V Security Group, merupakan anak perusahaan dari Vigo Industry. Dimana, V Security Group bergerak dalam penyediaan jasa bodyguard dan juga tim keamanan bagi beberapa perusahaan serta konglomerat yang ada. V Security Group juga memiliki 1000 bodyguard yang bisa mereka sediakan, ada juga beberapa kelas tergantung dari level kekuatan mereka.“Melawan mereka? Hahaha! Jangan bodoh, kamu!” ucap Vanessa yang tertawa meremehkan Baron, “Mereka itu, adalah Bodyguard level S! Bodyguard yang bertugas melindungi para pejabat dan juga konglomerat terkenal! Kamu, tidak akan pernah bisa menang melawan mereka!” sambung Vanessa. Bodyguard Level S? Lelucon b*d*h yang pernah Baron dengar, menyombongkan hal seperti itu di depan orang yang menjadi kunci kemenangan dalam Pertempuran Agung? Miya tidak tahu apa yang terjadi, secara tiba-tiba, Baron ingin melawan pasukan bodyguard dari V Security Group, yang terkenal dengan kehebatan mereka dalam melindungi klien mereka. Bahkan, mereka semua dibekali denga
Dua orang wanita yang sedang disandera, dan masing-masing yang menyandera pun saling melihat, “Turunkan senjatamu, b*jing*n!” katanya. Baron pun hanya menatap dan semakin mendekatkan pistol itu ke kepala Vanessa, “Kamu, yang memulai, kan?” tanya Baron.“Si*l! Dia, benar-benar nekat!” batinnya, “Apa, kamu tahu siapa itu Nyonya Vanessa? Jika, dia dalam bahaya maka keluargamu juga akan dalam bahaya!” Baron, hanya menatap dingin pria tersebut dan Baron melirik ke arah Miya yang mulai menangis. Miya, sangat panik karena nyawanya ada di ujung tanduk.“Jangan menangis, Miya! Dia, tidak akan berani melakukan hal itu! Vanessa, sedang aku sandera jadi kedudukannya aku jauh lebih tinggi!” kata Baron. Miya hanya mengangguk sambil menangis, lalu Baron pun berbisik pada Vanessa, “Suruh dia lepaskan Miya, lalu Kamu akan Aku lepaskan!” bisik Baron. Vanessa hanya tersenyum saja, seakan-akan ia bisa lepas dari jeratan Baron. Baron, melihat Vanessa yang tersenyum membuat pikirannya berpikir. Bahw
Vanessa mendekatkan wajahnya ke Baron, bahkan nafas Baron bisa terasa di muka Vanessa.“Bagaimana, Baron? Menggiurkan, bukan? Bergabung dengan Hasya Company tidak akan pernah bisa menaikkan derajatmu. Tapi, di V Security Group, Aku yakin hanya dengan beberapa bulan, kamu dapat merasakan pundi-pundi uang!” Baron menatap Vanessa dengan pandangan yang teduh, bahkan Vanessa pun sempat terlintas untuk memiliki Baron sebagai miliknya.“Apa, dia ini sedang mengajakku bergabung ke perusahaan dari keluarga yang aku benci?” batin Baron, Vanessa yang juga menatap Baron pun berbicara dalam hatinya, “Tidak ada yang tidak bisa kumiliki. Terutama Kamu, Baron, akan Aku jadikan kamu milikku!” Baron menarik dirinya dan melepaskan tangan Vanessa dari kerah bajunya.“Maaf, Bu Vanessa. Tapi, saya tidak bisa mengabulkan keinginan, Bu Vanessa!” tolak Baron. Vanessa terkejut, karena baru kali ini ada pria yang menolak permintaannya, “Apa, kamu baru saja menolak tawaranku?” tanya Vanessa dengan wajah yang
Dokter Bosconovitch tertegun melihat Baron, dan Dokter Bosconovitch mempertanyakan identitas Baron.“Aku, hanya pasien Anda,” kata Baron. Dokter Bosconovitch menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan, “Anda, bisa tiduran!” lalu Dokter Bosconovitch pun mengecek detak jantung Baron.“Selama hidupku, aku tidak pernah melihat luka separah ini. Tapi, orang yang memiliki luka ini masih hidup dengan baik di depanku, bagaimana mungkin. Aku, tidak mempertanyakan dirimu?” celetuk Dokter Bosconovitch. Baron hanya tertawa karena bahasa Indonesia dari Dokter Bosconovitch masih memiliki aksen Rusia.“Dokter, saya bisa berbahasa Rusia. Jadi, gunakanlah bahasa itu, rasanya sedikit aneh jika Dokter berbicara dengan aksen Rusia,” ucap Baron. Dokter Bosconovitch juga tertawa karena ucapan Baron, sampai ia terhenti di area luka yang dirasakan oleh Baron.“Di sini?” tanya Dokter Bosconovitch, “Benar, di sana,” jawab Baron sambil mengangguk. Lalu, saat dokter Bosconovitch memeriksa area Baron yang m
Dokter Bosconovitch, tertegun mendengar pengakuan Baron. Awalna, Dokter Bosconovitch tidak percaya dengan ucapan Baron dan menganggapnya sebagai bualan.“Tidak mungkin, tidak mungkin kamu seorang pemimpin pasukan dari Nebesa!” bantah Dokter Bosconovitch. Baron mengangguk dan memahami apa yang dibicarakan oleh Dokter Bosconovitch, dan juga alasannya membantah pengakuan Baron, “Itu, bisa Aku pahami. Jadi, wajah saja jika Dokter Bosconovitch tidak percaya denganku.” Tapi, Dokter Bosconovitch juga merasakan sesuatu yang berbeda dari Baron. Karena, ia belum pernah merasakan hawa seperti itu dari orang lain. Bahkan, teror di medan perang pun masih belum mengalahkan aura yang dibawa oleh Baron.“Bagaimana ini, dia mengakui dirinya sebagai pemimpin pasukan. Tapi, apa ucapannya bisa dipercaya?” batin Dokter Bosconovitch yang semakin bingung. Baron juga merasakan ada sedikit kebingungan dari Dokter Bosconovitch, hingga Baron mengatakan untuk lain kali menghubungi beberapa rekannya yang masi
Baron kebingungan, bagaimana ia bisa memiliki kontak dari Vanessa. Karena, seingat Baron, ia tidak pernah menyimpan kontak Vanessa.“B-bagaimana, aku bisa memiliki kontak dia? Seingatku, aku tidak pernah bertukar kontak,” gumam Baron. Wajah Aghnia pun menjadi penasaran dengan siapa yang menelfon Baron, hingga Baron tidak segera menjawab telfon itu, “Siapa yang menelfon, Baron?” tanya Aghnia. Baron sempat berpikir bahwa akan menjadi masalah, jika Baron memberitahu siapa yang menelfonnya. Tapi, Baron juga tahu akan terjadi pertikaian antara dirinya dengan Aghnia jika Baron membohongi Aghnia.“Si*l! Maju kena mundur kena, apa yang harus aku lakukan?” batin Baron. Baron pun dengan yakin menunjukkan ponselnya ke Aghnia, Aghnia jelas terkejut karena yang menelfon itu adalah Vanessa. Wajah Aghnia menunjukkan kekesalannya ke Baron, dan menaruh makanan yang ia pegang dan langsung mengintrogasi Baron, “Kenapa, kamu bisa punya nomor Vanessa? Jawab!” Baron pun cukup kikuk untuk menjawabnya
Baron dan Aghnia pun terjatuh di kasur, posisi Baron kini tepat berada diatas Aghnia Dan wajah mereka saling memandang. Suasana keheningan malam, membuat mereka semakin canggung dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dan, mereka berdua lupa atau bahkan tidak tahu bagaimana harus bersikap saat ini.“B-bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Baron yang matanya terpaku menatap Aghnia. Mereka benar-benar terdiam tapi mereka tidak melepas pandangan mereka.“B-baron?” kata Aghnia dengan pelan.“Iya,” sahut Baron. Aghnia pun menampar Baron dengan pelan, lalu Baron pun langsung berdiri.“M-maaf, a-aku tidak sengaja,” kata Baron dengan terbata-bata, wajah Aghnia begitu merah bahkan Aghnia langsung tidak menatap Baron.“Cepat, kemarikan yang aku minta!” kata Aghnia. Baron pun memberikan kunciran rambut Aghnia, Aghnia pun langsung memakainya dan menarik selimut hingga seluruh tubuhnya ditutup oleh selimut, “Nanti, kamu matiin lampunya!” kata Aghnia. Setelah kejadian itu
Baron menghina Ivan secara blak-blakan, bahkan Baron dengan lantang menyatakan di depan semua keluarga. Aghnia melihat Baron dengan terkejut, “Apa? Baron, dia menyuruh kak Ivan untuk meminta maaf bahkan bersujud kepadanya?” batin Aghnia yang tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Baron. Ivan langsung melirik Baron dengan mata yang melotot tajam ke Baron, “Apa yang keluar dari mulut kotor itu, Baron? Kau, meminta seorang Ivan Hasya yang terhormat dan juga terpandang ini bersujud kepada orang sepertimu?! Jangan harap, Baron! Jangan harap!” caci Ivan dengan menunjuk Baron dengan jarinya dan wajah Ivan yang menunjukkan emosi tak terbendung dari Ivan kepada Baron. Baron tersenyum dengan begitu bengis, menunjukkan ekspresi wajah yang tidak pernah dilihat oleh siapapun di keluarga Hasya. Mata Baron tertutup, senyuman di wajahnya tertarik dengan begitu lebar. Lalu, Baron berucap, “Kenapa? Apa, kamu menganggap dirimu begitu tinggi hingga lupa kamu tercipta dari tanah? Kamu hany