แชร์

Tiket honeymoon

ผู้เขียน: Watermelon
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-05-30 08:35:35

Tak terasa sudah seminggu berlalu pernikahan Arnita dan Arman berjalan. Dan selama seminggu itu juga Arnita tinggal di rumah Arman. Walaupun pernikahan mereka dilakukan karena Arnita merasa berhutang budi dengan Arman, tapi Arnita tidak pernah merasa keberatan untuk menjadi istri Arman. 

Awal pertemuan Arnita dan Arman terjadi di toko bunga tempat dimana dulu Arnita bekerja sebelum menikah dengan Arman. Awalnya Arnita memang merasa terpesona dengan wajah Arman yang tampan, tapi ia tidak pernah berharap untuk menjadi istri Arman. Hingga suatu hari entah darimana Arman mengetahui tentang alamat rumahnya. Arnita benar-benar terkejut dengan kedatangan Arman di rumahnya. Apalagi pria itu menawarinya untuk menjadi istrinya. Benar-benar gila bukan? Tapi Arnita menolaknya, ia cukup tahu diri untuk tidak menerima tawaran Arman. Tapi Arman melakukan segala cara untuk bisa menjadikannya istri. 

Dan karena alasan Arman telah membayar semua hutang-hutang ayahnya, membuat Arnita merasa berhutang dengan Arman. Orang tua Arnita juga menyukai Arman dan memberikan restu untuk Arman agar menikahi Arnita. Akhirnya Arnita menerima lamaran Arman karena rasa ingin membalas budi kebaikan yang sudah Arman berikan untuk keluarganya. 

"Masih belum selesai?" 

Arnita menengokkan kepalanya ke belakang, terlihat Arman sedang berdiri bersandar pintu dapur sambil melipatkan kedua tangannya didepan dada. Arnita kembali fokus pada cucian piringnya saat Arman mulai berjalan mendekat ke arahnya.

"Minta bibi saja untuk menyelesaikan cucian piringnya." suruh Arman dengan pandangan tidak suka melihat Arnita yang masih bekerja sedangkan penghuni rumah lainnya sudah pada tertidur nyenyak. 

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Arnita belum bisa mengistirahatkan badannya karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Arnita selalu menjadi orang terakhir yang tidur di rumah ini. Bahkan para pembantu sudah tertidur pulas sejak jam sembilan malam tadi.

"Tinggal dikit lagi." ujar Arnita sambil segera menyelesaikan cucian piringnya yang hanya tinggal tiga piring lagi.

Arman berdecak dengan sikap keras kepala Arnita yang selalu membantah dan mengabaikan ucapannya. Arman mengambil piring yang sudah Arnita cuci dan membantu Arnita mengeringkannya. 

Arman masuk kedalam kamar terlebih dahulu karena Arnita harus memastikan semua pintu dan jendela sudah terkunci semua. Setelah memastikan semua pintu dan jendela, Arnita menyusul Arman masuk kedalam kamar. 

Sudah bukan menjadi hal asing bagi Arnita saat melihat Arman tidak memakai bajunya saat akan tidur. Tapi tetap saja Arnita masih merasa malu setiap melihat Arman tidak memakai baju seperti itu. Arnita berjalan ke sisi kasur yang kosong untuk berbaring. Arnita baru saja memejamkan matanya dan merasakan ada pergerakan di sampingnya. Arnita kembali membuka matanya dan menatap ke Arman yang sudah duduk bersandar di kepala ranjang. 

Arman membuka laci di samping nakas dan mengambil sesuatu dari dalam nakas.

"Ini ada hadiah dari mas Rehan dan mbak Imel." Arman memberikan dua tiket untuk bulan madu ke pangkuan Arnita.

Arnita kembali harus mendudukan badannya. Dan sepertinya malam ini Arnita harus tidur lebih malam karena pasti pembicaraan mereka malam ini pasti akan panjang. Arnita meraih dua tiket di pangkuannya dan membacanya dengan teliti.

"Bali?" gumam Arnita membaca tempat bulan madu yang akan mereka datangi.

"Aku sudah mengambil cuti selama seminggu untuk pergi bulan madu." ujar Arman dengan wajah santainya.

"Mas sudah ambil cuti? Padahal aku belum bilang setuju untuk pergi bulan madu." 

"Memangnya kamu nggak mau pergi ke Bali?" Arman menaikkan satu alisnya.

"Bukan begitu, tapi ini terlalu mendadak. Ini sudah hari kamis dan kita harus berangkat hari sabtu?" 

Arman mengedikkan bahunya. Arman sama sekali tidak mempermasalahkan keberangkatan bulan madu mereka yang mendadak. Ia senang-senang saja bisa bersantai dan melupakan pekerjaan kantor untuk beberapa hari. 

"Aku nggak enak sama mama, nanti nggak ada yang masakin makanan di rumah, nggak ada yang bersihin rumah, nggak ada yang ngurus tanaman mama, nggak ad_" 

"Ada bibi yang bisa mengerjakan itu semua. Aku sudah bilang untuk jangan memikul semua tanggung jawab rumah ini sendirian. Menantu dirumah ini bukan hanya kamu." ingin sekali Arman mencubit kedua pipi Arnita karena saking gemesnya. 

"Besok kita bicara sama mama." putus Arman.

Arman kembali membaringkan badannya dan memunggungi Arnita.

"Dia pikir dia pembantu apa dirumah ini?" gumam Arman kesal.

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Menantu Termiskin   Kecemburuan Ibu Hamil

    "Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng

  • Menantu Termiskin   Permintaan Gila

    Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim

  • Menantu Termiskin   Perasaan Arman

    Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala

  • Menantu Termiskin   Panggilan Darurat

    Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju

  • Menantu Termiskin   Perselingkuhan Mawar

    "Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.

  • Menantu Termiskin   Perkara Susu

    Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status