แชร์

Menantuku yang malang

ผู้เขียน: Watermelon
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-05-30 08:34:53

Arman yang baru saja pulang dari kantor menghela nafas lelah. Seharian ia sangat disibukkan dengan urusan kantor yang tidak ada hentinya. Walaupun ia memiliki pangkat tinggi dan menjadi pemilik saham perusahaan tempat ia bekerja tidak membuat Arman melepaskan tanggung jawabnya pada pekerjaan kantor. 

"Kamu bisa kerja nggak sih! Ini masih ada pecahan kaca yang tertinggal, bagaimana kalau ada orang yang kena pecahan kaca ini!" 

Arman berdecak kesal, baru saja ia ingin membuka pintu rumah ia sudah mendengar suara mamanya yang sedang mengomel. Mamanya memang orang yang sedikit ribet, bahkan sering mengomeli para pembantu dengan alasan karena kerjanya tidak becus. Dan sekarang mamanya pasti sedang mengomeli salah satu pembantu karena kerjanya tidak benar.

Arman melangkah masuk kedalam rumah dan mencari keberadaan mamanya. 

"Ini masih ada pecahan kacanya!" ujar Cintya ibu Arman sambil menunjuk sisa pecahan kaca di atas lantai.

Arman tidak bisa berkata-kata melihat mamanya ternyata sedang memarahi istrinya. Arman tidak tahu bagaimana awal mula mamanya bisa memarahi Arnita seperti ini. Arman berjalan mendekat ke arah dua perempuan itu yang belum menyadari kehadirannya. 

"Ada apa ma?" tanya Arman sambil melirik ke arah Arnita yang sedang membersihkan sisa serpihan kaca kecil dengan solasi. 

Arnita dan Cintya menatap ke arah Arman bebarengan. Cintya terlihat terkejut karena tidak menyadari jika putranya itu sudah pulang. Cintya langsung merubah raut wajahnya dan menuduh Arnita didepan Arman.

"Ini nih istri kamu nggak becus banget cuman bersihkan serpihan kaca aja nggak bisa Ar." adu Cintya kepada Arman.

"Kamu yang mecahin vas nya Nit?" tanya Arman meminta jawaban.

Arnita menggelengkan kepalanya pelan. Memang bukan Arnita yang memecahkan vas nya, tapi Kenzi keponakannya lah yang mecahin vas nya. Dan Cintya yang memanggil Arnita untuk membersihkan pecahan vas yang dipecahkan oleh Kenzi.

"Bukan Arnita yang mecahin vas nya, kenapa mama nggak minta bibi aja untuk membersihkannya." ujar Arman memberi saran kepada mamanya. 

"Mama kan cuman minta tolong Ar, lagian istri kamu juga nggak keberatan mama mintai tolong." ujar Cintya sambil menatap tajam Arnita.

"Tapi untuk hal seperti ini mama bisa minta tolong bibi yang membersihkannya kan. Bagaimana jika Arnita sampai terluka? Mama kan juga sudah menyuruh Arnita bekerja seharian." ujar Arman dengan santai saat mengatakan semua faktanya.

Ini bukan pertama kalinya Arman melihat Arnita diperlakukan layaknya pembantu dirumah ini. Sebelumnya Arman juga pernah menangkap basah mamanya sedang menyuruh Arnita mengerjakan pekerjaan rumah. Arman tidak mempermasalahkan jika mamanya meminta Arnita melakukan beberapa pekerjaan rumah. Tapi mamanya itu selalu menyuruh Arnita untuk melakukan pekerjaan rumah diluar nalarnya. Bayangkan saja Arnita disuruh membersihkan, menguras kolam renang, mencabuti rumput halaman depan dan belakang, memasak, mencuci piring, menyapu dari lantai satu sampai lantai tiga, pergi ke pasar sendirian untuk membeli kebutuhan dapur. Itu yang pernah Arman lihat, tidak tahu hal lain yang pernah mamanya itu lakukan kepada istri malangnya itu.

Arman selalu merasa kasihan saat pulang dari kantor karena selalu mendapati wajah lelah Arnita yang bekerja seharian. Arnita bahkan terlihat seperti lebih lelah darinya. Suatu hari Arman juga pernah mendapati Arnita terluka dibagian tangan dan kakinya, entah terkena apa. Arnita tidak pernah memberitahukan alasan kenapa dia bisa terluka. 

"Biarkan bibi yang melanjutkannya." Arman meraih lengan Arnita dan menariknya untuk berdiri.

Cintya menatap tidak terima dengan yang Arman lakukan. Tapi Cintya juga tidak bisa melakukan apa-apa. 

Setelah memanggil salah satu pembantu di rumah itu, Arman menarik lengan Arnita ke dalam kamar. Arman menutup pintu kamar begitu mereka sudah berada di dalam kamar.

"Besok lagi jangan melakukannya jika tidak mau." ujar Arman sambil melepaskan kemeja dari tubuhnya.

"Melakukan apa?" tanya Arnita pura-pura bodoh.

Arman berdecak, "Berhenti melakukan hal yang tidak kamu sukai. Kamu bisa menolak permintaan mama dengan halus. Atau jika kamu tidak berani menolak permintaan mama, kamu bisa menyuruh bibi untuk melakukan pekerjaanmu." ujar Arman dengan rasa kesal.

"Mama tidak memaksaku, aku memang mau melakukannya." ujar Arnita.

Arman langsung menatap ke arah Arnita dengan tatapan tajam. Ia tidak habis pikir dengan arah jalan Arnita yang mau saja dijadikan pembantu oleh mamanya. 

"Besok aku akan bicara kepada mama untuk tidak menyuruhmu melakukan pekerjaan yang berlebihan." putus Arman.

"Tidak perlu, aku bisa mengurus hidupku sendiri." Arnita menolak tawaran Arman.

Arman mengepalkan tangannya, ia tidak suka dengan yang dikatakan oleh Arnita.

"Aku akan bicara pada mama sekarang." sebelum Arman melangkahkan kakinya keluar dari kamar, Arnita sudah mencekal tangannya.

"Aku sudah bilang jangan pedulikan aku." ucap Arnita. 

"Kau menantu dirumah ini dan seharusnya kau juga diperlakukan layak seperti seorang menantu. Tidak adil jika mbak Mawar tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, sedangkan kau harus melakukan semua pekerjaan rumah seperti seorang pembantu!" Arman mengeluarkan semua rasa kesal yang ia tahan sedari tadi.

Arnita tersenyum sinis, "Bukankah kau yang sudah membuatku seperti ini?" 

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Menantu Termiskin   Kecemburuan Ibu Hamil

    "Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng

  • Menantu Termiskin   Permintaan Gila

    Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim

  • Menantu Termiskin   Perasaan Arman

    Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala

  • Menantu Termiskin   Panggilan Darurat

    Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju

  • Menantu Termiskin   Perselingkuhan Mawar

    "Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.

  • Menantu Termiskin   Perkara Susu

    Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status