Share

Merayu

Author: Nuniek KR
last update Last Updated: 2021-07-09 00:20:06

Citra

“Aaah, aku paham sekarang. Kamu menikahi Citra untuk bikin Maureen cemburu? Iya kan?!”

Ucapan lelaki yang mirip dengan Lee Dong Wook itu kembali terngiang di telingaku, meninggalkan rasa kesal dan marah yang menyala di dalam dadaku. Tapi dipikir-pikir lagi, kenapa aku harus marah?

Lagipula memang sejak awal pernikahan pun sudah dijelaskan, Raka menikahi Citra untuk satu alasan. Dia tak perlu tahu, dan tak berhak untuk protes. Dia sudah dapat uang muka, yaitu pelunasan hutang ayahnya.

Kalau ternyata memang perkawinan ini untuk membuat Maureen cemburu, lantas memangnya kenapa? Ya sudah, terima saja.

Pantas jika Raka begitu peduli dengan gadis bule itu, bahkan sekarang juga ia sedang mencoba untuk menghibur Maureen. Sejak kemarin ia memang merajuk, ketika tahu Jonas datang kemari untuk mencarinya, namun tidak ada yang memberitahu dia.

“Kamu sengaja kan enggak bangunin aku? Kamu sengaja bikin aku enggak ketemu sama Jonas!” lengking Maureen. Ia sedang berdiri di balkon dengan gaun tidur yang tipis, bahkan aku yakin jika ia tidak mengenakan bra sama sekali.

Aku jadi risih sendiri, bagaimana bisa seorang wanita lajang berpakaian seperti itu di depan seorang lelaki yang bukan siapa-siapanya. Hanya teman, bahkan sudah berstatus suami orang (walau suami pura-pura).

Memangnya dia tak takut jika lelaki itu bernafsu dan tiba-tiba menyerangnya secara seksual? Atau mungkin memang itu yang dia mau?

Ahhh, masih pagi aku sudah dibuat pening kepala.

Sudah cukup dengan kenyataan yang tak sengaja kutemukan kemarin siang, sekarang bertambah pula dengan melihat perempuan tanpa bra berkeliaran di dalam rumah.

Sejak pagi sekali aku sudah mandi, berpakaian rapi dan bersiap untuk memasak sarapan. Walaupun hampir tak pernah Raka menyentuh makanan yang kubuat, tetapi setidaknya aku sudah menjalankan peranku dengan baik, lagipula aku suka memasak.

Aku suka sekali berada di dapur yang ada dalam rumah besar ini, sebab di sini semua bahan makanannya begitu lengkap. Mereka bahkan punya ruangan pendingin khusus yang berisi aneka makanan beku, daging-dagingan dan entahlah apa lagi. Sesuatu yang hanya kulihat pada acara televisi luar, juga saat Kim Kardashian menunjukkan lemari penyimpanan makanannya, setelah dihujat netizen saat memperlihatkan kulkasnya yang hanya berisi susu saja.

Aku senang memasak di sini, aku bisa memasak apapun yang kumau, menu apapun yang kulihat bisa kucoba masak di sini. Andai saja ada orang yang bisa memakannya, pasti jauh lebih menyenangkan.

“Selamat pagi bu Citra..” sapa asisten rumah tangga yang ditempatkan khusus di dapur, ia tersenyum lebar dengan wajah yang segar.

“Selamat pagi, Risa.” Sapaku.

“Mau masak apa bu hari ini?”

“Enggak tau nih, enaknya masak apa? Semalam liat tumis brokoli pakai daging cincang, kayaknya enak...tapi buat pendampingnya apa ya yang cocok?”

“Hmm, mungkin bisa bikin kentang bungkus kembang tahu, disiram saus asam manis...”

“Ahh aku belum pernah cobain sih, tapi boleh...aku pengen tau cara masaknya.” Jawabku seraya mendekati meja dapur yang sudah dipenuhi aneka sayuran.

Risa yang usianya tak seberapa jauh denganku ikut membantu, kami segera menyiapkan bahan masakan supaya bisa cepat memasak. Yaa, walaupun Raka tak peduli aku masak apa, Maureen juga enggan memakan apapun yang kubuat, setidaknya menu yang telah kumasak bisa kubagikan untuk para asisten di rumah ini.

Toh Raka tak pernah mengoceh soal hal itu, dia memang tidak pelit, sih.

“Wah-wah, sibuk masak nih?”

Suara lelaki terdengar di belakangku, dan itu membuatku kaget setengah mati. Nyaris saja pisau yang kugunakan untuk membelah kentang tergelincir, jika aku tidak hati-hati mungkin jariku sudah teriris sekarang.

Dia, Jonas.

“Ke-kenapa tiba-tiba ada di sini?” tanyaku refleks, lelaki itu tersenyum dan meraih sebutir apel.

“Yaa untuk main ke rumah sahabat lah. Memangnya enggak boleh?” ia balik bertanya sambil menggigit apel.

Saat melakukan hal itu, ia menjaga kontak mata denganku dan itu membuat aku merasa tak nyaman. Maksudnya apa coba.

“Ta-tapi seenggaknya jangan muncul tiba-tiba seperti itu. Mau ketemu Raka? Biar kupanggilkan. Atau Maureen? Biar kupanggilkan juga...”

“Enggak! Aku mau ketemu kamu Citra.”

“Apa?”

“Ketemu kamu,”

Jonas menyandarkan punggungnya pada lemari es yang ada di dekatnya, sambil tetap memakan apel dan mengunyahnya perlahan. Daging apel yang ia gigit terdengar sangat renyah, sekaligus juicy.

“...aku harus membahas banyak hal dengan kamu.”

Kulirik Risa, ia tengah berusaha fokus pada bahan masakan dan bekerja seolah tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan ini bersamanya.

Aku pun paham, segera kuajak Jonas untuk bicara di teras belakang dekat kolam renang. Walau aku tidak yakin apakah yang kulakukan ini boleh atau tidak, bicara dengan lelaki lain secara diam-diam tanpa sepengetahuan Raka.

Tapi setidaknya aku masih di dalam area rumah. Semoga tak apa-apa. Mungkin Jonas hanya ingin bicara tentang Raka saja.

“Memangnya mau bicara tentang apa?” tanyaku segera setelah kami berada di teras belakang.

Jonas mendaratkan pantatnya di kursi belakang, dengan santai meregangkan kaki dan tangannya lalu menatapku sambil tersenyum nakal.

Dia tampan, tapi tak tahu kenapa auranya membuatku merasa tidak nyaman.

“Kamu tau kan kenapa kamu dinikahi sama Raka?”

“Yaa anggap saja begitu...”

“Kemarin kamu dengar kan? bahwa dia menikahi kamu cuma pengen bikin...”

“Maureen cemburu.” Selaku cepat.

Jonas mengangguk-angguk, lalu membetulkan duduknya tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali dariku.

“Kamu mau ngikutin kemauan dia begitu aja? Padahal kamu tau kalo Maureen itu kekasihku?”

“Ahh, entah. Lagipula aku kan dengan Raka masih terikat...” ahh hampir saja aku keceplosan tentang kontrak.

“Terikat apa?”

“Terikat pernikahan.”

Jonas tertawa sinis, aku jadi tak enak hati.

“Pernikahan yang aneh, kamu enggak merasa dihina? Kamu cinta dia, tapi dia cinta sama cewek lain.”

“Aku enggak cinta sama Raka kok, kami kan...yaa gimana ya..dijodohin...” nada suaraku melemah di akhir kalimat. Aku terlalu banyak bicara sepertinya, jadi melantur.

Kulirik Jonas, ia juga sedang menatap ke arahku dengan tatapan yang seolah tidak percaya.

Tentu saja, hanya orang gila yang bisa percaya jika aku dan Raka dijodohkan.

Kasta kami terlalu jauh berbeda.

“Kamu enggak dihamili di luar nikah sama dia kan?”

“Hah?! Enggak! Kok dihamili?”

“Yaa..pernikahan kalian dadakan. Aku bahkan belum pernah dikenalin sama kamu sebelumnya, tiba-tiba sudah jadi istri Raka. Siapa tau kan? one night stand yang berujung musti dinikahin selamanya?”

Kugigit bibir, tidak tahu harus bicara apa untuk menanggapinya. Poin utama dari pembicaraan ini apa sih?

“Baiklah...kayaknya aku udah terlalu bertele-tele dan jauh dari tujuan utama kuajak kamu ngobrol berdua kayak begini.”

“Aku ingin Maureen kembali, tapi dia menikahi kamu, sebagai alat untuk mendapatkan Maureen dan itu makes no sense. Itu enggak bener.”

Kupalingkan muka, memang tidak benar. Tak akan ada yang membenarkannya, tetapi mau bagaimana lagi? Aku sudah dapatkan uang muka, masa harus memaksa untuk berpisah sebelum kontrak berakhir? Raka sudah bilang jika itu tidak mungkin.

“Jangan bodoh Citra, daripada hidup sebagai istri boneka, cuma diperalat doang. Lebih baik bikin Raka jatuh cinta padamu sekalian!”

“Jatuh cinta?”

“Iya! Kamu pun bisa jadi istri yang sesungguhnya. Hidup kamu pasti lebih menyenangkan, ketimbang dinikahi tapi cuma buat bikin cewek lain cemburu. Lawak banget emang si Raka.” Jonas terkekeh.

Kuhela napas, belum tahu apakah harus menyetujui saran Jonas atau ikuti kontrak awal dengan Raka.

“Pikirin aja dulu. Kalo kamu mau ikutin apa yang kubilang, kamu bakalan kubantu supaya bisa dapetin hati Raka. Gampang lah itu.” Sambung Jonas yakin.

“Hubungi aku aja, ini kartu namaku dan ada nomorku juga. Kuletakkan di sini ya?”

“Iya...”

Jonas menyimpan sebuah kartu nama di atas meja, lalu meninggalkan aku sendirian di teras belakang.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Sultan   Akhir Bahagia untuk Semuanya

    Selama berada di depan Raka, Citra tidak menangis sama sekali, sebab semua tangisnya sudah habis. Malah Raka yang menangis, ia terlihat sangat menyesali semua yang ia rasakan saat ini. “Maafkan aku Citra, maafkan aku. Aku bahkan tak pantas untuk menggendong anak kita.. karena semua kelakuanku di masa lalu.” Citra tak menanggapi hal itu, biarkan saja Raka dengan penyesalannya sendiri. Ini salah satu cara untuk mengikhlaskan semuanya. Lagipula mau minta pertanggungjawaban dalam bentuk apa? Raka saja nyaris tak bisa menghidupi dirinya sendiri. Tak mau berlama-lama, Citra mengajak Angga pergi. Raka yang masih bercucuran air mata meminta untuk menggendong Hana sebentar. “SIlahkan,” sahut Citra. Walau sangsi, ia tetap memberikan Hana untuk digendong. Selama beberapa saat Hana dalam gendongan ayahnya sendiri, ia sangat anteng dan cuma mengoceh kecil sementara Raka makin banjir dalam air mata penyesalan. Tak berselang lama, Maureen datang sambil kesusahan menggunakan kursi rodanya. “Rak

  • Menantu Sultan   Kembali Pulang

    Walaupun baru beberapa bulan saja Citra tinggal bersama bu Susi dan Anwar, tetapi perpisahan yang terjadi antara mereka cukup menyedihkan. Ketiganya menangis dengan haru bercampur sedih, namun mereka sama-sama berjanji supaya bisa tetap saling berkomunikasi walaupun sudah tak bersama.Citra kembali ke kampung halamannya, di mana ayah dan adiknya tinggal. Juga tentu saja Raka.Tetapi dia tak begitu peduli dengan Raka, bukan urusannya lagi sekalipun harus tinggal satu daerah dengan lelaki yang sudah mengacaukan hidupnya yang damai.Memang, saat belum menikah dengan lelaki itu dirinya juga dipusingkan dengan kelakuan Angga, tetapi paling tidak batinnya tak terluka sedalam saat bersama dengan Raka.Sebab karena Raka juga, dirinya mengalami patah hati dan rasa kecewa yang luar biasa karena dibohongi oleh orang yang telah ia percayai. Bahkan Citra juga sudah memikirkan kemungkinan jika dirinya akan mempercayakan hatinya juga pada Jalu.Iya, Jalu.Lelaki itu tipe pendamping yang sempurna, de

  • Menantu Sultan   Kehidupan Setelah Perpisahan

    POV RakaCitra tak main-main dengan apa yang telah ia katakan dua bulan yang lalu, di rumah sakit, ketika lukanya masih berdarah dan bayi kecil kami masih belum terbuka matanya.Dia benar-benar pergi, meninggalkan semuanya. Masa lalunya, termasuk aku yang ternyata bukan siapa-siapa untuknya, sekalipun ada darahku dalam tubuh gadis mungil dalam pelukannya itu.Ah andai saja dulu aku tahu hidupku bakal sesusah ini, niscaya aku tak akan berkata hal yang buruk tentang anak kami. Paling tidak, aku tidak akan merasakan penyesalan sedalam ini.Aku akui, dahulu diriku memang sangat buta dan mengahalalkan segala cara, aku sangat takut jatuh miskin, apalagi dengan adanya papa dan Maureen yang menjadi tanggunganku.Kuakui saat itu menjadi kesalahan besar yang telah kulakukan, setelah banyak kesalahan lain yang telah kulakukan dan menyakiti hati Citra. Aku berangkat bukan untuk benar-benar menemui Citra, dan buah hati kami.Tetapi untuk memaksanya kembali denganku, dan meminta bagian warisan dar

  • Menantu Sultan   Keputusan di Tengah Kepalsuan

    Raka mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berkacak pinggang sambil memalingkan mukanya ke arah lain. Ke mana pun, asal tak perlu bertatapan dengan Jalu.Ia merasa jika Jalu memiliki semacam kemampuan untuk mengintimidasi orang lain. Entah karena memang dirinya yang terlalu pengecut, Raka tidak terlalu paham akan hal itu.“Mau apa datang ke mari? Mengacaukan semuanya lagi, hah?” desak Jalu.“Terus salahku di mana? Aku cuma mau ketemu anak istriku. Aku cuma mau mengatakan yang sebenarnya saja. salah?!”“Masih berani tanya salahmu di mana? Hmm. Kau lupa dengan semua yang telah kau lakukan pada Citra? Pernikahan kontrak itu, tindakanmu yang semena-mena padanya cuma karena ingin menyenangkan Maureen?”Raka jengah, ternyata Jalu juga tahu sampai sedetail itu.“Tau dari mana kamu? Jangan sok tau!”“Aku bukan sok tau, aku memang sudah tau. Kamu juga tak mengakui darah dagingmu, sampai Citra harus pergi jauh sekali. kalau aku jadi kamu, aku tak akan pernah menampakkan mukaku lagi di depan Citr

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan 2

    Citra berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun ia merasa kepalanya begitu berat dan ditambah lagi luka di perutnya terasa makin nyeri saja.“Duh, perutku sakit banget..” keluhnya sambil memegang perut, dan ia merasa jika perutnya sudah diperban lagi.Terakhir ia ingat jika dirinya sudah melepaskan perban saat berlari, karena perbannya sudah basah oleh darah dan perekatnya lepas. Tapi sekarang benda itu sudah diganti dengan yang baru, demikian juga pakaian yang ia kenakan.“Bu Susi pasti bawa aku ke mari.. aduh ya Tuhan, mau bayar pakai apa?” keluhnya lagi sambil menahan tangis.Tetapi ia tak bisa menangis, sebab dalam pikirannya kini hanya bayinya, bayinya dan bayinya. Urusan bayar rumah sakit, atau rasa nyeri yang tak tertahankan ini, semua masih bisa dipikirkan nanti.Bagaimana dengan bayinya yang masih merah? Di mana dia sekarang? Bersama siapa? Bagaimana jika dia ingin minum susu?“Ya Tuhan, kuatkan aku..”Citra turun dari ranjang, dan melepas infusan yang menempel di tangannya

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan

    Citra baru menyelesaikan makannya, dan bayi kecil yang baru saja dia lahirkan masih tidur terlelap tanpa menangis, rewel atau apapun. Setahunya, bayi baru lahir memang tidak terlalu banyak menangis, bahkan cenderung lebih banyak tidur.Maka karena itu dirinya harus memaksimalkan waktu, harus mampu memulihkan diri dalam waktu cepat namun juga harus bisa bekerja.Citra keluar kamar dan menutup pintunya rapat, ia berniat mengantarkan piringnya ke depan sambil bertanya apakah ada yang bisa dia bantu. Bagian belakang rumah sekaligus warung makan ini tidak dipagar, melainkan langsung mengarah ke kebun yang cukup padat tumbuhannya.Sejauh yang Citra lihat, ada beberapa batang pohon jengkol, rambutan dan pohon-pohon besar berbuah lainnya. Di ujung kebun yang cukup jauh terlihat ada jalan setapak kecil yang entah mengarah ke mana.“Agak ngeri juga ya kalau begini? Tapi enggak apa-apa. Siapa juga yang mau datang ke mari?” gumam Citra, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.Di dalam kepalany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status