Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 184. Pengeroyokan

Share

bab 184. Pengeroyokan

last update Last Updated: 2025-04-30 22:41:32

Maryam masih berusaha meronta sekuat tenaga, melepaskan diri dari tiga orang yang tiba-tiba saja datang dan mengeroyoknya. Namun tenaganya masih kalah dari pria muda yang menelikung lengannya ke punggung. Wanita yang tua sudah menampar wajah Maryam dua kali. Pria muda itu bilang, jangan melukai secara fisik, nanti kena tuntutan pidana. Mending gundulin saja kepalanya.

Maryam tersentak saat tiba-tiba saja wanita muda di sampingnya menarik jilbabnya, lantas menjambak rambutnya sampai kepala Maryam mendongak.

“Penginnya sih, nyiram wajah pelakor ini pake air keras!” ucap Wanita yang muda, lantas menyemburkan saliva ke wajah Maryam.

“Sayang sekali kita nggak bawa air keras. Tapi Mamah biasanya bawa gunting. Kita gundulin rambutnya! Mana guntingnya, Mah?” ujar si pria sembari tetap memegangi lengan Maryam, sampai Maryam merasa sikunya seperti dipuntir saking sakitnya.

“Entar, mamah cari dulu guntingnya, biasanya ada di tas mamah.” Wanita yang tua merogoh tasnya.

“Tolong! Tolong!” Maryam be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 296. 50 M

    Emaknya Maryam, yaitu Mak Juwariyah, merasakan ada sesuatu yang menurutnya agak aneh, setelah dua hari dia menginap di rumah Bu Marianne.“Maryam, apakah saudara-saudara kandung suamimu ada datang ke sini, untuk menjenguk kamu?”“Ehm ... kakak perempuan Marco tinggal di Eropa, dengan suaminya. Adiknya Marco tinggal di Amerika, lagi kuliah S-2.”“Katanya masih ada kakaknya Marco yang tinggal di Bandung?”“Iya, ada, kakak sulungnya.”“Sudah pernah datang menemui kamu?”“Belum. Dia sibuk kerja, istrinya juga lagi hamil, begitu kata mama mertua.”“Rada aneh aja. Kalau di kampung kita mah, ada kerabat yang lagi kesusahan, atau ada kerabat yang baru datang dari jauh, pasti disamperin walau hanya sebentar. Ditengokin, ditanya apa kesusahannya.”“Maryam sudah cukup diperhatikan sama mama mertua, dan juga sama Tante Erna, tantenya Marco dari pihak ayahnya. Lagian Mak, beda tempat, beda keluarga, ya beda cara memberikan perhatian.”Mak Juwariyah terdiam. Dia hanya merasa kasihan melihat anaknya

  • Mencintai Seorang Climber   bab 295. Mempersiapkan Uang Tebusan

    Bu Marianne membawa Maryam ke sebuah rumah sakit untuk periksa kandungan. Walaupun suasana hati Maryam sedang sedih dan selera makannya menurun, tapi kandungannya sehat. Dokter memberi resep berupa vitamin.Karena merasa khawatir dengan kesehatan Maryam yang menurun, maka Bu Marianne menyuruh Maryam untuk mengundang ibunya datang dan menginap di rumah itu. Maryam segera menelepon emaknya.Dua hari kemudian emaknya Maryam, yaitu Mak Juwariyah datang ke Bandung. Dia naik bus, dijemput di terminal oleh sopirnya Bu Marianne yang kali itu membawa Maryam dalam mobilnya. Mak Juwariyah tentu saja tercengang, melihat putrinya turun dari mobil mewah. Dia masih tidak percaya tatkala sudah duduk di dalam mobil mewah itu, bersama Maryam.“Mereka sudah menerima kamu, Nok?”“Ya Mak, buktinya sekarang Maryam tinggalk di rumah mertua, dan diperlakukan dengan baik.”Tiba di rumah keluarga Wiratama, Mak Juwariyah tidak terlalu kaget, karena sudah pernah datang ke rumah itu, dulu. Dia dibawa masuk ke dal

  • Mencintai Seorang Climber   bab 294. Tentang Kehamilan

    Bu Marianne membawa Maryam untuk tinggal di rumahnya. Dia menempatkan Maryam di sebuah kamar.“Bu, kayaknya kamar ini terlalu besar buat saya.”Luas kamar itu sepertinya sama dengan ukuran rumah emaknya Maryam. Dalam kamar ada tempat tidur ukuran besar, lemari kayu besar, rak buku, beberapa boks plastik besar yang sepertinya penuh barang, ada meja belajar berikut kursi putar yang pakai roda. Jendelanya lebar, mengarah ke taman samping rumah yang penuh tanaman hias. Di dekat jendela kamar itu masih ada ruang cukup lebar, di situ ditaruh sofa dan sebuah meja.“Ada kamar mandi dan kloset duduk di dalam kamar ini. Kamu sedang hamil, lebih aman kalau pakai kloset duduk. Jangan khawatir, kamar ini tidak lembab walau ada kamar mandi di dalam. Bau dari kamar mandi juga tidak akan berimbas ke dalam kamar.” ujar Bu Marianne.“Kamu tempati saja kamar ini, jangan sungkan, ini kamarnya Marco. Sejak kecil Marco sudah menempati kamar ini.”“Oh ....” Maryam tidak bisa berkomentar. Dia teringat saat k

  • Mencintai Seorang Climber   bab 293. Kawin Lagi

    Kusmin sedang duduk di teras belakang rumah Erna, yang berhadapan dengan kamar mandi untuk ART, tempat cuci piring, mesin cuci dan area tanpa atap untuk menjemur pakaian. Hari telah gelap karena malam sudah larut. Kusmin sebenarnya letih, ingin berbaring di kamar. Namun dia malas meladeni pertanyaan istrinya soal ponsel itu. Maka Kusmin memilih duduk di teras, pengin merokok, tapi tidak berani, takut nyonya rumah melihat dan marah. Karena ada juga keluarga yang anti rokok, makanya Kusmin tidak coba-coba menyalakan rokoknya.Kusmin adalah pria berusia 52 tahun, yang telah mengalami berbagai hal tidak menyenangkan dalam hidupnya, lebih banyak sebagai akibat perbuatan buruknya di masa lalu.“Pak!”Kusmin tersentak kaget mendengar suara istrinya.“Eh, kamu belum tidur, Iroh?”Mbok Iroh mendekati teras tempat suaminya sedang duduk. “Pak, tolong bicara jujur, kenapa tiba-tiba kowe mau ikut ke Bandung?”“Saya tidak tega membiarkan kalian berangkat ke tempat baru. Nanti kamu harus berjuang se

  • Mencintai Seorang Climber   bab 292. Mencari Video Panas

    Malam itu Bu Marianne datang ke rumah Erna, diantar oleh sopirnya. Bu Marianne tersenyum melihat Maryam.“Maryam, kamu sedang hamil? Sudah berapa bulan?”“Jalan lima bulan, Bu.”“Bagaimana keadaanmu? Kamu capek ya, setelah perjalanan jauh?”“Iya ... eh, tidak apa-apa, saya baik-baik saja, Bu.”Bu Marianne masuk ke kamar itu, meminta Maryam duduk di tepi tempat tidur, dia juga duduk di samping Maryam. Erna turut masuk ke dalam kamar, berdiri di dekat lemari.“Kamu sudah makan malam?” tanya Bu Marianne lagi.“Sudah Bu.”“Sebetulnya saya yang mau berangkat bareng suami ke Makassar, untuk mencari tahu soal Marco. Tapi menjelang berangkat, saya sakit, jadi Erna yang menggantikan saya.”Maryam hanya mengangguk pelan. Erna berdehem.Bu Marianne bicara lagi, “Ayo pulang ke rumah saya!”“Jangan sekarang, Kak!” tukas Erna, “Kang Ardi menitipkan Maryam pada saya, di rumah saya. Nanti tunggu Kang Ardi pulang.”“Bagaimana kalau suamiku masih lama pulangnya?”“Kita bisa menelepon Kang Ardi untuk me

  • Mencintai Seorang Climber   bab 291. Pulang Kampung

    Kusmin berniat mengejar pria itu, untuk menanyakan apakah pria itu ketinggalan ponsel. Namun sesaat kemudian, dia teringat bahwa dia sudah kehilangan pekerjaan sebagai juru parkir di pujasera itu. Digenggamnya ponsel itu, memperkirakan harganya jika dijual.“Aku nggak mencuri barang ini, tapi nemu. Aku lagi butuh uang karena pekerjaanku tiba-tiba hilang. Mungkin hape ini bisa laku di atas lima juta, mungkin lebih.” Gumamnya.Kusmin pulang dengan masih menjinjing travel bag isi baju istri dan anak-anaknya. Tetangganya yang sopir angkot, baru pulang narik, bicara padanya.“Hey Pak Kusmin, tadi saya lihat istrimu menangis di tepi jalan, sambil bawa dua anak. Saya lewat di depannya, lalu dia mencegat angkot saya, minta diantar ke rumah tempat dia biasa kerja. Tapi tadi kan, sudah sore, biasanya jam segitu dia pulang, bukan pergi ke rumah majikan. Kecuali kalau kamu usir dia!”“Tidak! Dia mau pulang kampung, ke Jawa, bareng majikannya.”“Pak Kusmin nggak ikut? Atau nggak diajak?” Tetanggan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status