mereka bilang kamu pergi bersama Rizky," sahut Zidane penuh penekanan. Dia melirik ke arah Rizky, dan menatapnya tajam selama beberapa detik."Sedang apa kalian di sini tanpa mengajakku?" tanyanya menyelidik."Tadi saat kamu pergi meeting, aku tidak sengaja bertemu Rizky. Aku yang memintanya menemaniku makan, lagi pula sudah lama kami tidak mengobrol," jelas Annisa.Ri