Share

6. Talak Tiga

Author: Merspenstory
last update Huling Na-update: 2025-03-20 16:24:40

Mariana menarik napas panjang, berusaha menahan sesak yang menggelayuti dadanya. Dengan langkah mantap, Mariana berbalik dan berjalan menuju pintu. Setiap langkah yang diambil terasa berat, seolah ada beban yang menahan pergelangan kakinya.

Namun, ia tidak berhenti. Ia sudah membuat keputusan, dan kali ini, ia tidak akan goyah.

Tangannya baru saja menyentuh kenop pintu ketika suara berat Armand menggema di ruangan itu.

“Mariana, jangan pergi,” ucapnya tegas.

Tubuh Mariana menegang. Perlahan, ia menoleh ke belakang dan mendapati ayahnya berdiri dengan tatapan yang begitu tegas.

“Bara dalam perjalanan ke sini,” lanjut Armand. “Kita selesaikan semuanya sekarang juga.”

Tatapan Mariana tidak berubah. Luka di matanya masih begitu jelas, tapi tidak ada lagi api kemarahan di sana. Ia tidak menolak, juga tidak menyetujui.

Armand mendesah pelan, lalu melangkah mendekati putrinya yang masih terluka.

“Ayah minta maaf jika kamu merasa ayah terlalu ikut campur. Tapi, ayah merasa ini adalah keputusan yang tepat. Apa pun keputusanmu nantinya tentang hubunganmu dengan Bara, ayah akan mendukungmu.”

Bibir Mariana lantas bergetar. Tangis yang sejak tadi berusaha ia tahan mulai pecah dalam diam. Sejak dulu, ayahnya selalu menjadi seseorang yang berdiri di sampingnya.

Air mata Mariana jatuh bersamaan dengan kepalanya yang mengangguk pelan. Mariana terisak dalam kebisuan sebelum akhirnya menghamburkan diri memeluk ayahnya. Pelukan itu erat, seolah ia takut kehilangan satu-satunya tempat berlindungnya.

Tak lama, suara ketukan terdengar di pintu utama. Mariana menegang dalam pelukan ayahnya. Ia tahu siapa yang datang.

Armand mengusap punggung putri sulungnya itu dengan lembut. “Kamu tidak perlu memaksakan diri. Tapi jangan lari dari sesuatu yang harus dihadapi, Mariana.”

Setelah mengatakan itu, Armand segera melangkah menuju pintu dan membukanya. Di depannya, Bara berdiri dengan wajah yang tampak suram. Armand tidak tahu apa yang pria itu rasakan sekarang, yang jelas ia begitu murka melihat Bara setelah mengetahui perbuatannya terhadap Mariana.

“Masuk!” titah Armand ketus.

Bara mengangguk pelan sebelum akhirnya mengekori Armand masuk menuju ruang utama. Saat tiba di sana, ia melihat Mariana sedang duduk di salah satu sofa. Wanita itu membuang muka, enggan bertatapan dengannya.

“Sayang,” panggil Bara, namun Mariana tak sudi menggubrisnya.

Bara memosisikan diri di sofa seberang Mariana. Ia masih berusaha untuk menarik perhatian wanita itu.

Tak jauh dari mereka, Armand mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan lalu mengambil napas dalam sebelum menghardik keras, “Bianca! Ke sini sekarang!”

Suara langkah kaki terdengar tergesa dari arah kamar, dan tak lama kemudian Bianca muncul dengan wajah memerah.

Tatapan matanya tajam, penuh kemarahan yang belum sepenuhnya padam sejak pertemuannya dengan Mariana di kamar orang tua mereka.

Namun ia tetap melangkah ke ruang utama meski jelas merasa enggan.

Armand menatap satu per satu orang yang ada di ruangan itu—Mariana yang duduk diam dengan wajah tanpa ekspresi, Bara yang tampak tegang di kursinya, dan Bianca yang berdiri dengan tangan terlipat di dada tanpa rasa bersalah di wajahnya.

“Aku sudah tahu semuanya,” suara Armand terdengar berat dan tajam. “Aku tahu kenapa Mariana meminta cerai. Aku tahu apa yang sudah kalian berdua lakukan padanya!” Matanya menatap Bara dan Bianca bergantian.

Bara menegang seketika dan matanya sedikit melebar saat mendengar pernyataan itu. Rahangnya mengeras saat ia menatap Armand, lalu beralih ke Mariana yang tetap menunduk.

“Ayah, dengarkan saya dulu—” Bara mencoba bicara.

“Dengar apa?!” Armand membentaknya tanpa memberi kesempatan berbicara. “Kamu mau cari alasan untuk berkhianat? Apa kamu pikir ada alasan yang cukup kuat untuk selingkuh dengan adik ipar sendiri, hah?!”

Bara mengepalkan tangannya. “Saya memang salah! Saya akui itu! Tapi saya juga manusia, Ayah! Saya punya kebutuhan, saya punya keinginan! Mariana terlalu sibuk bekerja, dia terlalu dingin, saya merasa diabaikan!” katanya membela diri.

Mariana sontak mendongak, menatap suaminya itu dengan mata berkilat. “Jadi aku yang salah?” ucapnya syok. “Aku sibuk kerja buat bantu kamu bayar cicilan hutang ibu kamu, tapi aku yang salah? Aku yang capek karena kerja dua kali lebih keras sementara kamu main perempuan di belakangku, aku yang salah?”

Bara menggeram, tangannya mengepal. Ia tahu perbuatannya salah, tapi menurutnya semua itu terjadi karena Mariana tidak memenuhi kebutuhannya.

“Aku cuma butuh istri yang bisa kasih perhatian ke suaminya! Aku kesepian, Mariana! Dan kamu nggak pernah ada!”

Mariana tertawa sinis, air mata kembali menggenang di sudut matanya. “Jadi itu alasanmu? Kesepian?” Ia menggeleng sambil tertawa getir. “Kalau kamu kesepian, kamu bisa bicara! Kalau kamu merasa aku terlalu sibuk, kita bisa cari jalan keluar! Tapi yang kamu lakukan? Kamu selingkuh! Dengan adikku sendiri!”

Bianca yang sejak tadi diam akhirnya ikut bersuara, “Jangan seolah-olah cuma Mas Bara yang salah di sini, Kak!” katanya ketus. “Kakak memang nggak pernah sadar diri! Kakak selalu jadi anak emas, kakak selalu jadi yang terbaik di mata orang-orang! Kakak nggak akan pernah tahu rasanya jadi yang terabaikan!”

Mariana menatap adiknya tajam. “Aku muak mendengar alasanmu, Bianca!”

Bianca terdiam, tetapi kemarahan jelas membakar di matanya.

Bara mengembuskan napas kasar, mencoba menahan emosinya. Ia kembali menatap Armand, lalu Mariana.

“Mariana, aku mohon.” Suaranya sedikit bergetar, menunjukkan ketulusan yang tersisa dalam dirinya. “Beri aku kesempatan kedua. Aku masih ingin mempertahankan pernikahan ini. Aku menyesal.”

Mariana mendengus, matanya menyipit menatap pria itu. “Menyesal?” katanya pelan, namun penuh ejekan. “Kalau kamu benar-benar menyesal, kamu nggak akan menyalahkanku barusan. Kamu nggak akan cari alasan buat membenarkan perselingkuhanmu.”

Bara menggertakkan giginya. “Aku udah bilang aku khilaf, Mariana! Kita bisa bicarakan ini baik-baik, aku nggak mau kehilangan kamu.”

Mariana tersenyum miring, kemudian menggeleng tegas. “Aku nggak butuh suami yang menjadikan aku alasan untuk berkhianat. Aku nggak sudi.”

Bianca tiba-tiba terkekeh. “Jadi Kakak serius ingin bercerai?” tanyanya penuh minat.

Mariana menatap adiknya dengan pandangan jijik dan penuh cemooh. “Kenapa? Apa kamu ingin memungut sampah yang aku buang?”

Bara merasa harga dirinya semakin diinjak.

“Mariana—”

“Aku nggak akan pernah menyesali keputusan ini, Bara.” Mariana kembali menyela, tak memberinya kesempatan untuk bicara. “Lebih baik aku hidup sendiri daripada bersama pria yang bahkan nggak punya harga diri untuk mengakui kesalahannya tanpa mencari alasan.”

Dada Bara naik turun. Rahangnya mengeras. Ucapannya selalu dipotong, tak ada seorang pun di ruangan itu yang berpihak padanya. Mariana terlalu keras kepala, terlalu teguh dengan pendiriannya.

Lalu, sesuatu dalam diri Bara seketika meledak.

“Kalau itu yang kamu mau, Mariana,” ucap Bara dengan suara berat. “Baik! Aku ceraikan kamu! Aku talak kamu tiga kali!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   7. Berita Duka - Kematian Bella

    Suasana ruangan seketika hening. Bianca menatap Bara dengan ekspresi terkejut, meski di dalam hatinya ada kepuasan yang sulit ia sembunyikan. Sementara itu, Mariana tetap berdiri tegak, matanya dingin tanpa ekspresi.Rumah tangga yang ia bina bertahun-tahun akhirnya karam. Namun bukannya merasa hancur, Mariana justru merasakan sesuatu yang berbeda—ia merasa ringan.Beban yang selama ini menghimpit dadanya seperti dicabut paksa. Luka itu masih ada, tetapi di baliknya ada kelegaan yang sulit dijelaskan.Mariana telah memberikan segalanya demi pernikahan ini. Bekerja tanpa mengenal lelah, menekan dirinya sendiri, menutup mata terhadap berbagai tanda yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama. Namun pada akhirnya, semua pengorbanannya hanya dibalas dengan pengkhianatan.‘Aku kehilangan suami, anak, dan adikku sekaligus. Betapa ironisnya,’ batin Mariana.Mariana menarik napas dalam, mencoba meredam guncangan di hatinya.Ia menatap Bara, pria yang pernah ia cintai dan perjuangkan.Dulu ia be

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   8. Tawaran Menjadi Ibu Susu

    “Bella-ku yang malang!” tangis Mariana pecah.Bahunya terguncang hebat saat ia mencengkeram jemari Bella, seolah berharap ada kehangatan yang tersisa. Namun, tidak ada.“Kenapa? Kenapa harus begini?” Air mata Mariana jatuh membasahi tangan Bella yang sudah tak bernyawa.Nate hanya berdiri di sudut ruangan. Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan. Hanya keheningan yang menyelimuti kedukaan mereka.Mariana mengangkat kepalanya dan menatap Nate yang masih berdiri di sudut ruangan.“B-Bayinya,” suaranya serak dan gemetar. “Di mana bayi Bella?”Nate mengalihkan pandangannya. “Dia selamat,” jawabnya pelan.Mata Mariana melebar, sedikit kelegaan muncul di antara kesedihannya.“Di mana dia sekarang? Aku ingin melihatnya.”Nate mengangguk, lalu tanpa banyak bicara, ia melangkah keluar ruangan. Mariana buru-buru menyeka air matanya dan mengikuti Nate dengan langkah tergesa.Setibanya di ruang perawatan bayi, Mariana melihat seorang perawat sedang menggendong seorang bayi mungil yang dibungkus selimu

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   9. Bagian dari Kehidupan Elhan

    Beberapa hari setelah bayi Bella diperbolehkan pulang, Mariana berusaha menikmati cutinya dan fokus pada pemulihan pasca operasi. Namun ia tidak benar-benar bisa menikmatinya. Setiap detik, kenangan tentang mendiang anaknya menghantamnya dengan keras, membuat air matanya jatuh tanpa sadar.Tadi pagi, Nate mengirimkan pesan singkat yang meminta Mariana untuk datang ke kediamannya setelah jam kerja. Ada sesuatu yang perlu mereka bahas. Katanya tentang kontrak.Saat Mariana tiba di depan rumah Nate, ia menarik napas dalam sebelum menekan bel. Tak butuh waktu lama, seorang ART membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.Tak lama, langkah kaki terdengar dari arah ruang tengah. Nate muncul dari lorong mengenakan kemeja santai dengan lengan tergulung hingga siku. Matanya menatap Mariana dengan ekspresi serius, lalu ia memberi isyarat agar Mariana mengikutinya ke ruang kerja.“Terima kasih sudah datang,” ucap Nate begitu mereka memasuki ruang kerja. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan berhe

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   10. Hari Pertama Sebagai Ibu Susu

    Mariana baru saja selesai menata bantal di sofa ketika ponselnya bergetar. Ia meraihnya dari meja dan membaca pesan singkat dari Nate.[Aku di depan. Bisa bukakan pintu?]Jantung Mariana berdebar ringan. Ia menarik napas dalam, lalu mengusap telapak tangannya yang sedikit berkeringat sebelum berjalan ke pintu. Saat ia membukanya, Nate sudah berdiri di sana dengan mengenakan kemeja abu-abu muda santai. Namun yang langsung menarik perhatian Mariana adalah kereta bayi di sampingnya.Bayi itu terbungkus selimut biru lembut, tampak tenang di dalam stroller. Di samping Nate, seorang wanita berseragam rapi berdiri dengan sikap profesional dan tampak siap siaga.“Selamat pagi,” sapa Nate. “Bolehkah kami masuk?”Mariana segera menyingkir dari pintu, lalu mempersilakan mereka masuk.Nate mendorong stroller dengan hati-hati, sementara pengasuh wanita itu mengikutinya dengan langkah tertata.“Elhan tidur?” tanyanya pelan.Nate mengangguk. “Dia baru saja selesai kontrol, jadi masih terlelap. Kami

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   11. Mantan Suami Datang Mengacau

    Keesokan paginya,Nate kembali datang mengantar Elhan ke kontrakan Mariana. Dengan ekspresi tenang, ia menyerahkan bayi mungil itu ke dalam pelukan Mariana sebelum pergi tanpa banyak bicara.Mariana membawa Elhan masuk dan segera menuju sofa, ia mulai menyusui bayi itu yang kebetulan menangis begitu ayahnya pergi.Nadia duduk di kursi seberangnya, wanita itu tersenyum melihat pemandangan tersebut. “Anda semakin terbiasa, Bu,” komentarnya lembut.Mariana mengusap punggung Elhan perlahan. Jujur saja, ia merasa sedikit lebih nyaman dibanding hari-hari sebelumnya.“Ya … meski terkadang masih ada perasaan aneh yang sulit kujelaskan.”Nadia mengangguk mengerti. “Itu wajar. Tapi Anda sudah melakukan yang terbaik.”Namun, momen tenang itu tiba-tiba terpecah oleh suara gedoran keras dari pintu depan.BRAK!BRAK!BRAK!Mariana tersentak. Tubuhnya menegang seketika sementara tangannya refleks menarik Elhan lebih dekat ke dadanya.“Siapa itu?” Nadia bertanya dengan kening berkerut.Mariana menggel

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   12. Semua Demi Elhan

    Nate menatap Mariana yang tampak terguncang. Wanita itu duduk dengan bahu sedikit gemetar, napasnya pendek dan tidak teratur.“Hey, Mariana. Apa kamu mendengarku?” tanya Nate seraya menepuk pelan bahu Mariana.Mariana mengangguk pelan, lalu mengangkat pandangannya menatap Nate. “Aku baik-baik saja,” bisiknya berusaha kuat meski ekspresinya tidak bisa menyembunyikan syok yang masih menguasainya. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan getaran dalam suaranya.Nate tidak langsung percaya. “Maaf jika aku lancang. Tapi, aku harus memastikan bahwa kamu memang baik-baik saja,” balasnya.Dengan lembut, Nate meraih tangan Mariana lalu mengangkatnya perlahan untuk memastikan tidak ada luka atau lebam di kulitnya. Setelah memastikan wanita itu benar-benar baik-baik saja, Nate segera melangkah menuju kamar.Begitu pintu terbuka, ia menemukan Nadia tengah berusaha menenangkan Elhan yang menangis dalam pelukannya. Wajah wanita itu terlihat tegang, jelas sekali bahwa ia juga syok dengan kejadi

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   13. Sambutan Hangat

    Setelah menyusui Elhan di kamar yang disediakan, Mariana akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap bayi kecil itu yang kembali tertidur pulas dalam dekapannya. Kehangatan yang menyelimuti kamar ini memberikan sedikit ketenangan bagi pikirannya yang masih kacau.Namun, ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Mariana menoleh, lalu bangkit perlahan dan membuka pintu.Seorang ART muda berdiri di ambang pintu dengan senyum lembut. “Bu, orang tua Tuan Nate baru saja tiba. Mereka ingin bertemu dengan Anda.”Mariana menegang sejenak. Ia tahu tentang orang tua Nate, dan selama bersahabat dengan Bella, ia beberapa kali bertemu mereka di acara keluarga. Kedua orang tua pria itu adalah sosok yang ramah dan menyenangkan, tetapi kali ini situasinya berbeda.Mengambil napas dalam, Mariana mengangguk. “Aku akan segera keluar.”ART muda itu tersenyum dan beranjak pergi, sementara Mariana mengalihkan pandangannya ke Elhan yang masih terlelap. Ia meletakkan bayi

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   14. Hinaan dari Keluarga Mantan Suami

    Suara alarm berbunyi memecah keheningan pagi. Mariana mengerjapkan mata, butuh beberapa detik untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang masuk melalui celah tirai. Hal pertama yang menyambutnya adalah pemandangan Elhan yang tertidur pulas di sampingnya.Senyum lembut terbit di wajah Mariana. Tangannya terulur membelai pipi Elhan dengan hati-hati. Mariana takut mengganggu tidur bayi kecil itu dan berakhir membangungkannya.“Kamu tidur nyenyak sekali, ya?” bisiknya pelan seraya tersenyum lembut.Mariana ingin berlama-lama memandangi bayi lucu itu. Namun ia sadar pagi telah menunggunya, jadi dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia turun dari ranjang agar tidak membangunkan Elhan.Setelah menyelimuti bayi kecil itu dengan lebih rapat, Mariana melangkah menuju kamar mandi. Air hangat yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan yang begitu nyaman, membantunya mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata.Tak lama, ia keluar dengan pakaian sederhana—blus berwarna senada

    Huling Na-update : 2025-03-22

Pinakabagong kabanata

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   80. Antisipasi Sebelum Salah Paham

    Nate mendorong tubuh wanita itu dengan pelan namun tegas hingga menciptakan jarak di antara mereka. Gerakannya bukan kasar, tapi cukup jelas untuk menunjukkan bahwa ia tidak nyaman.Tanpa berkata apa pun, Nate segera melangkah mendekati Mariana yang berdiri beberapa langkah dari mereka. Ia mendekat hingga sangat dekat.Salah satu tangannya dengan mantap melingkari pinggang Mariana untuk memperjelas kedekatan mereka. Sikapnya membuat posisi Mariana tidak bisa disalahartikan oleh siapa pun.“Jeslyn,” kata Nate dengan tegas. “Ini Mariana, ibu susu Elhan.”Ia berhenti sejenak. Lalu dengan bangga menambahkan, “Dan selain itu, Mariana juga kekasihku.”Wanita bernama Jeslyn itu tampak terkejut. Matanya membelalak, lalu ia cepat-cepat mengatur ekspresinya agar terlihat santai. Namun kerutan samar di antara alisnya tak bisa berbohong.“Tunggu,” seru Jeslyn sambil mengangkat satu tangan, kemudian menunjuk ke arah Mariana. “Dia ... ibu susu Elhan? Dan juga ... kekasihmu?”Nate mengangguk mantap,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   79. Wanita Asing

    Malam hampir larut saat Nate kembali ke kediamannya. Begitu melangkah masuk, ia mendapati Mariana duduk di ruang tamu. Wajahnya tampak cemas meskipun ia berusaha tersenyum saat melihat Nate.Mariana langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Nate yang juga melangkah mendekat, langkah mereka seolah sinkron.“Kenapa duduk di sini?” tanya Nate dengan lembut.“Aku nungguin kamu pulang,” jawab Mariana dengan suara yang agak lemah. “Gimana soal Nadia? Kamu nggak laporin dia ke polisi, kan?”Nate diam sesaat.Mariana yang melihat sang kekasih hanya diam lantas memanggilnya dengan nada yang lebih lembut. “Nathaniel ...?”Nate mendesah pelan. Tanpa berkata banyak, ia meraih beberapa helai rambut panjang Mariana yang terjatuh di wajahnya, dan dengan lembut menyelipkan rambut itu ke belakang telinga Mariana.“Terkadang aku bertanya-tanya, Moonie,” kata Nate pelan seraya menatap Mariana dalam-dalam. “Apakah kamu masih manusia atau malaikat? Hatimu sangat baik dan tulus.”Mariana mengerucutkan

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   78. One Last Chance

    Nate berlari menuju mobil dengan Mariana di pelukannya, sementara Rani mengikuti di belakang seraya menggendong Elhan. Nate menempatkan Mariana dengan hati-hati di kursi penumpang depan, lalu bergegas ke sisi pengemudi.Di sepanjang perjalanan, Mariana berusaha menahan rasa sakit yang makin menjadi. Darah masih mengalir dari lukanya, membuat Nate semakin gelisah.“Sayang, tahan sebentar. Kita hampir sampai,” ujar Nate tanpa sadar. Ia baru saja memanggil Mariana dengan sebutan itu di depan Rani.Rani yang duduk di belakang bersama Elhan sontak tercengang. Ia sudah mendengar desas-desus soal hubungan Nate dengan Mariana, tapi itu hanya berupa bisik-bisik yang tidak pernah punya bukti jelas. Namun, kali ini, ia mendengarnya langsung dari mulut Nate saat memanggil Mariana dengan sebutan yang sangat pribadi.Rani mengulum senyum. ‘Jadi, ini benar?’ pikirnya.Begitu sampai di klinik, Nate turun lebih dulu sambil menggendong Mariana. Sebelum berlari masuk, ia menoleh cepat ke arah Rani yang

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   77. Pelaku Sebenarnya

    Keesokan harinya,Mariana baru saja pulang bekerja. Sekujur tubuhnya terasa penat dan ia sudah tidak sabar ingin membersihkan diri. Namun, langkahnya melambat saat mendapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.Rasa curiga mulai menghinggapinya. Dengan hati-hati, ia mengintip sedikit dan mendapati pemandangan yang sangat mengejutkan.Di dalam sana, Nadia sedang berdiri di depan meja rias, memegang gunting besar di tangan kanan. Pakaian Mariana yang seharusnya tergantung rapi di lemari, kini tergeletak berantakan di atas tempat tidur. Beberapa bagian pakaian tampak robek akibat guntingan Nadia.“Nadia! Apa yang kamu lakukan!” Mariana mendorong pintu kamar dengan cepat.Nadia segera menoleh, wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Justru, ia tersenyum miring ketika Mariana memergokinya.“Oh, Mariana, baru pulang?” Nadia bertanya santai seolah-olah seperti tak ada yang salah dengan tindakannya. Sopan santunnya pun mendadak hilang.Mariana melangkah ke tengah kamar. “Kenapa kamu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status